Pengertian Interaksi Belajar
Mengajar
Interaksi
adalah hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu yang lain.
Interaksi akan selalu berkaitan dengan komunikasi atau hubungan, komunikasi
merupakan bagian yang penting bagi manusia sebab dengan komunikasi hidup
manusia akan terjamin. Dilihat dari istilah, komunikasi yang berpangkal pada
perkataan communicare berarti berpartisipasi, memberitahukan, dan menjadi
miliki bersama, dengan demikian secara konseptual arti komunikasi sudah
mengandung pengertian-pengertian memberitahukan berita, pengetahuan,
pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar
hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama.
Belajar
adalah proses perubahan tingkah laku dengan melakukan berbagai kegiatan, baik
berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar tidak hanya berupa
mengingat tetapi juga mengalami, sebab sesuatu dikatakan belajar jika dilakukan
secara terus-menerus. Sejalan dengan pengertian belajar tersebut, Sardiman
dalam bukunya Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar (2012:20) meyatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan
perubahan tingkah laku, penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan
membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.
Mengajar
adalah penyampaian pengetahuan pada peserta didik. Mengajar pada dasarnya
merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang
mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Pengertian lain
tentang mengajar yaitu diartikan sebagai
suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkan dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar.
Belajar adalah kegiatan
yang dilakukan oleh peserta didik sedangkan mengajar adalah kegiatan yang
dilakukan oleh pendidik. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka
interaksi adalah suatu hal saling melakukan aksi dalam proses belajar mengajar
yang di dalamnya terdapat suatu hubungan antara siswa dan guru untuk mencapai
suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal yang telah disadari dan
disepakati sebagai milik bersama dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai
tujuan tersebut, dalam arti yang lebih sepesifik pada
bidang pengajaran dikenal dengan istilah
interaksi edukatif (Sardiman, 2012:1).
Pengelolaan Interaksi Belajar
Mengajar
Kegiatan
mengelola interaksi belajar-mengajar guru harus memiliki dua modal dasar, yakni
kemampuan mendesain program dan keterampilan mengomunikasikan program tersebut
kepada siswa. Di dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar, kegiatan interaksi
antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam
kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan transfer
of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen
yang satu dengan komponen yang lain.
Serasi
dalam hal interaksi ini yaitu komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses
belajar-mengajar akan saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian
tujuan belajar bagi siswa. Jelasnya, proses interaksi antara guru dan siswa
tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang
lain juga akan memengaruhi keberhasilan interaksi belajar-mengajar. Ada
beberapa komponen dalam interaksi belajar-mengajar, yaitu guru, siswa, metode,
alat/teknologi, sarana, tujuan dan lain sebagainya.
Untuk
mencapai tujuan intruksional, masing-masing komponen akan saling merespon dan
memengaruhi antara yang satu dengan yang lain. sehingga tugas guru dalam
mengelola interaksi belajar-mengajar adalah bagaimana guru mendesain dari
masing-masing komponen agar menciptakan proses belajar-mengajar yang lebih
optimal. Dengan demikian guru dapat mengembangkan interaksi belajar-mengajar
yang lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Sejalan
dengan pembahasan pengelolaan interaksi belajar-mengajar ada beberapa aspek
yang menjadi pendukung dalam kegiatan pelaksanaan interaksi belajar-mengajar,
yaitu:
- Sepuluh kompetensi guru
1) Menguasai
bahan, baik bidang studi dalam kurikulum dan menguasai bahan penunjang bidang
studi.
2) Mengelola
program belajar-mengajar
3) Mengelola
kelas
4) Menggunakan
media atau sumber
5) Menguasai
landasan-landasan kependidikan
6) Mengelola
interaksi belajar-mengajar
7) Menilai
prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
8) Mengenal
fungsi dan penyuluhan di sekolah
9) Mengenal
dan menyelenggarakan Administrasi sekolah
10) Memahami
prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penenlitian pendidikan guna keperluan
pengajaran.
- Microteaching sebagai latihan mengelola interaksi belajar-mengajar
1) Latar Belakang Timbulnya Microteaching
Tugas dan tanggung jawab guru sangat
luas, tetapi tugas mengajar di depan kelas merupakan salah satu tugas yang
sangat penting. Demikian pentingnya sehingga berhasil atau tidaknya seorang
guru sering diukur hanya dari aspek ini. Guru akan dikatakan pandai kalau dapat
mengajar di muka kelas dengan baik.
2) Pengertian Microteaching
Microteaching merupakan salah satu usaha
baru yang berorientasi pada upaya pengembangan dan peningkatan profesi guru,
khususnya keterampilan mengajar di depan kelas, dalam kegiatan ini mahasiswa
atau calon guru selama berlatih praktik mengajar, bentuk penampilan dan
keterampilannya selalu dimonitor dan dalam keadaan terkontrol oleh para
supervisor. Dengan demikian, proses tersebut dapat diatur menurut kebutuhan
serta disesuaikan dengan tujuan yang akn dicapai, microteaching sering
diartikan sebagai “mengajar dalam bentuk yang mini”. Microteacing memiliki
ciri-ciri pokok yakni : jumlah subjek belajar sedikit, bekisar 5-10 orang,
waktu mengajar terbatas sekitar 10 menit, bahan yang dikontakkan terbatas,
komponen mengajar yang dikembangkan terbatas.
3) Maksud
dan Tujuan Microteaching
Konsisten dengan beberapa keterangan
tentang microteaching, maka microteaching ini dimaksudkan membekali calon guru
sebelum terjun ke sekolah tempat latihan praktik kependidikan untuk praktik
mengajar. Dikaitkan dengan kompetesi guru, microteaching sebenarnya merupakan
suatu usaha pengembangan di kampus. Dengan model ini, kemudian dikembangkan
lebih lanjut di lapangan melalui serangkaian kegiatan praktik kependidikan di
sekolah tempat para mahasiswa atau calon guru melakukan praktek mengajar.
- Beberapa komponen keterampilan mengajar
1) Aspek
materi
Pada bagian pertama ini berhubungan erat
dengan masalah bahan yang dikontakkan kepada siswa. Tentang bagaimana menarik
perhatian siswa pada bahan yang baru, bagaimana perhatian guru terhadap bahan
yang akan di bahas, bagaimana urutan penyajian bahan, bagaiman menciptakan
hubungan dalam rangka membahas, dan bagaimana mengakhiri pembahasan. Untuk ini
akan dibahas satu per satu.
(1) Interes,
dalam hal ini interes adalah usaha guru untuk menarik atau membawa perhatian
siswa pada materi pelajaran yang baru.
(2) Titik Pusat, titik pusat adalah bahwa apa yang
diuraikan, dikemukakan dan dijelaskan oleh guru benar-benar terpusat pada hal
yang sedang di garap bersama.
(3) Rantai Kognitif, rantai kognitif adalah
urutan-urutan atau sistematika dalam menyampaikan bahan pelajaran.
(4) Kontak,
kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniah antara guru dan siswa dalam
kaitanya dengan bahan yang sedang dibahas.
(5) Penutup,
penutup disini adalah cara guru dalam mengakhiri penjelasan atau pembahasan
suatu pokok bahasan
2) Model
Kesiapan
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai
berbagai sikap yang harus diperhatikan guru selama memimpin belajar siswa.
Sikap yang diperhatikan meliputi sikap tubuh saat mengajar, sikap terhadap
kondisi ruang atau jumlah siswa, dan lain sebagainya. Berikut uraiannya:
(1) Gerak,
gerak anggotaa badan dalam memberikan bahan pelajaran.
(2) Suara,
dalam pengertian suara ini ialah kekuatan atau kekerasan, intonasi, tekanan
bicara, dan kelancaran bicara.
(3) Titik
perhatian, yang dimaksud dengan titik perhatian ialah pengamatan guru terhadap
masing-masing siswa selama interaksi belajar-mengajar berlangsung.
(4) Variasi
menggunakan media, alat-alat pengajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan
belajar-mengajar.
(5) Variasi
interaksi, yang dimaksud dengan variasi interaksi ialah frekuensi atau
banyak-sedikitnya pergantian aksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan
siswa secara tepat.
(6) Isyarat
verbal, yang dimaksud dengan isyarat verbal ialah ucapan yang singkat tetapi
mempunyai pengaruh yang besar.
(7) Waktu
selang, yang dimaksud dengan waktu selang ialah tenggang waktu antara suatu
ucapan atau pembicaraan dengan ucapan atau pembicaraanberikutnya.
3) Keterampilan
oprasional
Berbagai
keterampilan dalam interaksi belajar-mengajar yang perlu dikembangkan meliputi
dalam pembukaan pembelajara, memberikan motivasi dan melibatkan siswa,
mengajukan pertanyaan, menggunakan isyarat nonverbal, menanggapi siswa, dan
menggunakan waktu.
(1) Membuka
pelajaran, yang dimaksud dengan membuka pelajaran ialah seberapa jauh kemampuan
guru dalam memulai interaksi belajar-mengajar untuk suatu jam pelajaran
tertentu.
(2) Mendorong
dan melibatkan siswa, maksud dari mendorong dan melibatkan siswa ialah siswa
bukan sebagi objek melainkan sebagai subjek dalam proses belajar-mengajar.
(3) Mengajukan
pertanyaan, dalam belajar-mengajar mengajukan pertanyaan bagi guru merupakan
perangsang yang mendorong siswa untuk giat berfikir dan belajar.
(4) Menggunakan
isyarat nonverbal, isayarat nonverbal ialah gerakan-gerakan anggota badan untuk
memberikan gambaran tentang sesuatu untuk memperjelas maksud atau penjelasan
yang diucapkan guru.
(5) Menanggapi
siswa, guru yang cakap dan bijaksana
akan mampu membawa sebagian besar siswanya untuk menerima interaksi dengan
senang hati dan penuh perhatian dengan cara menanggapi siswa.
(6) Menggunakan
waktu, yang menggunakan waktu dalam hal ini ialah ketepatan guru dalam
mengalokasikan waktu yang tersedia dalam suatu interaksi belajar-mengajar.
(7) Mengakhiri
pelajaran, belajar dapat dikatakan suatu proses yang tidak pernah berakhir
karena merupakan proses yang berkelanjutan, berakhirnya pelajaran antara guru
dan siswa hanya merupakan suatu terminal untuk beranjak pada pembelajaran
selanjutnya.
4) Pendekatan
belajar
Terkait dengan pengelolaan
interaksibelajar-mengajar penting juga diperkenalkan tentang pendekatan dan
strategi kontekstual dalam pembelajaran. Pendekatan kontekstual dalam
pembelajaran lebih dikenal dengan Contextual
Teaching and Learning. pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran
yang membantu guru untuk mengaitkan
antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa.
Dalam pembelajaran yang kontekstual,
siswa didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana
mencapai tujuan belajar. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi
daripada memberi informasi.tugas guru adalah mengelola kelas menjadi kondusif
untuk belajar siswa, untuk penerapanya ada tujuh aspek dalam pembelajaran
kontekstual yang perlu mendapatkan perhatian yaitu:
(1) Teori
kontrukstivisme, teori yang merupakan landasan berfikir bagi pendekatan
kontekstual.
(2) Menemukan,
maksudnya adalah belajar adalah proses menemukan atau inkuiri.
(3) Bertanya,
bagi siswa bertanya merupakan salah satu strategi penting dalam pendekatan
kontekstual.
(4) Masyarakat
belajar, yang dimaksud masyarakat belajar yaitu semua sumberdaya manusia yang
berada di sekolah.
(5) Pemodelan,
model dalam pendekatan kontekstual dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
(6) Refleksi,
yaitu bagian penting dalam pembelajaran, karena merupakan cara berfikir atau
perenungan tentang apa yang baru dipelajari dan yang telah dipelajari.
(7) Penilaian
yang autentik, yaitu proses pengumpulan data yang memberikan gambaran
perkembangan belajar siswa.
Unsur-Unsur
Interaksi Belajar-Mengajar
Dalam
setiap interaksi pendidikan akan senantiasa mengandung dua unsur pokok, yakni:
- Unsur Normatif
Dalam interaksi normatif, antara guru
dan peserta didik harus berpegang pada norma yang diyakini bersama. Pengajaran
sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendidikan itu sifatnya normatif.
Maka dalam proses pengajaran harus mencerminkan interaksi yang bersumber pada
sumber-sumber norma yakni agama, falsafah hidup dan kesulitan.
- Unsur Teknis
Pendidikan dapat dirumuskan secara
teknis. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang merupakan
kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa, terikat dalam situasi, serta
terarah pada satu tujuan.
Faktor-faktor Ineraksi
Belajar-Mengajar
Sebagaimana
diketahui bahwa proses pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan
komunikasi antara guru dan siswa. Menurut Hamalik dalam bukunya proses
Belajar Mengajar (2011:77) proses pengajaran ditandai oleh adanya interaksi
antar komponen pembelajaran. Komunikasi antar dua subjek
ini dipengaruhi oleh berbagi faktor yang mendasari terjadinya interaksi belajar
mengajar meliputi:
- Faktor Tujuan
Terdapat istilah tujuan, baik yang
bersifat umum maupun khusus dengan rincian sebagai berikut:
1) Tujuan
umum sebagai suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan
dituju, menjadi pangkal tolak, ide, inspirasi dan pengarahan . Sifat umum dan
luas dari aims mengharuskan untuk dijabarkan atau dijelaskan secara nyata dan
terarah. Maka dikenal istilah goals. Goals lebih menyatakan suatu
aktivitas. Dari atu rumusan aims dapat dijabarkannya dan dikembangkan beberapa
rumusan goals. Goals lebih bersifat operasional, praktis, dan realistik
daripada aims.
2) Tujuan
khusus, dalam gambaran khusus tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah
menjalani interaksi pengajaran. Kegiatn yang tertulis dalam tujuan khusus ini
sering dinyatakan dalam bentuk perbuatan yang dalam istilah lain disebut behavior.
Dalam memantapkan rumusan tujuan khusus , maka berhubungan dengan dua hal yaitu
kesesuaian dan kegunaan. Istilah kesesuian menunjukan bahwa tujuan khusus harus
sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi, sedangkan istilah kegunaan
menunjukan bahwa tujuan khusus mesti berguna serta mencerminkan nilai kegunaan
dalam interaksi pengajaran.
Tujuan
pendidikan yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis,
yakni:
- Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.
- Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan
- Tujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan keterampilan dengan menggunakan alat indera.
- Faktor Bahan Atau Materi Pengajaran
Penguasaan materi oleh guru seyogyanya
mengarah pada spesifik atas kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat
dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan
apa-apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan. Penetapan/penentuan
materi tersebut harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dan
tidak boleh menyimpang dari tujuan yang telah ada.
- Faktor Guru Dan Peserta Didik
Guru dan peserta didik adalah dua subjek
dalam interaksi pembelajaran. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan
tujuan yang telah ditentukan, sedangkan peserta didik langsung menuju pada arah
tujuan melalui aktivitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai
sumber belajar atas bimbingan guru.
Imam Ghazali dalam http://musliemforever.wordpress.com
yang ditulis oleh Uci Hidayatul Khafidoh mengatakan bahwa tugas seorang pengajar atau guru
itu sesuatu yang mulia. Kemuliaan ini mengandung dua kemanfaatan yaitu:
1) Bagi
orang yang mengajar (guru) yang menyampaikan ilmu pengetahuan maka ia akan
semakin bertambah pengetahuan dan pengalamannya.
2) Bagi
orang yang diberi ilmu pengetahuan (peserta didik) akan semakin bertambah pula
pengetahuan dan pengalamnanya hingga mereka dapat mengambil manfaat dari ilmu
tersebut.
- Faktor Metode
Metode adalah suatu cara kerja yang
sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan dan
tujuan yang akan dicapai tersebut merupakan faktor utama yang menentukan suatu
metode. Metode dalam pembelajaran dapat digunakan secara bergantian sesuai
dengan pembahasan materi yang diajarkan.
- Faktor situasi
Situasi adalah suasana belajar atau
suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang
berkaitan dengan peserta didik, seperti faktor kelelahan dan semangat belajar.
Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan sarana dan prasarana yang memadai
yang mungkin mengganggu atau menghambat dalam proses pembelajaran.
Diantara keadaan tersebut ada yang dapat
diperhitungkan dan ada pula yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya.
Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat menyediakan alternatif
metode-metode mengajar dengan mengingat kemungkinan-kemungkian perubahan
situasi. Sedangkan terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan
perubahan secara tiba-tiba atau mendadak diperlukan kecekatan untuk mengambil
keputusan dengan segera mengenai cara atau metode yang digunakan.
Pola Interaksi dalam Pembelajaran
Dalam
proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai
berikut:
- Pola dasar interaksi
Dalam pola dasar interaksi belum
terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan
siswa yang mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa
adakalanya guru mendominasi proses
interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang
mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya
secara seimbang saling mendominasi.
- Pola interaksi berpusat pada isi
Dalam proses pembelajaran terdapat
kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran, di satu sisi siswa mempelajari isi
pembelajaran tersebut namun kegiatan tersebut masih berpusat pada isi atau materi
pembelajaran.
- Pola interaksi berpusat pada guru
Pada pembelajaran yang kegiatannya
semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat
penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik
pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang
bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang
disebut juga siswa pasif.
- Pola interaksi berpusat pada siswa
Pada pembelajaran yang kegiatannya
semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran
apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari
materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni
membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun
yang dikehendakinya. Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru
membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana
yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik
lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak
siswa.
DAFTAR PUSTAKA
A.M.,
Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Hamalik,
Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta:
Bumi Aksara.
Khafidoh, Uci
Hidayatul. 2013. “Interaksi Belajar Mengajar”. http://musliemforefer.wordpress.com.
20 Maret
2013.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar