Aristoteles dalam Rakhmat (2011:7) menyatakan bahwa ada tiga teknik untuk
memengaruhi yaitu teknik ethos,teknik
pathos,dan teknik logos.
4.2.2.1 Teknik Ethos
Ethos didefinisikan sebagai perihal yang dapat
dipercaya atau kredibilitas dari seorang komunikator atau penulis. Sifat-sifat seorang komunikator atau penulis
memberi nilai terhadap kata-kata yang digunakaya untuk memberi dukungan
terhadap pendapat yang dimilikinya. Menurut Aristoteles dalam Rakhmat (2011:7)
menyatakan,
“Anda harus sanggup menunjukkan kepada khalayak bahwa Anda memiliki pengetahuan
yang luas, kepribadian yang terpercaya, dan status yang terhormat.” Kredibilitas
seorang komunikator sangat menentukan keefektifannya dalam berkomunikasi. Kredibilitas
tersebut ditentukan dan dinilai oleh para komunikan berdasarkan pengalaman yang dimilikinya.
Berkomunikasi merupakan langkah yang tepat untuk menyampikan gagasan,
bertukar informasi bahkan untuk memengaruhi orang lain. Dengan adanya teknik ethos maka gagasan yang diutarakan oleh
seorang komunikator dapat lebih meyakinkan komunikan. Hal ini disebabkan komunikator
menunjukkan adanya pengetahuan yang luas, kepribadian yang
baik, dan status yang terhormat di
depan komunikan. Boast dan Martin
(2001:101) menyatakan, “Walaupun kita sudah memiliki peralatan baru yang
canggih dan berteknologi tinggi, di pikiran dan benak kita harus ada karakter
yang akan menangani hal tersebut secara bertanggung jawab. Karakter itu dikenal
dengan nama etos”.
Seorang komunikator yang sedang menyampaikan gagasannya,
tidak hanya dinilai
dari kata-kata yang mengandung pengetahuannya saja, tetapi ada hal lain yang menjadi pokok
penilian dari komunikan. Beberapa hal yang mendukung
penyampaian gagasan komunikator juga sangat berpengaruh, seperti penampilan komunikator mulai dari
cara berpakaian, cara berbicara, serta gerak-gerik dan mimik yang dilakukannya juga sangat penting.
Dengan demikian penampilan dalam berkomunikasi sangat perlu untuk diperhatikan
agar komunikan yakin pada gagasan yang disampaikan.
Penampilan seorang komunikator merupakan salah satu faktor yang dapat memengaruhi baiknya penilaian
seorang komunikan terhadap komunikator dalam berkomunikasi. Hal ini disebabkan penampilan dan karakter
sesorang yang baik akan membuat orang lain mudah tertarik. Effendy (2003:352)
menyatakan “Ethos mutlak harus dimiliki oleh setiap komunikator, oleh karena apabila
seorang komunikator tidak memiliki ethos,
setiap komunikasi yang ia lakukan besar kemungkinan akan menimbulkan efek bumerang (boomerang effect)”.
Freeley dalam Effendy
(2003:353) menyebutkan komponen-komponen ethos sebagai berikut:
a.
Competence (kemampuan/kewenangan);
b.
Integrity (Integritas/kejujuran);
dan
c.
Good will (tenggang rasa).
Contoh teknik ethos, seorang
motivator yang hadir dalam sebuah acara talk
show akan diyakini bahwa ia adalah seorang motivator jika setiap gagasan
yang disampaikanya
luas dan penyampaiannya menggunakan gerak-gerik yang sesuai, serta dapat mendorong orang lain berbuat seperti
apa yang disampaikanya. Selain itu, orang tersebut berpakaian layaknya seorang
motivator bukan orang yang memiliki profesi lainnya.
4.2.2.2 Teknik Pathos
Teknik pathos merupakan cara
persuasif dengan menggunaan perasaan. Menurut Effendy (2003:352) menyatakan, “Berarti imbauan emosional (emotional appeals) yang ditunjukkan oleh
seorang rhetor dengan menampilkan
gaya dan bahasanya yang membangkitkan kegairahan, dengan semangat yang berkobar-kobar
pada khalayak. Seorang komunikator dituntut mampu menyesuaikan keadaan dan suasana emosi para
pendengarnya”.
Sejalan dengan Effendy, Aristoteles dalam Rakhmat (2011:7) menyatakan “Anda harus menyentuh
hati khalayak: perasaan, emosi, harapan, kebencian, dan kasih sayang mereka (pathos).” Imbauan pathos juga merupakan himbauan pesan emosional meliputi: keinginan-keinginan
untuk sesuatu hal yang berhubungn dengan nafsu, kemarahan, penderitaan,
kesenangan, takut, cemas, dan lain-lainnya. Ritonga (2005:56) menyatakan imbauan pesan emosional yaitu,
Pesan emosional adalah
pesan yang memaparkan pernyataan emosi positif atau menyenangkan (seperti rasa
cinta, keindahan, kasih sayang, kebanggaan, percaya diri, kesenangan dan
sejenisnya.) dan negatif (seperti rasa takut, nafsu, rasa bersalah, malu,
marah, penderitaan, cemas, dan sejenisnya) tanpa mengacu pada bukti atau data.
Pembicaraan yang dapat menyentuh perasaan harus diperhatikan oleh
seorang komunikator. Emosi yang meliputi perasaan, harapan, kebencian, dan kasih sayang
harus dapat ditunjukan oleh seorang komunikator sesuai dengan situasi dan suasana pembicaraan dengan menggunakan
pernyataan-pernyataan dan bahasa-bahasa yang menyentuh bertujuan agar komunikan terpengaruh. Rakhmat
dalam Ritonga (2005:56) menyatakan “Imbauan pesan emosional oleh komunikator
menggunakan pernyataan-pernyataan dan bahasa-bahasa yang menyentuh.”
Pathos
memberika manfaat yang baik
bagi para komunikator, karena dengan pathos
komunikator akan lebih mudah membujuk komunikan.Boast dan Martin (2001:99)
menyatakan, “Manfaat menggunakan pathos adalah
memotivasi dan membangkitkan semangat.” Contoh: “Tidurlah Nak, walau hanya berbantal lengan. Semoga
mimpimu indah”.
4.2.2.3 Teknik Logos
Logos adalah cara persuasif dengan
menggunakan logika atau akal. Aristoteles dalam Rakhmat (2011:7) menyatakan “Anda meyakinkan khalayak
dengan mengajukan bukti atau yang kelihatan sebagai bukti. Di sini Anda
mendekati khalayak lewat otaknya.” Sejalan
dengan Aristoteles, Boast dan Martin (2001:94) menyatakan bahwa logos atau
bukti logis mempunyai dua aspek yaitu data informasi berupa fakta-fakta, dan
alasan rasionalisasi, logika yang membentuk data ke dalam bentuk yang logis.
Suatu pesan dalam komunikasi sebenarnya tidak hanya
sebatas mendorong emosi khalayak. Suatu pesan dapat pula dikatakan persuasif
manakala menyentuh akal khalayak. Effendy (2003:352) menyatakan, “Logos mengandung arti ‘imbauan logis’ (logical appeals) yang ditujunjukkan oleh
orator bahwa uraianya masuk akal sehingga patut diikuti dan dilaksanakan oleh
khalayak”. Memengaruhi seseorang
dengan menyentuh akalnya dapat dilakukan dengan menunjukkan fakta menggunakan
pemilihan kata yang sesuai dengan kenyataan. Abidin (2013:17) menyatakan bahwa logos merupakan pemilihan kata atau kalimat atau ungkapan oleh komunikator dengan benar, dalam
arti memiliki bukti dan contoh yang benar-benar ada untuk mendukung pembicaraan di hadapan khalayak. Rujukan
Abidin, Yusuf Zainal. 2013. Pengantar Retorika. Bandung: Pustaka Setia.
Boast, Wiliam M. dan Benjamin Martin. 1997. Pemimpin Perubahan. Terjemahan oleh
Pudji Sumargo. 2001. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia.
Effendy,
Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Rakhmat,
Jalaluddin. 2011. Retorika Modern
Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosdakarya.