Dosen
Pengampu : Ermawati, S.Pd., M.A.
PERTALIAN
ANALISIS SINTAKSIS PADA BENTUK WACANA BERTEKS JAWA
Sintaksis
Bahasa Indonesia Lanjut
Disusun
Oleh Kelompok 8
1
Ranti
Tri Utari
2
Royan
Purnawanis
3
Siti
Suratmi
4
Yasni
5
Zunnurul
Laila
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan
kehadirat Allah Swt., yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pertalian Analisis Sintaksis Pada
Bentuk Wacana Berteks Jawa”. Makalah ini tidak hanya untuk memenuhi tugas mata
kuliah Sintaksis melainkan untuk menambah wawasan penulis dan pembaca. Penulis mengucapkan
terimakasih kepada:
- Ermawati, S.Pd., M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia Lanjut yang telah membimbing dan memberi arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
- M. Suryadi yang telah menulis jurnal dengan judul “Pertalian Analisis Sintaksis Pada Bentuk Wacana Berteks Jawa” sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
- Teman-teman yang telah membantu dan memberi masukan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Semoga
Allah Swt., membalas segala bentuk bantuan tersebut dengan pahala yang berlipat
ganda. Penulis telah berusaha menyusun makalah ini dengan sesuai dengan prosedur
yang berlaku. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
Pekanbaru
, 18 Mei 2014
Penulis,
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Pertalian analisis sintaksis dalam
jurnal ini ditekankan pada dimensi minat, niat, dan daya ikat konsentensial
dalam wacana berteks jawa. Dalam upaya memahami wacana tidak lepas dari
memahami seluk beluk satuan lingual yang berupa kalimat. Begitu juga
setiapbertutur sapa, berkisah atau apa pun bentuk tuturan itu silakukan dengan
urutan-urutan kalimat. Tampaknya yang menjadi sentral dalam satuan lingual
adalah kalimat.
Kalimat adalah bagian terkecil ujaran
atau teks/wacana yang dapat mengungkapkan pikiran secara utuh.Kalimat-kalimat
itu dirangkai, dijalin, ditenun sedemikian rupa sehingga berfungsi optimal bagi
penutur dalam upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara kerjasamanya
dengan mitra tutur sehingga minat, niat, daya ikat dapat tersentuh dan terjalin
di antra kedua peserta tutur tersebut. Berdasarkan fenomena yang telah penulis
paparkan, penulis beranggapan bahwa penelitian pemerian sintaksis pada bentuk
wacana berteks jawa sangat menarik dan perlu untuk dipahami.
1.2
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang telah penulis uraikan maka dapat diformulasikan rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu:
1.2.1
Apakah yang Dimaksud dengan Minat, Niat dan
Daya Ikat?
1.2.2
Bagaimanakah Pemerian Sintaksis Pada
Bentuk Wacana Berteks Jawa?
1.2.3
Bagaimanakah Daya Ikat dalam Paragraf
Pada Wacana Berteks Jawa?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
rumusan masalah yang telah penulis sampaikan terdahulu, maka dapat ditnetukan
tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.3.1
Untuk Mengetahui Minat, Niat, dan Daya
Ikat.
1.3.2
Untuk Mendeskripsikan, Menganalisis dan
Meyimpulkan Pemerian Sintaksisi Pada Wacana Berteks Jawa.
1.3.3
Untuk Mendeskripsikan, Menganalisis dan
Meyimpulkan Daya Ikat dalam Paragraf Pada Wacana Berteks Jawa.
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1
Minat, Niat, dan Daya ikat Konsentensial
2.1.1
Minat
Minat
selalu berkaitan dengan realitas yang ditangkap. Realitas yang diungkapkan
kadangkala tidak sesuai dengan jumlah dan jenis unsur yang muncul. Seringkali
terjadi unsur realita lebih banyak tetapi dimunculkan dalam kalimat lebih
kecil. Perhatikan realita di bawah ini.
(1) Paman
Sam ‘Paman Sam’
(2) golek ‘mencari’
(3) mungsuh ‘musuh’
Unsur
yang dimunculkan dalam kalimat lebih sedikit, yakni Paman Sam golek musuh (Paman Sam mencari musuh). Dimungkinkan pula
unsur yang dimunculkan dalam kalimat lebih banyak, yakni Buktine saiki paman Sam golek musuh maneh(Buktinya sekarang Paman
Sam mencari musuh lagi.). dengan demikian, untuk dapat memahami satuan lingual
sintaksis dengan baik maka minat harus
dapat ditangkap.
2.1.2
Niat
Niat
berkaitan dengan tujuan penutur yang harus sampai. Bila berada dalam satuan
lingual kalimat berkaitan dengan penempatan unsur-unsur dalam rangkaian kalimat
yang dimunculkan, hal ini tidak lepas dari prespektif penuturnya.
2.1.3
Daya Ikat Konsentensial
Daya
ikat Konsentensial dipengaruhi oleh ikatan antar kalimat yang ada di dalam
wacana. Dengan titik pandang bawha kalimat yang muncul dipengaruhi oleh kalimat
sebelumnya (kalimat berikutnya tidak lepas dari kalimat sebelumnya).
2.2
Pemerian Sintaksis Pada
Bentuk Wacana Berteks Jawa
Untuk
pemerian kalimat ini, penulis jurnal mengambil data pada Kalawarti Minggon Basa
Jawa Penjebar Semangat no. 13, tanggal 26 Maret 2005 dengan judul
“Mungsuh anyare Paman Sam”, data lingual diambil dari pargraf pertama.
Data:
Mungsuh
Anyare Paman Sam
Senjata nuklir, tembung iki biyen
dienggo pawadan kanggo nyerang Irak. Saiki tembung kang padha genti dienggo
alasan kanggo mojokake Iran.
Data
tersebut terdiri atas:
(1) Judul
: Mungsuh Anyare Paman Sam
(2) Kalimat
1 : Senjata nuklir.
(3) Kalimat
2 : Tembung iki biyen dienggo
pawadan kanggo nyerang Irak.
(4)
Kalimat 3 : saiki tembung kang padha genti dienggo alasan kanggo
mojokake Iran.
Data
(1):
Mungsuh anyare Paman Sam
Mugsuh anyar -e Paman Sam
Inti artibut
Inti artibut
Termilik pemilik
Frasa benda endosentris artibutif
Judul paragraf di atas
“Mungsuh anyare Paman Sam” (musuh
barunya Paman Sam) berwujud penjajaran kata, yakni berbentuk frasa benda
ensosentris artibutif. Frasa tersebut tersusun secara bertingkat. Tahap
pertama, mungsuh anyar + -e + Paman
Sam mungsuh anyare Paman Sam (musuh barunya
Paman Sam). Penjajaran kata tersebut membentuk frasa benda endosentris
artibutif, pertalian tersebut semakin erat dengan ditandai konstituen –e “kata
ganti orang ketiga tunggal, -nya” maka, frasa tersebut terbagi dua. Pertama
sebagai termilik sekaligus sebagai unsur pusat dan kedua sebagai pemilik yang
sekaligus sebagai unsur pemeri, yakni Paman Sam.
Frasa Mugsuh anyare Paman Sam menunjukan jelas antara minat dan niat. Minat sebagai realitas yang ditsngksp tercermin dalam
penempatan unsur-unsur penjajaran kata yang berbentuk frasa endosentris
artibutif. Ini terlihat pada proses pembentukan frasa tersebut. Proses
pembentukaan frasa tersebut dilakukan dengan dua tahap dan tahap terakhir
diperkuat dengan adanya konstituen i –e sebagai
kepemilikan, yang sekaligus memperlihatkan pertalian daya ikat antara termilik
dan pemilik.
Data
(2): Senjata nuklir
# Senjata // nuklir #
Sesuai dengan pernyataan bila didahului
huruf kapital da di akhiri tanda intonasi final, konstituen tersebut disebut
kalimat. Konstituen senjata nuklir yang terletak pada awal paragraf dapat
dikatakan sebagai sebuah kalimat. Penentuan sebagai sebuah kalimat dengan cara
memanfaatkan intonasi alunan titinada yang berupa jeda sedang diantara dua
konstituen tersebut. Jeda sedang memisahkan senjata
dan nuklir menempati fungsi predikat.
Melihat wujud kalimat senjata nuklir, tampaknya dari sisi
minat terlihat bahwa realitas yang diungkap tidak sesuai dengan jumlah dan
jenis unsur yang muncul. Namun demikian informasi yang ditangkap masih sama.
Lihat rekonstruksi di bawah ini:
Minat
(1) senjata berbahan
nuklir (2) senjata berhulu
ledak nuklir
1 2
3 1 2 3 4
Senjata o nuklir
senjata o o
nuklir
Niat: senjata
nuklir senjata nuklir
Tampak pada sekema di atas bahwa
realitas yang diungkap dimungkinkan terdapat 3 atau 4 konstituen namun jumlah
unsur yang muncul hanya 2 konstituen dan sekaligus terjadi penempatan unsur
yang dipilih oleh penuturnya.
Data (3): Tembung iki
biyen dienggo padawan kanggo nyerang Irak
Tembung iki
biyen dienggo (minangka) padawan kanggo
nyerang Irak
S K3 P prep ket prep P1 O1
Frasa preposisi Sub-klausa
K1
K2
Klausa utama
Klausa preposisi
Kalimat
majemuk bertingkat
Kalimat
Tembung iki biyen
dienggo (minangka) padawan kanggo
nyerang Irak ‘kalimat ini
dulu dipakai (sebagai) alasan untuk menyerang Irak’ berbentuk kalimat majemuk
bertinkat berpola S +K3+P+ K1+K2
(P1+P2). Bila diruntut sesuai cabang pohon, kalimat majemuk bertingkat
tersebut terdiri atas dua klausa, yakni kalusa utama dan klausa preposisi.
(1) Klausa
Utama
Klausa
utama Tembung iki biyen
dienggo (minangka) padawan ‘kalimat
ini dulu dipakai (sebagai) alasan’ terdiri atas 4 konstituen yakni:
(1) tembung
iki ‘kalimat ini’ : fungsinya sebagai subjek
(2) dienggo ‘dipakai’
: fungsinya sebagai predikat
(3) (minangka)
pawadan ‘alasan’ : fungsinya sebagai
keterangan
(4) Biyen
‘dahulu’ : fungsinya sebagai keterangan
Konstituen tembung ini ‘kalimat ini’ menduduki fungsi subjek yang ditandai
dengan partikel iki ‘ini’. tampaknya
partikel iki sekaligus sebagai
anaforis antar klausa terhadap konstituen senjata
nuklir. Pertautan ini memperlihatkan bahwa kalimat kedua memiliki daya ikat
terhadap kalimat pertama senjata nuklir.
Konstituen dienggo ‘dipakai’ menduduki fungsi predikat. Verba ini dalam
perilaku sintaksisnya cukup membutuhkan sebuah argument nominal yang berada di
depanya, yakni fungsi subjek tembung iki ‘kalimat
ini’. daya ikat pada pertalian relasi S-P. Dengan demikian pertalian dengan
konstituen di belakangnya agak longgar. Manakala hubungan itu longgaf dapat dipastikan
konstituen di belakang fungsi predikat bukanlah fungsi objek, melainkan
keterangan.
Konstituen pawadan ‘alasan’ menduduki fungsi keterangan dan lebih jelas lagi
bila konstituen ini ditambahkan preposisi minangka
‘sebagai’, sehingga menjadi frasa preposisi. Pencantuman nomor pada fungsi
keterangan sebagai tanda urutan kelonggaran letak pertalian. Jadi, K3
lebih longgar pertalianya daripada K2 dan seterusnya.
(2) Klausa
Preposisi
Klausa preposisi kanggo nyerang Irak ‘untuk menyerang Irak’ yang bersetatus sebagai
klausa pendamping/klausa terikat terdiri atas tiga konstituen yakni:
(1) kanggo ‘untuk’
: fungsinya sebagai preposisi
(2) nyerang ‘menyerang’:
fungsinya sebagai predikat
(3) Irak ‘Irak’ : fungsinya sebagai objek
Dikatakan kalausa terikat karena semua
konstituennya hanya mengisi satu fungsi, yakni fungsi keterangan. Bila fungsi
keterangan diurai lagi terdapat unsur verba nyerang
‘menyerang’ menduduki fungsi
predikat dengan argument nomina Irak ‘Irak’yang
menduduki fungsi objek.
Kalimat
di atas mewujudkan terjadinya keselarasan antara minat dan niat. Minat
sebagai realitas yang diungkap telah dinyatakan melalui penempatan unsur-unsur
dalam rangkaian kalimat.
Data (4): Saiki
tembung kang padha genti dienggo alasan kanggo mojokake Iran.
Kalimat
Saiki tembung kang padha genti dienggo (minangka)
alasan kanggo mojokake Iran ‘sekarang kalimat yang sama ganti dipakai
sebagai alasan untuk memojokkan Iran’ berbentuk kalimat majemuk bertingkat. Ada
pun pola kalimatnya yaitu K3+S+P+K1+K2(P1+o1). Bila
diruntun sesuai cabang pohon, kalimat majemuk bertingkat tersebut terdiri atas
dua klausa yakni klausa utama dan klausa preposisi.
(1) Klausa
Utama
Klausa utama saiki
tembung kang padha ganti dienggo (minangka) alasan.
Sekarang kalimat yang sama ganti dipakai (sebagai)
alasan”, terdiri atas 4 bagian, yakni :
(1) tembung
kang padha ‘kalimat
yang sama’ : fungsi subyek
(2) ganti
dienggo ‘ganti
dipakai’ : fungsi predikat
(3) (minangka)
alasan ‘(sebagai)
alasan’ : fungsi keterangan
(4) Saiki ‘sekarang’ : fungsi keterangan
Konstituen
tembung kang padha ‘kalimat yang sama’ menduduki fungsi subjek yang
berupa frasa benda endosentris atributif. Konstituen tembung “kalimat” pada
farasa itu berkategori nominayang sekaligus menjadi unsur pusatnya, sedangkan
konstituen padha ‘sama’ berkategori adjektiva berkategori pemeri.
Parikel kang ‘yang’ sebagai perangkai yang memperjelas pertalian antara kata
tembung kalimat drngan kata pada ‘ sama’, sekaligus membatasi unsur pusat dan
pemerinya.
Tampaknya
konstituen yang mengisi fungsi subyek ini mempertahankan informasi yang
terkandung pada kalimat (1) dab (2) yakni berisi penegasan minat penutur atas
(penggunaan) senjata nuklir. Minat ini terwujud dalam niat melalui
penempatan unsur. Penempatan unsur tembung iki ‘kalimatini’ pada kalimat (2)
dan tembung kang pada ‘kalimat yang sama’ pada kalimat (3) sebenarnya
sebagai refleksi senjata nuklir ‘senjata nuklir’ yang terkandung pada
kalimat(1). Sekaligus mencerminkan daya ikat konsentensial yang kuat
antara kalimat (1), (2), dan (3).
Konstituen
ganti dienggo ‘ganti pakai’ mengisi fingsi predikat, yang terdiri atas
erba dienggo ‘dipakai’ dan didahului adverbia ganti ‘ganti’ mencermin adanya kekuatan daya ikat
dengan kalimat (2). Dengan demikian, konstituen ganti dienggo ‘ganti
pakai’ sebagai penegas pada pengisi fungsi predikat kalimat (2). Di sini terlihat bahwa minat, niat dan daya ikat terlihat jelaspada pemakaian kata yang
samapada unsur pusat di masing-masing kalimat.
Konstituen
alasan ‘alasan’ menduduki fungsi keterangan, untuk memperjelas posisinya
dapat ditambah preposisinya dan dapat ditambah
preposisi minangka ‘sebagai’
menjadi minangka alasan ‘sebagai alasan’hingga menjadi frasa preposisi.
Penempatan kata alasan sebenarnya penegasan pada kalaimat (2) yakni kata
pawadan ‘alasan’ yang juga menduduki kata keterangan, hanya unsur yang
menduduki fungsi keterangan, hanya unsur yang dimunculkan mengalami perubahan
namun memilki makna yang sama, proses sinonimi. Gejala ini memperlihatkan
kekuatan niat penutur dalam memilih dan menetapkan unsur-unsurnya untuk memeperoleh
tujuan optimal.
(2) Klausa
Preposisi
Kluasa
preposisi kanggomojokake Iran ‘untuk memojokkan Iran’ yang berstatus
sebagai klausa terikat terdiri atas 3 konstituen, yakni :
(1) Kanggo ‘untuk’ : preposisi
(2)
Mojokake ‘memojokkan’ : fungsi predikat
(3)
Iran ‘Iran’ : fungsi objek
Dianggap
kluasa terikat karena semua kontituennya hanya mengisi satu fungsi saja, yakni
fungsi keterangan diurai lagi terdapat unsur verba mojokake ’memojokkan’
menduduki fungsi predikat dengan argument nomina Iran ‘Iran’ yang menduduki
fungsi objek.
Pada
kalimat terakhir inilah minat yang sebebnarnya ditujukan oleh penuturnya mulai
ditampilkan, yang di dalam judul sengaja disembunyikan, bahwa Iran lah target
penyerangan paman sam berikutnya, yang dianggap musuh barunya. Perspektif
ini terata rapi dari pemberian judul hingga pemilihan dan penempatan unsur
dalam rangkain kalimat yang disampaikan.
2.3
Daya Ikat Konsentensial dalam Paragraf Pada Wacana Berteks Jawa
Ikatan
antar kalimat yang ada dalam wacana ditunjukkan melalui alur nak panah. Alur
ini menunjukkan keterkaitan kalimat yang satu dnegan kalimat yang lain, dengan
kata lain bahwa kalimat yang muncul dipengaruhi oleh kalimat sebelumnya.
Mungsuh anyare Paman
Sam
Senyata nuklir
Tembung iki
biyen dienggo pawadan kanggo menyerang Irak
Saiki
tembung kang padha genti dienggo alasan kanggo
mojokake Iran
Keterangan :
: terkait dengan
: berkorelasi
BAB
3 PENUTUP
1.1 Simpulan
Minat
sebagai realitas yang harus ditangkap ditemukan pada kalimat (3) diakhir
paragraf. Pada kalimat inilah minat mulai ditampilkan, yang di dalam judul
sengaja disembunyikan untuk menarik minat pembaca. Adapun minta yang
disampaikan adalah bahwa Iran lah target penyerangan Paman Sam berikutnya, yang
dianggap sebagai musuh barunya.
Niat yang berkaitan
dengan tujuan direalisasikan melalui pemilihan dan penempatan kata dalam
rangkain kalimat. Kata yang dipilih cukup sederhana dan mengalami perulangan
pada kalimat berikutnya baik dengan cara kesamaan leksikal maupun sinomini.
Daya ikat konsentesialnya
cukup kuat karena kalimat yang muncul dipengaruhi oleh kalimat sebelumnya.
Kalimat (1) mempengaruhi kalimat (2), kalimat (2) mempengaruhi kalimat (3), dan
kalimat (3) berpengaruh terhadap minat yang disampaikan seperti yang tertera
dalam judul paragraf. Daya ikat yang dibangun sangat kuat dapat dianalogikan
seperti rantai makanan. Dengan demikian, tujuan yang diharapkan dapat
dioptimalkan.
3.2
Saran
Sosok kalimat tampak dalam dua wujud,
yakni lisan dan tulisan. Sementara itu, untuk mengetahui struktur kalimat kita
perlu menguasai sebuah ilmu yang disebut sintaksis. Sintaksis merupakan cabang
ilmu linguistik yang mempelajari struktur kalimat. Penulis menyarankan kepada
pembaca agar benar-benar memahami ilmu sintaksis agar mengetahui struktur serta
unsur pembangun kalimat. Hal ini penulis sarankan agar kita semua terutama
Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengetahui bahwa
ilmu sintaksis memiliki kedudukan yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari
terutama bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
DAFTAR RUJUKAN
Suryadi, M. 2010. “Pertalian Analisis Sintaksis
Pada Bentuk Wacana Berteks Jawa”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar