Hari ini udaranya cukup sejuk, 10 November 2013 aku harus beramgkat ke Pekanbaru sendiri. Aku sengaja berangkat agak siang karena aku ingin ke rumah Herman. Seperti biasa, sebelum masuk ke rumah Herman aku lebih dulu masuk ke kedai.
Mama Herman meyambutku, " Lo, udah mau berangkat, sama siapa?", belum sempat aku mencium punggung tanganya, air mataku turun menelusuri sudut yang gelap di mataku. "Ma, kalau ada apa-apa pada mas kabarin Tik ya Ma," lirihku saat beliau memeluk tubuhku yang kurus.
Aku kehilangan rasa malu di hadapan orang-orang yang ada di kedai. "Kak, jangan nangis... besok pasti bang Herman sembuh," bisik Via adik Herman. Ku peluk erat tubuh Via sebagai rasa terimakasih telah mencoba menenangkan aku.
Perlahan aku berjalan menemui Herman yang sedang terbaring di atas sepring bad, yang sengaja di pindah ke ruang tamu rumahnya. Aku menangis meratapinya, a awalnya Ia ikut menangis, perlahan ia terlihat lebih tegar dan menenangkanku. Oh Tuhan ingin rasanya aku memeluk hambamu itu.
Betapa lemahnya aku di hadapan Herman yang tak berdaya. "Ayang, makasih ya udah bela-belain pulang wat mas, udah jagain mas dari pagi sampai malem, udah bantu mas wat bangkit melawan sakit ini. Sekarang Ayang harus berangkat, selesaikan kuliah dengan baik agar Mama dan Bapak gak kecewa".
Ku tatap matanya, ada makna tulus dari perkataan terbata-bata yang terucap dri mulutnya untukku. Aku mengangguk paham, mengiyakan keinginanya. Lagi-lagi aku menangis, membuatku tak mampu beranjak meninggalkanya.
Perlahan dan pasti, aku tak akan pernah mampu beranjak jika terus menangis seperti ini. Nenek Herman datang lalu duduk di kursi yammg ada di belakangku. Sambil menenangkan hati, ku dengarkan keluh kesah neneknya tentang masa kecil cucunya yang malang, Herman.
Nada mendayu, suara yang lirig diiringi batuk yang memenggal hampir setiap kalimat yang ia lontarkan dalam bercerita, membuatku menambah intensitas kemampuan mendengar. Panjang dan berurut cerita yang disampaikan, kesimpulan yang ku dapat yaitu Herman memiliki pengalaman yang sama denganku. Pengalaman yang tak akan terlupakan, masa kecil bersama nenek.
Terlena oleh rasa tak ingin meninggalkanya. Bahagia terhadap ketegaranya. Tersenyum kami bersama dalam duka.
Aku beranjak meninggalkan Herman. Ku peluk erat tubuh mamanya dan kucium kedua pipinya setelah aku menyalami dan mencium punggung tangannya dan menyusul mencium punggung tangan Papahnya. Hampir tak percaya, Herman telah berdiri di depan pintu, aku bersalaman denganya, mematung di hadapanya.
"Nduk udah jangan nangis terus, udah bengkak itu matanya." Lirih mamanya padaku yang membuat pembantu di rumah itu terlihat kebingungan karena sedari tadi dia baru selesai mencuci pakaian. "Besok mama kabarin kalo ada apa-apa, jangan nangis terus, pasti sembuh.
"Assalamualaikum" salamku.
Tepat pukul 13.30 aku sampai di Jln. Pahlawan Kerja, Gg. Utama Angkasa, Pekanbaru. "Assalamualaikum," ku buka pintu kos yang tak terkunci. Aku melengos masuk tak peduli pada mereka yang menertawakan mataku yang bengkak.
Pagi itu 11 November 2013, aku tercengang namun kemudian tersenyum melihat gambar diriku dengan pose narsis di mading kampus. Teringat hal memalukan yammg disampaikan Nuning malam itu. Aku keluar ruangan setelah lebih dulu meligat rasa tak senang Nuning dan Ayu saat aku membahas masalah jejeran foto aku bersama mereka. Bersama Pita si Ketua sanggar Tuah Karya, aku melepas foto itu.
Hal yang sungguh memalukan saat itu, awalnya ini membuatku benar-benar malas menginjakkan kakiku di sekre HIMA PBI. Setelah aku merenung, aku sadar mereka HIMA PBI peduli padaku. Aku hilangkan pandangan negatifku tentang HIMA PBI.
Aku tau, teman-teman HIMA menganggap aku tak mau lagi gabung dengan mereka karena aku udah sama Herman. Mungkin mereka sebelumny tidak tau sampai ada yang bilang aku tak mau ke sekre karena udah punya pacar ada juga yang bilang pacar aku melarangku pergi ke sekre. Semua salah.
Pertama, aku berpacaran dengan Herman sejak 10 Juni 2007 sampai sekarang, jadi teman-teman salah jika menganggap aku tak mau ke sekre karena aku udah punya pacar. Ke dua, Orangtuaku menginginkan aku mengurangi kegiatanku setelah seminggu aku terbaring sakit menjelang Masa Orientasi Mahasiswa Baru angkatan 2013. Ke tiga, aku malu hadir di sekre, Aku orang hilang tak mungkin datang ke sekre setelah kalian menganggap aku telah hilang.
Makasih wat HIMA PBI dalam hal apapun.
Jujur aku kangen pada temen-temen tapi aku jadi malas karena malu gambar itu membuatku mengurungkan niat pergi ke sekre awalnya aku hanya ingin mengurangi kegiatan di sekre padj malam hari, tapi.... ya sudahlah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar