BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Analisis gender merupakan analisis yang
dianggap baru dan mendapat tanggapan positif akhir-akhir ini. analisis gender
turut mempertajam analisis-analisis sosial yang telah ada. Analisis gender berkembang
berkat gerakan perempuan atau feminisme.
Menurut Saptari dan Holzner dalam Darma
(2009:194) ada dua tujuan kajian perempuan atau analisis gender yaitu sebagai
berikut. (1) untuk memperoleh pemahaman tentang perkembangan mekanisme hubungan
yang asimetris atas dasar jenis kelamin, ras dan kelas dalam suatu
masyarakatdan pelestarianya. (2) Untuk mencari
strategi mengubah situasi tersebut ke situasi yang mewujudkan hubungan
yang lebih simetris.
Berdasarkan fenomena dalam latar
belakang yang telah penulis uraikan terdahulu maka, analisis gender pada sebuah
wacana perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah ideologi gender dalam
sebuah teks sastra seperti cerpen, novel, dan roman. Dengan demikian penulis
beranggapan bahwa dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” terdapat ideologi
gender. Ideologi gender tersebut bisa berupa kesetaraan gender, ketidakadilan
gender atau ketimpangan gender.
1.2 Masalah
Berdasarkan
fenomena dan latar belakang yang telah penulis uraikan terdahulu maka dapat
diformulasikan masalah dalam analisis gender ini sebagaiberikut.
- Apakah yang Dimaksud dengan Analisis Wacana Kritis?
- Bagaimanakah Model Analisis Wacana Kritis Sara Milis?
- Bagaimanakah Model Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough?
- Bagaimanakah Analisis Wacana Kritis pada Cerpen Berideologi Gender “Dari Perselingkuhan Suamiku”?
1.3 Tujuan
- Untuk Mengetahui Analisis Wacana Kritis.
- Untuk Mengetahui Model Analisis Wacana Kritis Sara Milis.
- Untuk Mengetahui Model Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough.
- Untuk Mengetahui Hasil Analisis Wacana Kritis pada Cerpen Berideologi Gender “Dari Perselingkuhan Suamiku”.
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Analisis Wacana Kritis
Analisis Wacana kritis berideologi
gender. Analisis gender merupakan analisis yang dianggap baru dan mendapat
tanggapan positif akhir-akhir ini. analisis gender turut mempertajam
analisis-analisis sosial yang telah ada. Analisis genderberkembang berkat
gerakan perempuan atau feminisme.
Pemanfaatan Analisis Wacaba Kritis
selanjutnya disebut AWK didasarkan atas pandangan bahwa wacana sastra dapat
dipandang sebagai wacana. AWK mempelajari tentang dominasi suatu ideologi serta
ketidakadilan dijalankan dan dioperasikan melalui wacana. AWK melihatwacana
sebagai bentuk dan praktik sosial (Fairclough dalam Darma 2009:195).
Ada beberapa model AWK yang dilakukan
oleh para ahli analisis wacana. Dalam penelitian ini akan dibahas dua model,
yaitu model yang dikemukakan oleh Sara Milis dan Norman Fairclough. Model ini
diambil berdasarkan kenyataan bahwa wacana cerpen berideologi gender akan dapat
dikupas dengan lebih mendalam.
Gender adalah suatu sifat yang melekat
pada laki-laki dan perempuan. Sifat dikonstruksikan secara sosial dan kultural.
Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara
sosial bukan kodrat atau ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia
melalui proses sosial yang panjang.
2.2 Model
AWK Sara Milis
a. Posisi
Subjek dan Objek
Milis menempatkan presentasi sebagian
penting dari analisisnya, yaitu bagaimana satu pihak, kelompok, orang, gagasan
atau peristiwa ditampilkan secara tertentu dalam wacana yang memengaruhi
pemaknaan ketika diterima oleh pembaca.gagasan Milis berbeda dengan linguistis
kritis. Linguis kritis memusatkan perhatian pada struktur kata, kalimat, atau
kebahasaan, dan pengaruhnya pada pemaknaan pembaca. Sedangkan milis melihat
pada bagaimana posisi dari berbagaifaktor sosial, posisi gagasan, atau
peristiwaitu ditempatkan pada wacana.
b. Posisi
pembaca
Posisi pembaca diperkenalkan oleh Milis
sebagai sesuatu yang penting. Milis berpandangan bahwa posisi pembaca harus
diperhitungkan. Milis menolak pandngan paraahli yang menempatkan dan
mempelajari konteks sisi penulis saja, semantara sisi pembaca diabaikan.
Pembaca tidaklah dianggap pihak yang
hanya menerima teks, tetapi juga ikut melakukan transaksi. Kelebihan model ini
yaitu: (1) secara komperhensif melihat teks bukan hanya berhubungan dengan
faktor produksi tetapi juga resepsi, (2) posisi pembaca ditempatkan pada posisi
penting teks secara langsung berkomunikasi dengan penulis.
Konteks
analisis wacana Sara Milis
Kerangka
Analisis Milis
Tingkat
|
Yang
Ingin Dilihat
|
Posisi subjek penceritaan-objek penceritaan
|
Bagaimana
peristiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwadilihat, siapa yang
diposisikan sebagai subjek dan siapa yang menjadi objek yang diceritakan.
Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk
menampilkan dirinya sendiri, gagasanya, dan kehadiranya, ataukah ditampilkan
oleh orang/kelompok lain.
|
Posisi
penulis-pembaca
|
Bagaimana
posisi pembaca di tampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca memosisikan dirinya
dalam teks yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah pembaca mengidentifikasi
dirinya.
|
2.3 Model
AWK Norman Fairclough
Model
AWK yang dikemukakan oleh Fairclough pada dasarnya menganalisis wacana dalam
tiga dimensi yaitu sebagai berikut. (1) datalinguistik, (2) praktik-praktik
diskursif dan (3) praktik-praktik sosial. Komponen linguistik dan sosial
dianggap mempunyai hubungan timbal balik. Untuk mengeksplorasihubungan ini, AWK
mengungkap tiga tahap analisis, yaitu deskripsi, interpretasi daneksplanasi.
Tahap
deskripsi adalahanalisis linguistik terhadap teks. Pada tahap ini AWK
menganalisis tiga area besar yaitu kosakata,tatabahasa, dan struktur teks.
Tahap interpretasi dan eksplanasi berangkat dari asumsi bahwa hubungan antara
teks dengan struktur sosial bersifat tidak langsung. Hubungan tidak langsung
tersebut harus dijembatani oleh wacana, tempat teks itu berkait dan juga oleh
konteks sosial dari kemunculan wacana tersebut. Mediasi oleh wacana merupakan
kajian interpretasi sedangkan midiasioleh konteks sosial merupakan kegiatan
tahap eksplanasi.
Interpretasi
terhadap teks melibatkan dua elemen dasar, yaitu teks dan penafsiranya.
Interpretasi muncul lewat kombinasi antara apa yang terdapat pada teks dengan
apa yang ada di kepala penafsirnya. Ada pun ciri-ciri fisik dari teks,
dijadikan petunjuk yang menstimulasi penafsir mengenali dari memori
pengetahuanya yang relevan dengan teks.
Tahap
eksplanasi mengkaji hubungan antara teks denganstruktur sosial lewat mediasi konteks
sosial tempat terciptanya wacana. Tahap ini bertujuan untuk menempatkan wacana
sebagai bagian dari proses sosial. Karena fokus yang ditarik dalamAWK ini
adalah kekuasaan maka yang ditarik-uluradalah kekuasaan.
2.4 Modifikasi
Model Analisis Wacana Kritis
Pola AWK yang dimodifikasi ini berbentuk
model untuk menganalisis wacana-wacana kritis. Pola ini dilatarbelakangi oleh
pola AWK Sara Milis dan Norman Fairclough. Model AWK ini bisa digunakan di
setiap wacana yang mempresentasikan kekuasaan, contohnya politik, ras,
hegemoni. Kelas sosial, gender, dan lain-lain.
1. AWK
merupakan media wacana yang akan dianalisis
2. Kriteria
ideologi, tentukan kriterianya mengapa media wacana itu ditentukan.
3. Wacana-wacana
kritis, tentukan media wacana yang akan dianalisis.
4. Medan
wacana teks/wacana kritis
5. Subjek
penceritaan
6. Objek
penceritaan
7. Deskripsi
bahasa
8. Interpretasi
9. Eksplanasi.
Model
analisis wacana kritis ideologi gender
Untuk
melakukan AWK diperlukan beberapa keterampilan. Analisis yang terbaik
tergantung pada perspektif serta interpretasai penganalisis sendiri yang
dilatarbelakangi ilmu pengetahuan yang luas dan nalar yang memadai. Metode akan
muncul sewaktu penganalisisan memusatkan pemikiran untuk melakukan AWK.
Ada
pun langkah-langkah untuk melakukan analisis ideologi gender yaitu: (1)
pembacaan secara kritis-kreatif terhadap sumber data. (2) pengidentifikasian
data dalam hal ini yang sudah diberi kode. (3) penyajian data yang telah
diidentifikasi adanya ideologi gender yang meliputi profil gender dan identitas
gender, peran gender dan relasi gender, jenis ideologi genderdan ketidakadilan
gender (4) penafsiran makna. Dan (5) menyimpulkan makna, dan (6) hasil profil
gender dan identitas gender, peran gender dan relasi gender, jenis ideologi
genderdan ketidakadilan gender.
2.4 Analisis Wacana Kritis Dalam
Kajian Cerpen Berideologi Gender
- Cerpen Berideologi Gender
Cerpen
yang akan dianalisis di bawah ini adalah
cerpen karya Nensinur dengan jiudul
“Dari Perselingkuhan Suamiku” yang diposting pada blognya dengan alamat http://diksi28.blogspot.com/2011/12/dari-perselingkuhan
suamiku.html pada hari Senin, 26 Desember 2011. Alasan dipilihnya cerpen
ini sebagai karya sastra juga diharapkan akan mengungkap permasalahan perempuan
dengan gamblang dan transparan dalam menggambarkan persoalan ideologi gender
dan ketidak adilan gender. Analisis ideologi gender dalam cerpen ini
menggunakan pisau bedah AWKIG (Analisis Wacana Kritis Ideologi Gender) sebagai
berikut.
Identitas
cerpen berideologi gender
Judul : “Dari Perselingkuhan Suamiku”
Pengarang :
Nensinur
- Ikhtisar
Cerpen “Dari
Perselingkuhan Suamiku” bercerita tentang kehidupan seorang pemuda tampan yang
mencintai dua gadis sampai berkeluarga. Galang dan andin adalah sepasang
kekasaih yang saling mencintai. Namun setelah delapan tahun menjalani masa
pacaran ternyata galang hanya memiliki rasa kasihan kepada Andin yang hidup
sebatangkara karena ia seorang anak tunggal yang kedua orangtuanya telah
meninggal. Di sela-sela kesedihan Andin karena baru saja kehilangan Ibunya,
Galang mengizinkan Andin berlibur ke Kuala lumpur.
Selamaberjam-jam Galang
menunggu kepaulangan Andin dari Kuala lumpur ia bertemu dengan seorang gadis
bernama Alika secara tidak sengaja. Galang tersentak merasa kesakitan karena
sepatu berhak tinggi yang dipakai Alika mengijakkaki kiri Galang. Ternyata
galang dan Alika saling mengenal. Antara keduanya seperti terdorong oleh
kekuatan gaib sehingga mereka langsung berpelukan ketika keduanya menyatakan
saling mengenal.
Dalampertemuan itu,
galang berbohong kepada Alika. Sebenarnya Galang tidak menunggu teman bisnis
tetapi menunggu kekasihnya, Andin. Pertemuan itu semakin sering mereka lakukan
tanpa sepengetahuan Andin karena kebohongan yang Galang Lakukan.
Sepulang Andin dari
Kualalumpur, ia menginginkan Galang mampir kerumahnya. Namun Galang beralasan
tidak bisa lama-lama sebab ia sudah berjanji pada Alika untuk bertemu di sebuah
Restoran yang mewah di kota itu. dengan ketulusan sepenuh hati, Andin tidak
menaruh rasacurigasedikitpun kepada Galang. Ia memaklumi profesi Galang sebagai
pengusaha yang sukses. Andin menyiapkan jas dan sepatu untuk dipakai galang.
Jas dan sepatu itu adalah oleh-oleh yang ia bawa untuk Galang dari Kualalumpur.
Beberapa tahun
kemudian, Andin dan Galang resmi menikah atas permohonan Ibu Andin sebelum
meninggal karena terserang kangker. Pada usia tiga bulan pernikahanya dengan
Galang, Andin kembali menangis dalam pelukan Galan di rumahsakit. Andin
terserang penyakit kista yang menyebabkan rahimnya yang sedang mengandung janin
berusia enam Minggu harus diangkat. Selain kehilangan calon anak Andin juga
kehilangan kesempatan untuk mengandung lagi.
Kehidupan rumah tangga
Andin dan Galang menjadi tidak romantis. Andin sering pulang malam dan Galang
juga selalu sibuk dengan pekerjaanya di Singapura. Suatu malam Andin pulang
membawa bayi yang ia adopsi tanpa sepengetahuan Galang dan Galang tak merespon
tindakan Andin tersebut. Bayi itu bernama
Raheila.
Suatu hari, Andin
menelfon Galang meminta di antar ke rumah sakit karena Rahelia tiba-tiba demam.
Namun galang tidak juga pulang apalagi mengantar Andin. Andin pun memutuskan
membawa Rahel ke rumah sakit. Selama
Andin di rumah skit ia lupa bahwa ia adalah seorang Dosen yang menjadi
pembimbing Mahasiswanya menyusun Tesis sehingga Mahasiswa Andin menyusul Andin
ke rumah sakit. Galang merasa marah kepada andin dan menyuruh Andin pulang
dengan alasan Mahasiswanya datang meminta untuk dibimbing dalam membuat Tesis.
Di sela kesedihan Andin menanti kesembuhan Rahel di rumah sakit, ia mendenga
rseorang wanita menggendong bayi berusia mingguan sedang menelfon dan memanggil
nama Galang suaminya. Andin tetap tidak curiga, malah ia membodohkan dirinya
sendiri dengan alasan laki-laki bernama galang bukan hanya suaminya.
Selama Rahel di rumahs akit,
Andin tinggal di rumah sepupunya bernama Dinda. Galang terus menyuruh Andin
pulang namun Andin berhenti berkomunikasi dengan galang. Dinda yang melihat
sepupunya bersedih mengajak Andin menghadiri acara sukuran atas kelahiran anak
temanya. Sesampainya di rumah teman Dinda, Andin merasa sudah mengenal teman
Andin karena dia adalah wanita yang membuyaran konsentrasinya saat di rumah
sakit. Teman Dinda bernama Alika. Sebelum acara dimulai Dinda menanyakan suami
Alika yang tidak pernah dilihtnya. Namun sebelum suami Alika sampai tiba-tiba
Rahel demam dan menangis didekapan Andin. Andin meminta Dinda untuk segera
pulang dan mengantarnya ke rumah sakit. Sebelum keluar dari halaman rumah
Alika, Dinda melihat sedan silver yang pengemudinya memiliki wajah yang tidak
asing bagi Dinda.
Ternyata, Rahel
meninggal. Andin terus bersedih dan Dinda terus menenangkan Andin. Di tengah
perjalanan pulang dari pemakaman Rahel terjadi kemacetan yang amat luar biasa.
Andin bertanya kepada supirnya. Supirnya menjelaskan ada kecelakaan suara
letupan keras dari sedan silver yang terjungkir. Riuh gemuruh masyarakat
meminta tim evakuasi memecahkan kaca sedan tersebut karena mereka mengetahui
ada bayi di dalamnya. Supirnya berteriak memberi tahu bahwa yang mengalami
kecelakaan adalah majikanya, suami Andin bersama Alika dan bayinya. Tidak lain
dan tifak bukan ternyata penyebab kecalakaan itu adalah Dinda yang merasa benci
kepada Galang dan Alika. Dinda pun menyerahkan diri kepada polisi dan
menyatakan semoga Anjelita dapat menggantikan Dinda dan Galang dalam hidup Andin.
- Profil Gender dan Identitas Gender
Pengarang dalam cerpen
ini berperan sebagai pengamat. Profil yang dipresentasikan dalam cerpen ini
ialah dua gadis sebagai wanita karir dan seorang lelaki pengusaha.
- Gadis pertama bernama Andin. Profil Andin digambarkan sebagai seorang gadis berparas anggun dan berpenampilan santun dan sederhana. Andin adalah seorang dosen di sebuah universitas ternama Jakarta. Dalam cerpen ini Andin sebagai pemeran utama. Pernyataan tentang Andin terdapat pada paragraf ke tiga dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Seorang gadis berparas anggun dan
berpenampilan santun menyambutnya di tangga teras dengan senyum sedikit
dipaksakan. Gadis itu tampak lebih dewasa dari usianya yang kira-kira duapuluh
limatahunan, tampak dari penampilannya yang masih berseragam dosen sebuah
universitas ternama di kota itu. Potongan rambutnya yang sederhana ditambah
wajahnya yang agak pucat semakin mempersendu pandangan siapapun di
sekelilingnya.(paragraf 3)
- Sementara itu, gadis ke dua bernama Alika. Profil Alika digambarkan oleh pengarang sebagai seorang gadis berparas cantik yang ahli di bidang kesting karena ia menyelesaikan kuliahnya pada jurusan kesting di jerman. Alika dalam cerpen ini berperan sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Alika terdapat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” paragaraf ke delapan saat pertemuan antara Alika dengan Galang dan pada paragraf ke delapanbelas.
Galang tampak takjub dengan pertemuannya dengan gadis
cantik bernama Alika itu.(paragraf 8)
“Ya, aku memang ke Jerman, aku kuliah dan ambil
jurusan kesting.”(paragraf 18)
- Selanjutnya profil tokoh laki-laki dalam cerpen ini yaitu Galang. Profil galang oleh pengarang digambarkan sebagai seorang laki-laki yang pekerja keras, penyayang, cuek serta pembohong sebagai tokoh tambahan. Galang juga seorang pengusaha di perusahaan minyak. Ia membagi cintanya untuk Andin dan Alika. Andin adalah kekasihnya selama delapan tahun dan menjadi istri pertama Galang. Alika adalah adik kelas di SMA Galang sekaligus teman sepesial baginya dan menjadi istri kedua Galang. Peryataan tentang galang tercantum dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Galang tampak bingung, memang sudah seminggu ini dia
harus membagi perhatian antara pekerjaan dengan kesibukan menemani Andin yang
kehilangan mamanya.(paragraf 5)
Sesudah mengantarkan Andin sampai di rumahnya, Galang
langsung menuju kantor, setumpuk pekerjaan dia selesaikan lebih cepat seakan
berlomba dengan parakariawannya.(paragraf 10)
Galang pun tampak tak merespon hangat keputusan
sepihak isterinya itu, dia tampak acuh bahkan sepertinya tak peduli tindakan
apapun yang dilakukan Andin.(‘paragraf 22)
“A, Aku sedang nunggu teman, dia teman bisnisku dari,
eh, Kualalumpur”, Dengan sedikit gugup Galang berbohong. (paragraf 8)
- Mulan, profil Mulan pengarang gambarkan sebagai gadis muda dan cantik sebagai sekretaris galan di perusahaanya. Mulan dalam cerpen ini sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Mulan terdapat pada paragraf ke dua.
“Mulan! Saya harus pulang, agenda tamu yang tersisa
kensel jadi besok pagi yah”! Sambil merapikan jasnya lelaki tampan itupun
berpamitan pada sekretarisnya yang melongok di depan pintu. Gadis muda nan
cantik itupun hanya mengangguk.(paragraf 2)
- Dinda, profil Dinda oleh pengarang digambarkan sebagai gadis yang suka menghibur, menghormati yang lebih tua dan gadis yang cantik dan sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Dinda terdapat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
“Sudah mbak! Jangan ditangisi terus mas Galang,
mungkin dia sedang banyak masalah pekerjaan”! Hibur Dinda adik sepupu Andin
yang meninggali rumah itu.(paragraf 31)
Tak mereka sadari sedari tadi tiga
orang polisi berjaga di belakang mereka.“Ada keterangan yang belum jelas pak”?
Tanya Andin heran melihat para polisi itu. “Tidak bu! Saya ada keperluan dengan
saudari Dinda”. “Ada apa dengan saudara saya”? “Biar Dinda sendiri yang
menjelaskannya bu”! Andin menatap mata Dinda yang sendu. Gadis Cantik yang
sangat menghormatinya itu tampak tenang, didekatinya Andin, diciumnya keningnya
dengan lembut. “Mudah-mudahan Anjel bisa jadi pengganti aku dan mas Galang di
hidupmu mbak”. Tak sempat berkata, Dinda menyerahkan kedua tangannya pada
polisi untuk kemudian punggungnya menghilang di balik pintu mobil
baja.(paragraf 40)
- Rama, profil Rama dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” oleh pengarang digambarkan sebagai mahasiswa yang tampan, cerdas dan penyabar serta sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Rama terdapat pada cerpen “ Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Rama salah satu mahasiswa yang
sedang menyusun tesis itu memang tanggung jawabnya sebagai dosen pembimbing.
Pemuda tampan nan cerdas itu kini telah sampai di Jakarta sehubungan belum
ditandatanganinya lembar pengesahan tesis yang akan disidangkannya akhir minggu
ini. “Kalau begitu saya permisi bu! Maaf saya mengganggu kesibukan ibu di
sini”!
- Rahelia, profil Rahelia oleh pengarang digambarkan sebagai bayi yang diadopsi oleh Andin dan sakit-sakitan sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Rahelia terdapat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Hingga suatu hari Andin pulang sambil membawa sesosok
bayi yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan.(paragraf 6)
“Kenapa dengan Rahel mbak”? Dinda memandang wajah
Rahel yang pucat dan menangis keras di pangkuan Andin. “Aku juga gak tahu Din,
mungkin Rahel sakit lagi, bibirnya aja membiru gini”.(paragraf 34)
- Ajenjelita, profil Anjelita oleh pengarang digambarkan sebagai bayi Alika dan Galang sebagai tokoh tambahan. Pernyataan ini terdapat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
“Halo! Mas Galang! Aku udah selesai periksa Enjel nih!
Mas jemput sekarang yah”! Wanita cantik yang sedang bicara di telpon itu tampak
melangkah pergi, di belakangnya seorang perawat menggendong sesosok bayi yang
masih merah, mungkin bayi perempuan itu berusia sekitar satu minggu.(paragraf
26)
- Suster, profil suster oleh pengarang digambarkan sangat ramah dan melayani pasien dengan baik dan sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang suster dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
“Maaf Bu, bayi ibu harus ditangani dokter yang sudah
terbiasa menanganinya, karena penyakit bayi ibu ini tidak bisa ditangani oleh
sembarang dokter, sebaiknya ibu membawa dia pada dokter yang sejak lahir
merawatnya”. Tapi saya tidak tahu dokternya Sus, sebab saya baru mengadopsi dia
seminggu yang lalu”. Jawab Andin tampak panik. “Dokter yang merawat bayi ini
dokter Renaldi, tapi dia sudah dipindahkan ke rumahsakit anak di Jakarta”.(paragraf
6)
- Polisi, profil polisi dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” berperan sebagai tokoh tambahan.
- Peran Gender dan Relasi Gender
Dari pemerian cerpen “Dari
Perselingkuhan Suamiku” tergambar bahwa peranan tokoh utama Andin berperan
ganda. Yakni berperan sebagai ibu rumah tangga, dalam arti harus mengurus rumah
tangganya dan bekerja sebagi seorang dosen di Universitas ternama di Jakarata. Andin
bekerja sebagai dosen karena melanjutkan pekerjaanya sebelummenikah dengan
Galang. Dalam penggambaranya pengarang mengondisikan Andin berperan ganda
sebagai tuntutan zaman yang semakin maju.
Pekerjaan Alika (istri ke dua
Galang) sebagai ibu rumah tangga yang sangat menyayangi suami dananaknya.
Sikapnya yang manja dan lembut terhadap semua orang. Pengarang mengondisikan
peran Alika sebagai ibu rumah tangga yang sempurna bagi Galang.
Pekerjaan Galang (suami Andin)
sebagai pengusaha minyak di Singapur. Galang menjadi kurang perhatian bahkan
cuek kepada Andin karena pertemuanya dengan Alika serta kebencianya kepada Andin
yang tidak dapat memberi anak untuknya. Selain itu, Galang juga membagi
cintanya untuk Andin dan Alika. Dalam penggambaranya, pengarang mengondisikan
peran Galang sebagai laki-laki yang bertanggungjawab namun pembohong.
Pekerjaan tokoh tambahan Mulan dalam
cerpen ini sebagai sekretasis Galang. Pengarang mengondisikan peran Mulan
sebagai sekretaris Galang yang membantu pekerjaan galang di kantor.
Pekerjaan tokoh tambahan Dinda dalam
cerpen ini sebagai sepupu Andin. Pengarang mengondisikan peran Dinda sebagai
sosok yang menguatkan hati Andin. Selain itu, Dinda juga merupakan tokoh yang
menyelesaikan permasalahan antara Andin, Alika dan Galang.
Pekerjaan tokoh tambahan Rama dalam
cerpen ini sebagai mahasiswa Andin. Pengarang mengondisikan peran Rama sebagai
mahasiswa Andin yang tampan dan cerdas. Selainitu juga mengondisikan Rama pada tuntutan zaman maju dalam bidang
pendidikan.
Peran tokoh tambahan Rahelia dan
Anjelita. Pengarang menggambarkan peran Rahelia sebagai anak angkat Andin dan
Galang. Sedangkan Anjelita sebagai anak Alika dengan Galang yang akhirnya
menjadi anak yang di asuh oleh Andin.
Tokoh tambahan suster dalam cerpen
ini bekerja di rumah sakit. Pengarang mengondisikan peran suster sebagai
tuntutan bidang kesehatan yang modern. Dan tokoh polisi dalam cerpen ini
dikondisikan oleh pengarang sebagai perkembangan zaman yang maju di bidang
keamanan.
- Jenis Ideologi Gender dan Ketidakadilan Gender
Cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku”
ini membahas tentang representasi posisi berbagai aktor sosial, posisi gagasan,
dan peristiwa. Berdasarkan analisis wacana kritis ideologigender pada cerpen
“Dari Perselingkuhan Suamiku” representasi ideologi dalam cerpen tersebut
menampilkan Andin dan Alika sebagai “objek” penceritaan dan Galang sebagai
Subjek penceritaab. Dalam cerpen tersebut pengarang Nensinur berperan sebagai
pengamat yang mengamati kehidupan tokoh-tokoh dalam cerpen “Dari Perselingkuhan
Suamiku”. Selain itu, pengarang juga mengungkap jenis-jenis ideologi gender
dari cerpen tersebut.
- Idiologi Partiarki
Andin sebagai tokoh utama memiliki peran ganda. Yakni sebagai ibu rumah
tangga sekaligus sebagai dosen yang membantu suami mencari nafkah. Hal ini
Andin lakukan karena melanjutkan pekerjaanya sebagai Dosen di sebuah
Universitas ternama di Jakarta sebelum menjadi istri Galang.
Dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” tokoh Andin menampilkan dirinya
sendiri sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak angkatnya dan menjadi
seorang dosen di Universitas ternama di Jakarta. Selain itu, Andin juga
menampilkan keinginanya bersama sang suami yang dicintainya. Hal ini tercantum
dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Seorang gadis berparas anggun dan
berpenampilan santun menyambutnya di tangga teras dengan senyum sedikit
dipaksakan. Gadis itu tampak lebih dewasa dari usianya yang kira-kira duapuluh
limatahunan, tampak dari penampilannya yang masih berseragam dosen sebuah
universitas ternama di kota itu. Potongan rambutnya yang sederhana ditambah
wajahnya yang agak pucat semakin mempersendu pandangan siapapun di
sekelilingnya.(paragraf 3)
“Sudah seminggu Mama pergi, tapi aku
masih begini mas, aku masih saja terpukul, bahkan saat mengawasi mahasiswaku
ujian saja aku sulit sekali konsentrasi”.(paragraf 5)
Di tempat yang berbeda, Andin tengah
panik merawat bayinya yang mendadak demam tinggi. ....”(paragraf 24)
Andin tampak terkantuk-kantuk di
kursi depan ruangan tempat bayinya tengah diperiksa, sudah dua hari dia di
Jakarta dan mengurusi bayi itu. Tiba-tiba dia merasa sangat kangen dengan
Galang,sudah berpuluh kalinya dia menelpon Galang tapi tak pernah
nyambung.(paragraf 25)
Tingkah lau Galang yang berubah menjadi cuek , pemarah dan suka membentak
Andin, membuat Andin ingin berhenti berkomunikasi dengan Galang.
“Mas! Kamu dari mana aja sih? Kok
kamu gak ada kabar”? “Kan aku udah
bilang! Kamu sebaiknya pulang ke Surabaya! Memangnya aku gak tahu kalau
mahasiswa kamu sampai datang ke sini menyusul? Itu artinya kamu sudah
menelantarkan mereka Andin”! Hardik Galang dengan wajah tak suka. “Tapi kamu
gak usah marah-marah begitu mas! Aku kan udah bilang kondisi Rahel sekarang gak
memungkinkan dirawat di Surabaya”! Andin tak mau kalah dengan hardikan
suaminya. “Ah! Terserah lah! Pokoknya aku gak mau tahu! Secepatnya kamu harus
pulang ke Surabaya”! “Mas! Kamu mau kemana lagi sih? Kamu kan baru aja datang”!
Andin mengejar Galang yang sudah menstater mobilnya, tapi Galang tak peduli,
dia buru-buru meninggalkan rumah itu tampa menoleh sedikitpun pada Andin.
(paragraf 30)
“....Galang luar biasa marah, dia terang-terangan
meminta agar Andin kembali ke Surabaya secepatnya dengan alasan dokter di
Surabayapun masih banyak yang mampu. Untuk beberapa waktu Andin tak lagi
menghubungi Galang yang dianggapnya sudah keterlaluan itu.”
Gambaran tokoh Galang melakukan ketidak adilan gender. Ketidakadilan yang
Galang lakukan yaitu berselingkuh bahkan menikah dengan Alika dan mempunyai
anak tanpa sepengetahuan Andin. Hal ini
tersirat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Seorang gadis cantik duduk di meja yang
menghadap ke luar jendela. Senyumnya mengembang saat Galang memasuki restoran
dan mendekatinya. “Alika! Sudah lama menunggu yah”? Dia menarik kursi di depan
Alika. “Belum lama kok mas”, sambil tersipu dia menerima uluran bukep mawar
merah dari tangan Galang. “Mudah-mudahan bunganya suka ya Lika”? (paragraf 17
menggambarkan perselingkuhan Galang)
Malam itu dia tampak berdiri anggun
di teras rumah, rambutnya terurai di pinggang tampak tergerai tertiup angin.
Senyum manisnya mengembang saat mobil suaminya memasuki pekarangan rumah.
Sebuah kado cantik tampak di tangannya saat keluar dari dalam mobil itu. “Sudah bawa kado lagi? Gak bosen beli kado
terus”? sambutnya manja saat lelaki itu menaiki anak tangga. “Kado ini khusus
untuk ibunya, yang kemarin-kemarin kan untuk jagoan kecil papa”! lelaki itu
mengusap perut wanita itu sambil menggandengnya memasuki rumah.(paragraf 23,
secara tersirat menggambarkan hubungan pernikahan Galang dengan Alika)
- Idiologi Familialisme
Sebagai seorang istri, Andin adalah seorang perempuan yang sangat
bertanggungjawap terhadap kehidupan rumahtangganya. Karena suaminya sibuk
bekerja dan tidak memiliki banyak waktu untuk dirinya dan anakangkatnya, Andin
senantiasa selalu menjaga keharmonisan keluarganaya. Andin selalu menanyakan kabar
Galang yang kadang tidak jelas dimana posisinya dan selalu merawatanak
angkatnya yang sakit-sakitan.
Peran ganda Andin sebagai dosen dan Ibu rumah tangga tidak dihargai oleh
Galang. Hal ini terbukti ketika Andin membutuhkan Galang saat anaknya sakit. Galang
memarahi Andin dan lebih memilih menjemput istri keduanya Alika yang
jelas-jelas berada di rumah sakit yang sama dengan Andin tanpa sepengetahuan
Andin. Pernyataan ini terbukti dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku”
sebagai berikut.
Pernah suatu hari dia menelpon
kantor Galang di Surabaya dan kebetulan hari itu Galang sedang ada, Andin
meminta Galang untuk menyusulnya ke Jakarta, namun tak disangkanya, reaksi
Galang luar biasa marah, dia terang-terangan meminta agar Andin kembali ke
Surabaya secepatnya dengan alasan dokter di Surabayapun masih banyak yang
mampu.(paragraf 28)
“Halo! Mas Galang! Aku udah selesai
periksa Enjel nih! Mas jemput sekarang yah”! Wanita cantik yang sedang bicara
di telpon itu tampak melangkah pergi, di belakangnya seorang perawat
menggendong sesosok bayi yang masih merah, mungkin bayi perempuan itu berusia
sekitar satu minggu. “Mas Galang”? perempuan itu menyebutkan nama mas Galang?
Ah! Bodoh benar aku ini, nama Galang kan ada beribu di dunia ini”, Gumamnya
dalam hati meskipun batinnya sedikit teriris mengingat Galang suaminya telah
banyak berubah. (paragraf 26)
- Ideologi Ibuisme
Munculnya simbol “Ibu” kemudian diikuti
dengan paham “Ibuisme”. Paham ini membawa arti sempit terhadap peran
perempuan karena perananya dibatasi oleh hal-hal mengenai rumahtangga. Ideologi
ibuisme menuntut perempuan berperan sebagai ibu yang baik, pendamping suami
yang baik, mengurus anak dan ikut mencari nafkah tambahan. Memosisikan
perempuan seperti itu menunjukan adanya diskriminasi terhadap kehidupan
perempuan. Sebab, tidak ada tuntutan sebanyak itu untuk laki-laki dalam
keluarga. Laki-laki hanya berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.
Dalam cerpen ini tergambar sangat jelas peran Andin sebagai seorang ibu
yang baik, mendampingi suami, mengurus anak serta ikut mencari nafkah. Berbeda
dengan tokoh Alika yang berperan sebagai selingkuhan dan istri ke dua Galang.
Alika hanya mendampingi suami dan mengurus anak tanpa ikut serta mencari nafkah
atau tanpa memiliki peran ganda dalam rumah tangga.
Penggambaran tokoh Galang dalam pemberian penghargaan terhadap ideologi
ibuisme yang dilakukan oleh Andin tidak pernah ia hargai. Hal ini terbukti
dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” dimulai dari paragraf duapuluh dua
yang menyatakan kecuekan dan ketidak acuhan Galang atas keinginan andin sebagai
seorang ibu yang menginginkan seorang anak sampai paragraf ke tiga puluh (bisa
di baca pada lampiran) yang menyatakan kerinduan andin pada suaminya, Galang.
Penghargaan tersebut ditukar dengan ketidak adilan gender oleh galang.
Galang memilih pergi ke rumah istri ke duanya, Alika. Perselingkuhan antara
Galang dan Alika tidak pernah Andin ketahui meski ada sedikit rasa curiga
kepada Alika karena penggunaan nama Aditama sebagai akhiran nama anjelita anak Alika.
Dari perselingkuhan galang dan Alika akhirnya Andin mendapat seorang anak hasil
kebohongan suaminya.
“Mas! Kamu dari mana aja sih? Kok
kamu gak ada kabar”? “Kan aku udah
bilang! Kamu sebaiknya pulang ke Surabaya! Memangnya aku gak tahu kalau mahasiswa
kamu sampai datang ke sini menyusul? Itu artinya kamu sudah menelantarkan
mereka Andin”! Hardik Galang dengan wajah tak suka. “Tapi kamu gak usah
marah-marah begitu mas! Aku kan udah bilang kondisi Rahel sekarang gak
memungkinkan dirawat di Surabaya”! Andin tak mau kalah dengan hardikan
suaminya. “Ah! Terserah lah! Pokoknya aku gak mau tahu! Secepatnya kamu harus
pulang ke Surabaya”! “Mas! Kamu mau kemana lagi sih? Kamu kan baru aja datang”!
Andin mengejar Galang yang sudah menstater mobilnya, tapi Galang tak peduli,
dia buru-buru meninggalkan rumah itu tampa menoleh sedikitpun pada
Andin.(paragraf 30)
. “... “Mudah-mudahan Anjel bisa
jadi pengganti aku dan mas Galang di hidupmu mbak”. Tak sempat berkata, Dinda
menyerahkan kedua tangannya pada polisi untuk kemudian punggungnya menghilang
di balik pintu mobil baja.” (paragraf 40).
- Ideologi Umum
Ideologi umum menunjukkan adanya penekanan bagi perempuan yang dilakukan
oleh laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya kepemimpinan bagi laki-laki.
Dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” pengarang melibatkan tokoh tambahan
seperti Mulan sekretaris Galang, Rama mahasiswa Andin, Dinda adik sepupu Andin,
Rahelia anakangkat Andin dan Galang, Anjelita (anak Galang dan Alika), Suster,dan
Polisi.
Mulan Dengan tuturan sebagai
berikut.
“Pak Galang kangen banget kayanya sama bu Andin,
sampai-sampai kerja kaya kesetanan gitu”.( paragraf 3)
Dinda dengan tuturan sebagai
berikut.
“Sudah mbak! Jangan ditangisi terus mas Galang,
mungkin dia sedang banyak masalah pekerjaan”! Hibur Dinda adik sepupu Andin
yang meninggali rumah itu.(paragraf 31)
Rama dengan tuturan sebagai berikut.
“Maaf bu Andin,
saya Rama mahasiswa bimbingan tesis ibu”! (pada paragraf 28)
Suster dengan tuturan sebagai
berikut.
“Maaf Bu, bayi ibu harus ditangani dokter yang sudah
terbiasa menanganinya, karena penyakit bayi ibu ini tidak bisa ditangani oleh
sembarang dokter, sebaiknya ibu membawa dia pada dokter yang sejak lahir
merawatnya”.(paragraf 24)
Polisi
dengan tuturan sebagai berikut.
“Tidak bu! Saya ada keperluan dengan
saudari Dinda”.
“Biar Dinda sendiri yang menjelaskannya bu”!
BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam cerpen “Dari Perselingkuhan
Suamiku” pengarang berperan sebagai pengamat. Pengarang mengamati sekaligus
menceritakan adanya ketidakadilan gender pada suatu peristiwa yang dituangkan
dalam karyanya yaitu cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku”. Ketidakadilan gender
dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” disebabkan adanya ketidak sanggupan
tokoh Galang menolak keinginan ibu Andin dan ditambah dengan tidak sempurnanya
peran seorang istri bagi suami yaitu tidak memberikan anak.
Subjek dalam cerpen “Dari
Perselingkuhan Suamiku” diperankan oleh tokoh Galang. Sedangkan objek dalam
cerpen “DariPerselingkuhan Suamiku” diperankan oleh Andin (istri pertama
Galang) dan Alika (istri ke dua Galang) berupa perselingkuhan yang dilakukan
oleh tokoh Galang. Perbuataan (predikat) yang dilakukan oleh tokoh Galang
(Subjek) terhadap Andin (Objek1) dan Alika (Objek2) berupa ketidakadilan gender
karena berupa perselingkuhan tanpa sepengetahuan Andin dan Alika (sebagai objek
penceritaan.
3.2 Saran
Kami selaku penulis makalah yang
berisis analisis wacana kritis berideologi gender menyarankan kepadapembaca
untuk memahami perbedaan antara kesetaraan gender, ketidakadilan gender dan
ketimpangan gender. Hal ini penulis sarankan agar pembaca tidak melakukan
penyalahan gender.
Daftar Rujukan
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Nensinur.2011.“Dari
Perselingkuhan Suamiku”. http://diksi28.blogspot.com/2011/12/dari-perselingkuhan
suamiku.html. 26 Desember 2011.
Dari
Perselingkuhan Suamiku
Usai menutup telpon di meja
kerjanya, Galang kembali pada setumpuk dokumen di hadapannya, tapi kali ini
wajahnya sedikit gelisah. Tumpukan dokumen yang dua jam lalu dicermatinya kini
cukup saja dibolak-balik dan kesimpulannya dia tak lagi berkonsentrasi. Suara
Andin yang parau di sebrang telpon tadi jelas mengharuskan dirinya segera angkat
kaki dari kantor pukul dua siang itu.
“Mulan! Saya harus pulang, agenda
tamu yang tersisa kensel jadi besok pagi yah”! Sambil merapikan jasnya lelaki
tampan itupun berpamitan pada sekretarisnya yang melongok di depan pintu. Gadis
muda nan cantik itupun hanya mengangguk. Tak butuh waktu lama menuju rumah
Andin, Galang tengah memarkir mobil mewahnya di depan rumah mungil bercat hijau
itu.
Seorang gadis berparas anggun dan berpenampilan
santun menyambutnya di tangga teras dengan senyum sedikit dipaksakan. Gadis itu
tampak lebih dewasa dari usianya yang kira-kira duapuluh limatahunan, tampak
dari penampilannya yang masih berseragam dosen sebuah universitas ternama di
kota itu. Potongan rambutnya yang sederhana ditambah wajahnya yang agak pucat
semakin mempersendu pandangan siapapun di sekelilingnya.
“Asalamualaikum”! Galang menaiki
teras sambil mengucapkan salam yang sangat terbiasa pada gadis itu. “Waalaikum salam”. Andin menjawab lirih
sambil mempersilahkan Galang masuk. Sesaat kemudian, mereka telah terlibat
obrolan serius di ruang tamu ditemani minuman hangat yang baru disajikan
seorang pembantu. Wajah Andin sudah berlinang air mata, dipergelangan tangan
Galang dia menangis tersedu-sedu, sedangkan Galang tak terlalu banyak berkata,
dia hanya mencoba menenangkan gadis yang sudah lebih dari delapan tahun itu
jadi kekasihnya dengan membelai rambutnya.
“Sudah seminggu Mama pergi, tapi aku
masih begini mas, aku masih saja terpukul, bahkan saat mengawasi mahasiswaku
ujian saja aku sulit sekali konsentrasi”. Galang tampak bingung, memang sudah
seminggu ini dia harus membagi perhatian antara pekerjaan dengan kesibukan
menemani Andin yang kehilangan mamanya. Mama Andin sudah dua tahun menderita
kangker di kepalanya, dan seminggu lalu dia meninggal di rumah sakit di
Jakarta.
Andin adalah anak satu-satunya,
Ayahnyapun telah meninggal saat dia duduk di bangku SMA. Kini kekasihnya itu
sebatangkara, Masih terngiang benar di kepalanya, saat menjelang kepergiannya
wanita berwajah teduh itu meminta Galang segera menikahi putri tunggalnya dan
saat itu Galang tak punya pilihan lain selain berkata ya untuk menenangkan
wanita yang amat dihormatinya itu.
“Bersabarlah Din, jika kamu begini terus mama gak akan tenang di sana, dan kamu gak usah khawatir, kan ada aku di sini, aku yang akan selalu menemani kamu”. “Sepertinya aku harus pergi berlibur mas, kalau terus di sini rasanya aku tak sanggup, sebab harus selalu mengenang mama”. Andin sudah cukup tenang, dia meneguk teh sambil menyandarkan kepalanya di bahu Galang. Seminggu kemudian, di ruang tunggu Galang tampak terkantuk-kantuk dengan leptopnya.
“Bersabarlah Din, jika kamu begini terus mama gak akan tenang di sana, dan kamu gak usah khawatir, kan ada aku di sini, aku yang akan selalu menemani kamu”. “Sepertinya aku harus pergi berlibur mas, kalau terus di sini rasanya aku tak sanggup, sebab harus selalu mengenang mama”. Andin sudah cukup tenang, dia meneguk teh sambil menyandarkan kepalanya di bahu Galang. Seminggu kemudian, di ruang tunggu Galang tampak terkantuk-kantuk dengan leptopnya.
Pesawat yang ditumpangi Andin
mengalami keterlambatan sampai satu jam. Setadinya dia berniat untuk kembali ke
kantor, tapi janjinya pada Andin yang sedari malam diumbarnya terpaksa
mengharuskan dia duduk di sana. “Mohon perhatian! Pesawat Garuda dengan nomor
penerbangan 6116-B dari Singapura telah mendarat”! Beberapa orang yang sedang
menunggu penumpang dari pesawat yang diumumkan tersebut tampak bersiap-siap.
Galang tak bergeming, dia tetap duduk sambil berharap pesawat yang membawa
Andin segera tiba.
“Aw”! Tiba-tiba dia tersentak sambil
menarik sebelah kakinya, Baru saja sebuah sepatu berhak tinggi menginjak kaki
kirinya. Pekikan tertahanpun keluar
dari bibir gadis di hadapannya. “Maaf Mas! Maaf”! Timpal gadis itu seraya menyentuh pergelangan Galang, dia terlihat sangat gugup.” ”Alika! kamu Alika kan”? Galang berdiri sambil menatap gadis di hadapannya lurus-lurus.
“Mas Galang? Ia ini aku, Alika”! Seperti ada kekuatan gaib, tiba-tiba mereka sudah dalam keadaan berpelukan, bahkan Galang tampak takjub dengan pertemuannya dengan gadis cantik bernama Alika itu. “Mas Galang lagi nunggu siapa”? Alika bertanya sambil merapikan rambutnya. “A, Aku sedang nunggu teman, dia teman bisnisku dari, eh, Kualalumpur”, Dengan sedikit gugup Galang berbohong. Entah kenapa tiba-tiba ide bohong itu muncul begitu saja dari kepalanya. “Oh, yaudah, kalau gitu sampai ketemu ya Mas, kebetulan aku juga harus cepet sampai di tempat kerja. Oya kalau gak sibuk kita ketemu lagi ya mas”! “ok! Nanti aku hubungi lagi”! jawab Galang sambil tersenyum. Kemudian Alika pergi.
dari bibir gadis di hadapannya. “Maaf Mas! Maaf”! Timpal gadis itu seraya menyentuh pergelangan Galang, dia terlihat sangat gugup.” ”Alika! kamu Alika kan”? Galang berdiri sambil menatap gadis di hadapannya lurus-lurus.
“Mas Galang? Ia ini aku, Alika”! Seperti ada kekuatan gaib, tiba-tiba mereka sudah dalam keadaan berpelukan, bahkan Galang tampak takjub dengan pertemuannya dengan gadis cantik bernama Alika itu. “Mas Galang lagi nunggu siapa”? Alika bertanya sambil merapikan rambutnya. “A, Aku sedang nunggu teman, dia teman bisnisku dari, eh, Kualalumpur”, Dengan sedikit gugup Galang berbohong. Entah kenapa tiba-tiba ide bohong itu muncul begitu saja dari kepalanya. “Oh, yaudah, kalau gitu sampai ketemu ya Mas, kebetulan aku juga harus cepet sampai di tempat kerja. Oya kalau gak sibuk kita ketemu lagi ya mas”! “ok! Nanti aku hubungi lagi”! jawab Galang sambil tersenyum. Kemudian Alika pergi.
Dalam mobilnya Galang tampak lebih
pendiam, dia sesekali tersenyum saja saat menanggapi cerita-cerita seru Andin
saat liburannya di Kualalumpur.
“Mas, kok kayanya mas Galang gak seneng gitu sih ketemu ma aku? Mas sibuk banget yah di kantor? Kalau emang sibuk mas gak perlu jemput aku”,
“Ah, gak kok, aku Cuma agak kesel aja pesawat kamu terlambat, kan lumayan aku nunggu sampai dua jam”. Galang mengelak, sebenarnya dalam hatinya dia sangat senang dengan keterlambatan pesawat itu karena dia bisa bertemu Alika.
“Mas, kok kayanya mas Galang gak seneng gitu sih ketemu ma aku? Mas sibuk banget yah di kantor? Kalau emang sibuk mas gak perlu jemput aku”,
“Ah, gak kok, aku Cuma agak kesel aja pesawat kamu terlambat, kan lumayan aku nunggu sampai dua jam”. Galang mengelak, sebenarnya dalam hatinya dia sangat senang dengan keterlambatan pesawat itu karena dia bisa bertemu Alika.
Sesudah mengantarkan Andin sampai di
rumahnya, Galang langsung menuju kantor, setumpuk pekerjaan dia selesaikan
lebih cepat seakan berlomba dengan parakariawannya. Mulan gadis manis yang
sudah dua tahun ini menjadi sekretarisnya ikut terheran-heran melihat
pemimpinnya terburu-buru ingin menyelesaikan pekerjaannya, dengan terpaksa,
diapun harus turut sibuk ini-itu sampai dua jam sebelum waktunya bubar kantor,
Galang telah cabut dengan sunggingan senyuman di bibirnya.
“Pak Galang kangen banget kayanya
sama bu Andin, sampai-sampai kerja kaya kesetanan gitu”, gunjing beberapa
kariawan yang berpapasan dengannya.
Di dalam mobilnya Galang menekan sebuah nomor yang tadi dicatatnya di bandara. Entah kenapa sepertinya dia tak sabar mendengar jawaban di sebrang sana. “Halo”! Benar saja, tak cukup lama suara setengah serak itupun muncul.
“Halo, Alika! Ini aku Galang, kita jadi ketemu malam ini kan”? Senyum itu tampak mengembang dari bibir galang, saat telpon yang baru saja dimasukan dalam saku jasnya kembali berdering. Nama Andin tertera di layar.
Di telpon Andin memintanya untuk mampir ke rumah karena dia telah menyiapkan minuman hangat yang dibawanya dari Kualalumpur.
“Maaf sayang, aku gak bisa lama nih, jam tujuh ini aku ada ketemuan dengan teman bisnisku dari Singapur”, Galang menjatuhkan badannya di sofa di ruang
tengah. “ya, gak apa kok, aku ngerti, kalau gitu, biar gak buru-buru, kamu mandi di sini aja ya mas! Nanti aku siapin baju dan jas kamu”. “Baju sama jas aku? Emang aku pernah ninggalin di sini yah”? Galang menatap kekasihnya itu bingung. “Udah, pokoknya mas mandi aja duech”! Tak cukup mengerti Galang segera menuju kamar mandi, dan begitu dia keluar, Andin telah berdiri sambil menyiapkansatu stel pakayan lengkap dengan jas dan sepatu yang berkilat terkena sinar lampu.
Di dalam mobilnya Galang menekan sebuah nomor yang tadi dicatatnya di bandara. Entah kenapa sepertinya dia tak sabar mendengar jawaban di sebrang sana. “Halo”! Benar saja, tak cukup lama suara setengah serak itupun muncul.
“Halo, Alika! Ini aku Galang, kita jadi ketemu malam ini kan”? Senyum itu tampak mengembang dari bibir galang, saat telpon yang baru saja dimasukan dalam saku jasnya kembali berdering. Nama Andin tertera di layar.
Di telpon Andin memintanya untuk mampir ke rumah karena dia telah menyiapkan minuman hangat yang dibawanya dari Kualalumpur.
“Maaf sayang, aku gak bisa lama nih, jam tujuh ini aku ada ketemuan dengan teman bisnisku dari Singapur”, Galang menjatuhkan badannya di sofa di ruang
tengah. “ya, gak apa kok, aku ngerti, kalau gitu, biar gak buru-buru, kamu mandi di sini aja ya mas! Nanti aku siapin baju dan jas kamu”. “Baju sama jas aku? Emang aku pernah ninggalin di sini yah”? Galang menatap kekasihnya itu bingung. “Udah, pokoknya mas mandi aja duech”! Tak cukup mengerti Galang segera menuju kamar mandi, dan begitu dia keluar, Andin telah berdiri sambil menyiapkansatu stel pakayan lengkap dengan jas dan sepatu yang berkilat terkena sinar lampu.
Jelas semua masih tampak baru. “Lihat
mas! Keren kan pilihanku? Ini udah aku cocokkan dengan badan kamu kok,
ukurannya pasti pas”. Galang menatap dirinya di cermin, diamatinya sepatu, celana,
kemeja, jas dan dasi mahal yang dibelikan Andin. Tentu saja, sangat pas dan sangat
serasi dengan kulitnya yang terang. wajar saja sih, sudah lebih dari delapan
tahun mereka menjalin hubungan, Andin sebagai sosok wanita yang sangat teliti,
tak perlu sulit untuk mengenali model fisik kekasihnya itu.
“Waw! Keren banget kamu mas! Gak sia-sia
aku menguras otak membayangkan dirimu saat memilih pakaian ini”! Pekik Andin yang
sedang menyiapkan minuman di meja. Galang Cuma tersenyum sambil duduk dan
memindahkan saluran televisi. “Oya Mas? Teman bisbis kamu itu laki-laki atau
perempuan? Emang acaranya formil banget yah, sampai aku gak bisa ikut”? Galang
tampak gugup, dia memang tak cukup punya waktu untuk mengatakan kebohongan pada
Andin. “Ah! Laki-laki! Makanya sayang juga aku serapi ini”! Jawabnya sambil
matanya lurus pada televisi, dia takut sekali matanya tak bisa bohong di depan
Andin.
“Oh, ya kalau gitu gapapa dong, biar
bagaimanapun perusahan kamu itu juga terletak pada bagaimana penampilan kamu,
meskipun kecakapan dan kecerdasan itu paling menunjang, tapi kan kalau kamunya
juga menjaga penampilan orang akan semakin simpati sama perusahaan kamu”. Andin
tersenyum, senyumnya sangat tulus, tak nampak sedikitpun ada kecurigaan di
matanya. “Sebenarnya aku juga pingin ngajak kamu ikut, tapi sayangnya kita
ketemuan di kafe yang kebanyakan pengunjungnya laki-laki, jadi aku malah
khawatir kamu gak nyaman, lagi pula kan kamu baru aja datang, mending kamu
istirahat aja di rumah”. “Ia bener juga,
mending aku istirahat aja, soalnya badan aku juga masih agak cape, titip salam
aja yah buat teman bisnis kamu, dan semoga urusan kamu sama dia berjalan
lancar”.
Sebelum menaiki mobilnya Andin
sempat menyemprotkan parfum ke baju kekasihnya itu, masih oleh-olehnya dari
Kualalumpur. “ok! Selamat bersenang-senang yah”! Andin mencium kening Galang,
entah ada rasa sedikit tak enak di hatinya saat mobil Galang meninggalkan halaman
rumahnya.
Restoran itu adalah restoran cukup
mahal di Surabaya. Orang-orang yang datang ke tempat ini tentu bukan orang
sembarangan. Kebanyakan mereka datang dengan urusan yang paling penting, kalau
tidak dalam urusan bisnis, tentu acara kumpul keluarga atau bahkan pasangan
muda yang ingin menikmati kebersamaan dengan sentuhan mewah dan romantis. Mobil mewah Galang memasuki parkiran
beriringan sebuah mobil yang tak kalah mewah di belakangnya.
Seorang gadis cantik duduk di meja
yang menghadap ke luar jendela. Senyumnya mengembang saat Galang memasuki
restoran dan mendekatinya.
“Alika! Sudah lama menunggu yah”? Dia menarik kursi di depan Alika.
“Belum lama kok mas”, sambil tersipu dia menerima uluran bukep mawar merah dari tangan Galang. “Mudah-mudahan bunganya suka ya Lika”?
“Alika! Sudah lama menunggu yah”? Dia menarik kursi di depan Alika.
“Belum lama kok mas”, sambil tersipu dia menerima uluran bukep mawar merah dari tangan Galang. “Mudah-mudahan bunganya suka ya Lika”?
Sebentar kemudian mereka sudah
terlibat percakapan hangat dengan hidangan makan malam yang telah dipesan. “Sejak
lulus SMA kita gak pernah ketemu lagi, bahkan acara from night itu juga gak
nyangka bakal jadi perpisahan kita”. “Ya, sebenarnya setelah acara itu aku
sering banget kepikiran kamu lo Lik”,
“Emangnya waktu itu Mas Galang langsung tinggal di Surabaya yah”? Alika menyibakan rambut yang menutupi sebagian matanya. ”Oh! Gak, aku langsung ke Bandung, aku kuliah di ITB, kamu juga kan tahu kalau aku pingin banget jadi ahli dalam perminyakan”. “Oya, pantas perusahan minyak punya mas Galang itu kelihatannya berkembang pesat sekali, aku ikut seneng lo mas”!
“Kamu sendiri gimana Lik? Setelah lulus dari SMA aku dengar kamu ke Jerman yah”? “Ya, aku memang ke Jerman, aku kuliah dan ambil jurusan kesting”.
“Loh? Bukannya kamu pingin banget ambil kedokteran yah? Kok malah jadi kesting”? Kali ini Galang sedikit tertawa. “Aku memang pingin jadi dokter, tapi semenjak aku sering kena alergi kalau melihat darah, aku mundur duech”! keduanya lalu tertawa sambil membahas kejadian lucu ketika Alika duduk di kelas satu dan Galang di kelas tiga, ketika salahsatu teman galang terluka di lapang basket dan dari hidungnya mengeluarkan darah, Alika yang ditugaskan merawat di UKS malah pingsan tak kuat melihat darah yang mengalir deras dari hidung teman Galang.
“Emangnya waktu itu Mas Galang langsung tinggal di Surabaya yah”? Alika menyibakan rambut yang menutupi sebagian matanya. ”Oh! Gak, aku langsung ke Bandung, aku kuliah di ITB, kamu juga kan tahu kalau aku pingin banget jadi ahli dalam perminyakan”. “Oya, pantas perusahan minyak punya mas Galang itu kelihatannya berkembang pesat sekali, aku ikut seneng lo mas”!
“Kamu sendiri gimana Lik? Setelah lulus dari SMA aku dengar kamu ke Jerman yah”? “Ya, aku memang ke Jerman, aku kuliah dan ambil jurusan kesting”.
“Loh? Bukannya kamu pingin banget ambil kedokteran yah? Kok malah jadi kesting”? Kali ini Galang sedikit tertawa. “Aku memang pingin jadi dokter, tapi semenjak aku sering kena alergi kalau melihat darah, aku mundur duech”! keduanya lalu tertawa sambil membahas kejadian lucu ketika Alika duduk di kelas satu dan Galang di kelas tiga, ketika salahsatu teman galang terluka di lapang basket dan dari hidungnya mengeluarkan darah, Alika yang ditugaskan merawat di UKS malah pingsan tak kuat melihat darah yang mengalir deras dari hidung teman Galang.
Selanjutnya mereka terus bercakap-cakap
sambil bercanda hingga larut malam. “Setelah ini kamu akan tinggal dimana?”
Galang merapikan dasinya sambil memandang Alika “Aku akan pulang ke Jakarta,
kebetulan aku sudah bekerja di salahsatu perusahan tabloit nasional sambil aku
juga melepas kangen sama keluarga”. “Oh, syukur lah, yang jelas kamu gak kan
kembali ke Jerman kan”? “Ya gak lah mas! Rumahku kan di Jakarta, di jerman itu
Cuma tempatku kuliah”! Sambil tersenyum Alika menepuk pergelangan Galang yang
sedang mempermainkan mawar di atas meja.
Tiga bulan setelah itu, di sebuah
ruangan dalam sebuah rumahsakit, Tangis Andin kembali pecah dalam dekapan
Galang. Kenyataan pahit yang baru saja titerimanyadari dokterkandungan pribadinya
yang mengatakan bahwa ada kista di rahimnya sehingga menyebabkan rahimnya yang
sedang mengandung enam minggu buah pernikahannya harus diangkat. Artinya selain harus siap kehilangan calon
bayinya, Andinpun kehilangan kesempatan untuk bisa mengandung lagi.
Dari hari kehari, minggu keminggu
dan sudah hampir satu tahun Galang menjalani rumahtangganya bersama Andin, jelas
dalam keadaan yang diluar harapan mereka. Ketidakhadiran anak dalam keluarga
kecil mereka menjadikan keduanya sering kali lepas kendali. Andin sering sekali
pulang larut dan banyak menghabiskan waktunya di kampus ketimbang menunggu
kepulangan Galang dari kantor. Begitupun dengan Galang, beberapa bulan terakhir
ini dia sering sekali bolak-balik Surabaya Jakarta entah dalam kepentingan apa,
yang pasti berlatarbelakangkan pekerjaan. Rumah mewah mereka tampak cenderung
sepi dan kosong, Cuma beberapa pembantu rumah tangga yang sering kebingungan
tampak di sana.
Hingga suatu hari Andin pulang
sambil membawa sesosok bayi yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan. Galang pun
tampak tak merespon hangat keputusan sepihak isterinya itu, dia tampak acuh
bahkan sepertinya tak peduli tindakan apapun yang dilakukan Andin. Rumah mungil
itu terletak di pinggiran kota Jakarta, meski tak terlalu besar, tapi nuansa
kemewahan dan sentuhan glamor tampak kental dari karakter penghuninya yang baru
satu bulan menempati bangunan baru itu. Yang jadi nyonya rumah adalah seorang
wanita muda berwajah cantik yang tampak sedang hamil tua. Sepertinya tinggal
menghitung hari dia akan segera melahirkan putra pertamanya.
Malam itu dia tampak berdiri anggun
di teras rumah, rambutnya terurai di pinggang tampak tergerai tertiup angin.
Senyum manisnya mengembang saat mobil suaminya memasuki pekarangan rumah.
Sebuah kado cantik tampak di tangannya saat keluar dari dalam mobil itu. “Sudah bawa kado lagi? Gak bosen beli kado
terus”? sambutnya manja saat lelaki itu menaiki anak tangga.
“Kado ini khusus untuk ibunya, yang kemarin-kemarin kan untuk jagoan kecil papa”! lelaki itu mengusap perut wanita itu sambil menggandengnya memasuki rumah.
“Kado ini khusus untuk ibunya, yang kemarin-kemarin kan untuk jagoan kecil papa”! lelaki itu mengusap perut wanita itu sambil menggandengnya memasuki rumah.
Di tempat yang berbeda, Andin tengah
panik merawat bayinya yang mendadak demam tinggi. Beberapa kali dikontaknya
Galang untuk diminta mengantar ke dokter spesialis anak, tapi telpon Galang
selalu mati. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi membawa bayinya dengan taksi. “Maaf
Bu, bayi ibu harus ditangani dokter yang sudah terbiasa menanganinya, karena
penyakit bayi ibu ini tidak bisa ditangani oleh sembarang dokter, sebaiknya ibu
membawa dia pada dokter yang sejak lahir merawatnya”. Tapi saya tidak tahu
dokternya Sus, sebab saya baru mengadopsi dia seminggu yang lalu”. Jawab Andin
tampak panik. “Dokter yang merawat bayi ini dokter Renaldi, tapi dia sudah
dipindahkan ke rumahsakit anak di Jakarta”.
Andin tampak terkantuk-kantuk di
kursi depan ruangan tempat bayinya tengah diperiksa, sudah dua hari dia di
Jakarta dan mengurusi bayi itu. Tiba-tiba dia merasa sangat kangen dengan
Galang,sudah berpuluh kalinya dia menelpon Galang tapi tak pernah nyambung.
Ditanya ke kantornya juga sekretaris dan kariawan lain tak ada yang tahu Galang
dimana, mereka hanya mengatakan Galang sedang ke luar kota. Lamunannya mendadak
buyar ketika seseorang berbicara di telpon persis di sebelahnya.
“Halo! Mas Galang! Aku udah selesai
periksa Enjel nih! Mas jemput sekarang yah”! Wanita cantik yang sedang bicara
di telpon itu tampak melangkah pergi, di belakangnya seorang perawat
menggendong sesosok bayi yang masih merah, mungkin bayi perempuan itu berusia
sekitar satu minggu. “Mas Galang”? perempuan itu menyebutkan nama mas Galang?
Ah! Bodoh benar aku ini, nama Galang kan ada beribu di dunia ini”, Gumamnya
dalam hati meskipun batinnya sedikit teriris mengingat Galang suaminya telah
banyak berubah.
“Ibu, saya harus katakan ini pada
ibu, sehubungan kondisi putri ibu yang harus ditangani secara intensif,
terpaksa dalam waktu dua atau tiga minggu ini
dia harus mendapat perawatan dengan diperiksa setidaknya seminggu tiga kali”. Dokter Renaldi menerangkandengan serius pada Andin yang terisak. Sejak hari itu Andin memutuskan tinggal di Jakarta untuk sementara waktu, dia tinggal bersama saudara sepupunya yang menempati rumah keluarganya sewaktu
tinggal di Jakarta.
dia harus mendapat perawatan dengan diperiksa setidaknya seminggu tiga kali”. Dokter Renaldi menerangkandengan serius pada Andin yang terisak. Sejak hari itu Andin memutuskan tinggal di Jakarta untuk sementara waktu, dia tinggal bersama saudara sepupunya yang menempati rumah keluarganya sewaktu
tinggal di Jakarta.
Pernah suatu hari dia menelpon
kantor Galang di Surabaya dan kebetulan hari itu Galang sedang ada, Andin
meminta Galang untuk menyusulnya ke Jakarta, namun tak disangkanya, reaksi
Galang luar biasa marah, dia terang-terangan meminta agar Andin kembali ke
Surabaya secepatnya dengan alasan dokter di Surabayapun masih banyak yang
mampu. Untuk beberapa waktu Andin tak lagi menghubungi Galang yang dianggapnya
sudah keterlaluan itu. “Halo! Mas galang”! Andin yang baru saja menidurkan
bayinya tampak terburu-buru mengangkat gagang telpon. “Maaf bu Andin, saya Rama
mahasiswa bimbingan tesis ibu”! “oh, maaf! Ada yang bisa saya bantu Ram”? Sedikit
rasa kecewa Andin menutup telponnya.
Rama salah satu mahasiswa yang
sedang menyusun tesis itu memang tanggung jawabnya sebagai dosen pembimbing. Pemuda
tampan nan cerdas itu kini telah sampai di Jakarta sehubungan belum
ditandatanganinya lembar pengesahan tesis yang akan disidangkannya akhir minggu
ini. “Kalau begitu saya permisi bu! Maaf saya mengganggu kesibukan ibu di
sini”! Rama tampak santun saat berpamitan pada Andin yang mengantarnya sampai
teras rumah. “Saya yang minta maaf Ram, karena urusan pribadi saya sampai lupa
kalau masih ada beberapa mahasiswa yang bimbingan dengan saya sampai-sampai harus
datang ke Jakarta”. “Oh, tak masalah kok bu, saya doakan semoga Rahel cepat
sembuh dan ibu bisa kembali ke kampus. Saya juga titip salam buat Bapak”. Ya, semoga sidangnya lancar dan kamu bisa
lulus dengan memuaskan ya Ram”! Andin menarik nafas panjang saat mobil Rama meninggalkan
rumahnya. Sebelum dia membalikan badan, mobil Galang memasuki pekarangan
disusul Galang yang berjalan cepat ke arahnya.
“Mas! Kamu dari mana aja sih? Kok
kamu gak ada kabar”? “Kan aku udah
bilang! Kamu sebaiknya pulang ke Surabaya! Memangnya aku gak tahu kalau
mahasiswa kamu sampai datang ke sini menyusul? Itu artinya kamu sudah
menelantarkan mereka Andin”! Hardik Galang dengan wajah tak suka.
“Tapi kamu gak usah marah-marah begitu mas! Aku kan udah bilang kondisi Rahel sekarang gak memungkinkan dirawat di Surabaya”! Andin tak mau kalah dengan hardikan suaminya. “Ah! Terserah lah! Pokoknya aku gak mau tahu! Secepatnya kamu harus pulang ke Surabaya”! “Mas! Kamu mau kemana lagi sih? Kamu kan baru aja datang”! Andin mengejar Galang yang sudah menstater mobilnya, tapi Galang tak peduli, dia buru-buru meninggalkan rumah itu tampa menoleh sedikitpun pada Andin.
menelantarkan mereka Andin”! Hardik Galang dengan wajah tak suka.
“Tapi kamu gak usah marah-marah begitu mas! Aku kan udah bilang kondisi Rahel sekarang gak memungkinkan dirawat di Surabaya”! Andin tak mau kalah dengan hardikan suaminya. “Ah! Terserah lah! Pokoknya aku gak mau tahu! Secepatnya kamu harus pulang ke Surabaya”! “Mas! Kamu mau kemana lagi sih? Kamu kan baru aja datang”! Andin mengejar Galang yang sudah menstater mobilnya, tapi Galang tak peduli, dia buru-buru meninggalkan rumah itu tampa menoleh sedikitpun pada Andin.
“Sudah mbak! Jangan ditangisi terus
mas Galang, mungkin dia sedang banyak masalah pekerjaan”! Hibur Dinda adik
sepupu Andin yang meninggali rumah itu. “Mending sekarang kita jalan-jalan yuk
mbak! Kebetulan sore ini temen kantor Dinda ngadain syukuran anaknya. Rumahnya
di daerah Bintaro, tempatnya indah loh! Sekalian kita cari udara segar aja biar
gak suntuk di rumah terus”. Ajak Dinda sambil menaburkan bedak di badan Rahel
yang baru dimandikan.
Tak lama kemudian, Andin yang
menggendong Rahel bersama Dinda sampai di halaman rumah yang sudah cukup ramai
itu. Terlihat beberapa kendaraan telah terparkir menandakan sudah banyak yang
hadir. Andin turun dari dalam mobil
disusul Dinda. Seorang wanita cantik keluar dari rumah dengan senyum ramahnya.
“Hai Din! Sama siapa”? Andin sedikit
terkejut. Wanita muda itu adalah wanita yang membuyarkan lamunannya tempo hari
di rumah sakit.
“Ini mbak Andin, dia sepupuku dari Surabaya, katanya dia jenuh di rumah jadi aku ajak sekalian, gak apa-apa kan”? “Oh, ya gak apa-apa dong! Aku senang kok, silahkan masuk Din! Mbak! Oh ya siapa nama putrinya? Cantik banget”!
“Namanya Rahelia”. Jawab Andin sambil mengikuti langkah nyonya rumah itu.
“Oya Lik! Mana suamimu? Sejak kalian nikah aku gak pernah ketemu”!
“Oh ya jelas, abisnya dia kan punya perusahaan di Surabaya, jadi jarang juga di Jakarta, tapi dia ada kok, tadi sih bilangnya masih di jalan”.
“Ini mbak Andin, dia sepupuku dari Surabaya, katanya dia jenuh di rumah jadi aku ajak sekalian, gak apa-apa kan”? “Oh, ya gak apa-apa dong! Aku senang kok, silahkan masuk Din! Mbak! Oh ya siapa nama putrinya? Cantik banget”!
“Namanya Rahelia”. Jawab Andin sambil mengikuti langkah nyonya rumah itu.
“Oya Lik! Mana suamimu? Sejak kalian nikah aku gak pernah ketemu”!
“Oh ya jelas, abisnya dia kan punya perusahaan di Surabaya, jadi jarang juga di Jakarta, tapi dia ada kok, tadi sih bilangnya masih di jalan”.
Andin dan Dinda bergabung dengan
tamu lainnya di ruangan yang telah disediakan. “Halo! Aku udah mau sampai
Lika”! Galang menjawab telpon itu sambil mengebudikan mobilnya. “Kamu bisa
mampir dulu ke toko sumfenir gak mas? Itu loh yang di jalan Anggrek”! “Ya bisa!
Aku mampir dulu buat ambil sisanya kan? Paling duapuluh menit lagi aku sampai”!
“Kenapa dengan Rahel mbak”? Dinda memandang wajah Rahel yang pucat dan menangis
keras di pangkuan Andin. “Aku juga gak tahu Din, mungkin Rahel sakit lagi,
bibirnya aja membiru gini”.
Andin tampak panik. “Kita pulang aja
mbak, kasihan Rahel, aku takut ada apa-apa sama dia, mbak tunggu di sini, biar
aku pamitan sama Alika dulu yah”! Dinda berjalan menghampiri Alika yang sedang
bercakap-cakap dengan beberapa kerabatnya. “Loh! Acaranya kan belum mulai kok
udah mau cabut sih”?
“Ponakanku sakit Lika, kami harus pulang sekarang”. “Tapikan kamu belum ketemu suamiku Din”! “Ya, besok aja aku ke sini lagi duech, oya selamat buat lahirnya anak kamu yah, siapa namanya”? Tanya Dinda sambil melirik Bayi cantik di gendongan Alika. “Anjelita Aditama”. Andin yang saat itu sudah berdiri di belakang Dinda terhenyak luar biasa. Pantas saja, sebab Aditama yang jadi kepanjangan dari Anjelita itu adalah kepanjangan dari nama suaminya Galang Aditama. “ok duech, sampai besok yah, salam buat suamimu”! Merekapun melangkah menuju mobil yang terparkir di halaman.
“Ponakanku sakit Lika, kami harus pulang sekarang”. “Tapikan kamu belum ketemu suamiku Din”! “Ya, besok aja aku ke sini lagi duech, oya selamat buat lahirnya anak kamu yah, siapa namanya”? Tanya Dinda sambil melirik Bayi cantik di gendongan Alika. “Anjelita Aditama”. Andin yang saat itu sudah berdiri di belakang Dinda terhenyak luar biasa. Pantas saja, sebab Aditama yang jadi kepanjangan dari Anjelita itu adalah kepanjangan dari nama suaminya Galang Aditama. “ok duech, sampai besok yah, salam buat suamimu”! Merekapun melangkah menuju mobil yang terparkir di halaman.
Rahel tampak tak tenang, dia
menangis kencang dalam pelukan Andin, sementara Dinda mulai menghidupkan mesin
mobil dan berlahan-lahan meninggalkan rumah Alika. Sebelum mobil itu keluar
dari pintu gerbang, sebuah Sedan silver yang akan memasuki rumah itupun
seketika jadi perhatiannya. Betapa tidak? Wajah yang berada di belakang kemudi
itu jelas tertangkap mata dinda yang segera terlonjak “Dinda! Cepetan dong!
Kasihan Rahel nih! Ucapan sedikit keras Andin tampak membuyarkan keheranan
Dinda. Andin memang tak sempat melihat pemilik mobil yang berpapasan itu, karena
dia sibuk menenangkan Rahel. “Ia mbak, iah”. Dinda gugup, dia segera
mempercepat laju mobilnya melesat meninggalkan rumah Alika.
“Sabar ya mbak, kita harusnya
mengiringi kepergian Rahel dengan ikhlas, dan mbak harus bisa terima takdir
ini, karena ini sudah merupakan yang terbaik
dari Allah”. Dinda mengelus punggung Andin yang masih terisak meski sudah kembali dari pemakaman. “Sekarang mbak ssendiri lagi Din! Rahel sudah gak ada lagi, mbak gak bisa denger suara tangisnya lagi, tawa lucunya lagi”, “Mbak bisa adopsi bayi lagi kan”? “Gak mungkin Din! Mbak rasanya masih belum bisa melupakan Rahel, lagi pula mas Galang gak kan setuju”. Dinda terdiam. Lamunannya kembali pada sedan silver itu, wajah di balik kemudi itu bukan wajah yang asing baginya.
dari Allah”. Dinda mengelus punggung Andin yang masih terisak meski sudah kembali dari pemakaman. “Sekarang mbak ssendiri lagi Din! Rahel sudah gak ada lagi, mbak gak bisa denger suara tangisnya lagi, tawa lucunya lagi”, “Mbak bisa adopsi bayi lagi kan”? “Gak mungkin Din! Mbak rasanya masih belum bisa melupakan Rahel, lagi pula mas Galang gak kan setuju”. Dinda terdiam. Lamunannya kembali pada sedan silver itu, wajah di balik kemudi itu bukan wajah yang asing baginya.
“Ada apa pak”? Andin gelisah karena
mobilnya sudah hamper setengah jam tak bergerak. “Sepertinya ada kecelakaan
bu”! Jawab sopirnya yang juga gelisah. Beberapa puluh meter di depan sebuah
sedan silver tampak mengeluarkan asap, diikuti ledakan yang memekakan telinga.
Puluhan polisi berusaha keras mengeluarkan penumpangnya. “Pecahkan saja kaca
mobilnya pak! Kasihan bayinya”! Seorang lelaki berteriak pada polisi saat
menangkap bayangan sesosok bayi di dalam mobil tersebut.
“Bu! Bapak bu”! Andin terkejut luar
biasa, ketika melihat siapa orang yang di efakuasi dari dalam mobil tersebut. Seorang
lelaki dan perempuan sudah dalam keadaan tak bernyawa. Beruntung sesosok bayi
merah berhasil diselamatkan setelah kaca bagian depan dipecahkan. Andin
terpekur tak jauh dari kuburan suaminya. Dalam dekapannya Anjelita tertidur
tenang. Sementara Dinda tampak khusuk menaburkan bunga di atas dua makam yang
merah itu sambil sesekali menyeka air matanya.
Tak mereka sadari sedari tadi tiga
orang polisi berjaga di belakang mereka.
“Ada keterangan yang belum jelas pak”? Tanya Andin heran melihat para polisi itu. “Tidak bu! Saya ada keperluan dengan saudari Dinda”. “Ada apa dengan saudara saya”? “Biar Dinda sendiri yang menjelaskannya bu”! Andin menatap mata Dinda yang sendu. Gadis Cantik yang sangat menghormatinya itu tampak tenang, didekatinya Andin, diciumnya keningnya dengan lembut. “Mudah-mudahan Anjel bisa jadi pengganti aku dan mas Galang di hidupmu mbak”. Tak sempat berkata, Dinda menyerahkan kedua tangannya pada polisi untuk kemudian punggungnya menghilang di balik pintu mobil baja.
“Ada keterangan yang belum jelas pak”? Tanya Andin heran melihat para polisi itu. “Tidak bu! Saya ada keperluan dengan saudari Dinda”. “Ada apa dengan saudara saya”? “Biar Dinda sendiri yang menjelaskannya bu”! Andin menatap mata Dinda yang sendu. Gadis Cantik yang sangat menghormatinya itu tampak tenang, didekatinya Andin, diciumnya keningnya dengan lembut. “Mudah-mudahan Anjel bisa jadi pengganti aku dan mas Galang di hidupmu mbak”. Tak sempat berkata, Dinda menyerahkan kedua tangannya pada polisi untuk kemudian punggungnya menghilang di balik pintu mobil baja.
Diposkan oleh Nensinur. Sastra. di
10.38
Senin, 26
Desember 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar