ANALISIS
PENGGUNAAN JENIS KALIMAT BERDASARKAN JUMLAH KLAUSA DALAM TWITTER GO RIAU @GoRiauCom
Proposal
Diajukan
untuk memenuhi syarat dan tugas
Mata
Kuliah Seminar
Oleh
: Siti Suratmi
NPM
: 116210685
Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas
Islam Riau
Pekanbaru
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah Swt., yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan proposal yang berjudul “Analisis Penggunaan Jenis Kalimat Berdasarkan
Jumlah Klausa dalam Twitte Go Riau @GoRiauCom”.
Tidak lupa salawat beriring salam, penulis sanjungkan kepada junjungan umat
yakni nabi Muhammad Saw., yang telah membawa kita dari alam kegelapan, alam
kebodohan menuju alam yang terang benderang penuh dengan ilmu pengetahuan
seperti yang penulis rasakan saat sekarang ini.
Proposal ini disusun sebagai salah satu
syarat untuk mengikuti dan memenuhi tugas mata kuliah Seminar, pada Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Islam Riau. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan
penghargaan dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberi
bantuan dan bimbingan kepada penulis sehingga proposal ini bisa terselesaikan.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
- Drs. Nazirun, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
- Roziah, M.Pd., M.A. selaku ketua Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
- Karsinem Sumarta, M.Pd. selaku pemangku mata kuliah Seminar, yang telah membimbing serta memberi arahan kepada penulis sehingga proposal ini dapat diselesaikan.
- Bapak dan Ibu dosen di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan khususnya Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, yang telah mencurahkan ilmu-ilmunya kepada penulis.
- Seluruh mahasiswa kelas E Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Islam Riau Angkatan 2011, yang telah membantu, mendukung, dan memberikan doa kepada penulis sehingga proposal ini dapat diselesaikan.
- Selruh anggota HIMA PBI, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal ini.
- Ayahhanda M. Ujang dan Ibunda Saini, serta kakek dan nenekku yang telah memberikan doa, kasih sayang, dan motivasi kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini.
- Kedua adikku Ari Aryanto dan Riko Suryanto, sebagai adik yang baik dan menjadi salah satu sumber semangat bagi penulis untuk menyelesaikan Proposal ini.
- Sahabat-sahabatku, Nuning Surya Lestari, Roza Nofitra Sari, Puspita Sari, Ayu Rosalina, Helmi Yanti dan Ria Adi Purnama yang selalu memberi dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan Proposal ini.
- Fatatun, Fermi Oktavyana, Widya, dan Fitri Yanti sebagai teman sekaligus adik di kos, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal ini.
Penulis
telah berupaya semaksimal mungkin dalam menyelesaikan proposal ini. Namun jika
terdapat kekurangan dan kesalahan, dengan segala kerendahan hati penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun dari para pembaca demi
kesempurnaan proposal ini. Akhirnya, penulis berharap dengan segenap hati
semoga proposal ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi pembaca pada
umumnya.
Pekanbaru,
06 Maret 2014
Penulis
1.1.Latar
Belakang dan Masala
1.1.1
Latar Belakang
Jenis
kalimat berdasarkan jumlah klausanya dibedakan menjadi tiga bagian yaitu
kalimat tunggal, kalimat bersusun, dan kalimat majemuk. Kalimat merupakan
satuan gramatikal yang terdiri atas frasa dan klausa. Frasa adalah gabungan dua
kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau tidak terdapat suatu unsur pekerjaan
(predikat), sedangkan klausa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat
predikatif atau terdapat suatu unsur pekerjaan atau perbuatan (predikat).
Menurut
Chaer (2009:44) “Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen
dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila
diperlukan, ... disertai intonasi final.” Pernyataan ini sejalan dengan
pendapat Cook, Elson, dan Pickett dalam Tarigan (2009:5)
menyatakan bahwa “Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai intonasi akhir dan yang terdiri atas klausa.” Sedangkan menurut Putrayasa (2012:1) “Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap”.
menyatakan bahwa “Kalimat adalah satuan bahasa yang secara relatif dapat berdiri sendiri, yang mempunyai intonasi akhir dan yang terdiri atas klausa.” Sedangkan menurut Putrayasa (2012:1) “Kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang berupa klausa, yang dapat berdiri sendiri dan mengandung pikiran lengkap”.
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri dari satu klausa yang mengandug unsur
perbuatan (predikat). Hal ini sejalan dengan pendapat Cook, Elson, dan Fickett
dalam Tarigan (2012:41) menyatakan bahwa “Kalimat tunggal adalah kalimat yang
terdiri atas satu klausa bebas tanpa klausa terikat”. Sedangkan menurut
Putrayasa (2006:1) “Kalimat tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu
klausa”.
Kalimat
bersusun atau kalimat kompleks merupakan hasil perluasan kalimat tunggal yang
memunculkan pola kalimat baru. Cook dan Kridalaksana dalam Putrayasa (2012:48)
menyatakan bahwa “Kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa
bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat.” Sedangkan kalimat majemuk
adalah kalimat yang terdiri atas beberapa kalimat tunggal, sejalan dengan
Putrayasa (2012:48) menyatakan bahwa “Kalimat majemuk adalah penggabungan dua
kalimat tunggal atau lebih, sehingga kalimat yang baru ini mengandung dua pola
kalimat atau lebih.”
Berdasarkan
pernyataan para ahli di atas, penulis menyatakan bahwa kalimat merupakan salah
satu kajian ilmu sintaksis terbesar di bawah wacana karena dalam Sintaksis
mempelajari tentang frasa, klausa dan kalimat. Sintaksis adalah cabang ilmu
yang mempelajari unsur pembentuk kalimat yang berpotensi membentuk wacana.
Unsur pembentuk kalimat dan wacana terdiri atas frasa, klausa, dan kalimat.
Ramlan (2005:18) menyatakan bahwa “...
sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk
beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa.”
Dewasa
ini Twitter merupakan salah satu
jejaring sosial yang banyak digunakan oleh masyarakat baik oleh kalangan orang
tua, remaja, bahkan anak-anak. twitter digunakan
untuk mengungkapkan serta mengekspresikan perasaan, melalui bahasa tulis.
Selain digunakan sebagai sarana untuk mengungkapkan serta mengekspresikan
perasaan twitter juga merupakan alat yang
digunakan oleh para Jurnalis untuk menyampaikan informasi yang ingin
disampaikan kepada pembaca, dengan menggunakan bahasa tulis yang padat, singkat,
dan jelas.
Seorang
Jurnalis merupakan salah satu aset bangsa Indonesia terutama dalam menyampaikan
informasi melalui bahasa tulis yang padat, singkat, dan jelas. Bahasa tulis
yang digunakan oleh seorang jurnalis tentu berupa kata-kata yang dirangkai
membentuk kalimat terutama jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya yang
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu kalimat tunggal, kalimat bersusun, dan
kalimat majemuk. Dengan demikian, seorang Jurnalis hendaklah mengetahui jenis
kalimat yang dapat digunakan dalam menyampaikan informasi melalui twiter terutama jenis kalimat
berdasarkan jumlah klausanya agar tidak terjadi kesalahan terutama dalam
menyampaikan informasi dalam bentuk kalimat tunggal, kalimat bersusun dan
kalimat majemuk.
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Analisis
Penggunaan Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa dalam Twitter Go Riau @GoRiauCom”. Ketertarikan penulis mengambil
penelitian ini karena ingin mengetahui bagaimana penggunaan jenis kalimat
berdasarkan jumlah klausanya yang dibedakan menjadi tiga bagaian yaitu kalimat
tunggal, kalimat bersusun dan kalimat majemuk dalam twitter Go Riau @GoRiauCom.
Sepengetahuan
penulis, penelitian tentang analisis penggunaan jenis kalimat berdasarkan
jumlah klausa dalam twitter Go Riau
@GoRiauCom belum pernah diteliti oleh peneliti terdahulu. Namun penelitian
tentang kalimat pernah dilakukan oleh peneliti sebelumnya. Dalam hal ini
penulis menyebutkan peneliti terdahulu sebagai pedoman dalam penelitian yang
penulis lakukan.
Pertama,
oleh Dwi Anggri Yani pada tahun 2013 dengan judul “Struktur Kalimat Tunggal
Bahasa Suku Sakai Desa Pematang Pudu Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis”. Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Islam Riau Pekanbaru. Masalah yang diteliti yaitu
bagaimanakah struktur kalimat tunggal bahasa suku Sakai desa Pematang Pudu
kecamatan mandau kabupaten Bengkalis. Teori yang digunakan yaitu (1) Alwi dkk.
(2) S
uharsimi Arikunto, (3) A. Alek dan Achmad H.P. (4) Abdul Chaer dan
Leonie Agustina, (5) Abdul Chaer, (6) Jessi Diansari, (7) Lamuddin Finoza, (8)
UU. Hamidy, (9) Harimurti Kridalaksana, dan (10) M. Ramlan. Isi penelitian
yaitu struktur kalimat tunggal dalam bahasa suku Sakai (1) Predikat + Subjek
(PS), (2) Predikat + Objek (PO) (3) Subjek + Predikat (SP), (4) Subjek +
Predikat + Objek (SPO), (5) Subjek + Predikat + Pelengkap (SPPel), (6) Subjek +
Predikat + Objek + Pelengkap (SPOPel).
Persamaan
antara penelitian yang dilakukan penulis dengan peneliti di atas yaitu
sama-sama membahas tentang kalimat dan merupakan kajian sintaksis. Perbedaan
antara penelitian yang dilakukan penulis dengan peneliti di atas yaitu terletak
pada waktu penelitian, tempat penelitian dan objek penelitian. Penulis dalam
penelitian ini menekankan pada penggunaan
jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya dalam twitter Go Riau @GoRiauCom, sedangkan peneliti terdahulu meneliti struktur
kalimat tunggal bahasa suku Sakai di desa Pematan Pudu kecamatan Mandau
kabupaten Bengkalis.
Kedua,
oleh Febri Andrio pada tahun 2013 dengan judul “Kemampuan Menulis Kalimat
Efektif Melalui Media SMS Siswa Kelas X SMA N 6 Pekanbaru”. Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Islam Riau Pekanbaru. Masalah yang diteliti yaitu kemampuan siswa
menulis kalimat efektif melalui media SMS
dengan minimal menggunakan 40
karakter, pada aspek kelogisan, aspek kehematan, dan aspek koherensi. Teori
yang digunakan yaitu menekankan pada aspek kelogisan, kehematan, koherensi,
SMS, menulis dan aspek kalimat efektif. Isi dari penelitian yang dilakukanya
yaitu kemampuan siswa SMA N 6 Pekanbaru dalam menulis kalimat efektif melalui
SMS menggunakan minimal 40 karakter, dengan melihat aspek kelogisan, aspek
kehematan, dan pada aspek koherensi.
Persamaan
antara penelitian yang dilakukan penulis dengan peneliti di atas yaitu
sama-sama membahas tentang kalimat dan merupakan kajian sintaksis. Perbedaan
antara penelitian yang dilakukan penulis dengan peneliti di terdahulu yaitu
terletak pada waktu penelitian, tempat penelitian dan objek penelitian. Penulis
di sini menekankan penelitian pada penggunaan
jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa dalam twitter Go Riau @GoRiauCom, sedangkan peneliti terdahulu meneliti
jenis kalimat berdasarkan wujud strategi komunikatif siswa kelas X SMA N 6 Pekanbaru melalui media
SMS. Manfaat penelitian yang
dilakukan oleh peneliti terdahulu yaitu untuk mengetahui berapa persentase
kemampuan siswa kelas X SMA N 6 menulis kalimat efektif dengan aspek kelogisan,
kehematan dan koherensi.
Harapan
penulis dengan analisis penggunaan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa
dalam twitter Go Riau @GoRiauCom dapat
memberi manfaat kepada pembaca, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis penelitian ini dapat memberi arahan kepada
pembaca dalam menggunakan dan menentukan jenis kalimat berdasarkan jumlah
kalusanya. Sedangkan secara praktis mampu mengatasi kendala-kendala dalam
menggunakan dan menentukan jenis kalimat berdasarkan jumlah kalusanya.
1.1.2. Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang penulis uraikan terdahulu, maka dapat diformulasikan
masalah penelitian ini sebagai berikut.
1.1.2.1 Bagaimanakah
penggunaan kalimat tunggal dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom?
1.1.2.2 Bagaimanakah
penggunaan kalimat bersusun dalam twitter
Go Riau @GoRiauCom?
1.1.2.3 Bagaimanakah
penggunaan kalimat majemuk dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom?
1.2
Tujuan
Penelitian
Secara
umum, penelitian yang penulis lakukan tentang penggunaan jenis kalimat
berdasrkan jumlah klausa dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom yaitu:
1.2.1
Untuk mendeskripsikan, menganalisis,
menginterpretasikan, dan menyimpulkan penggunaan kalimat tunggal dalam twitter Go Riau @GoRiauCom.
1.2.2
Untuk mendeskripsikan, menganalisis,
menginterpretasikan, dan menyimpulkan penggunaan kalimat bersusun dalam twitter Go Riau @GoRiauCom.
1.2.3
Untuk mendeskripsikan, menganalisis, menginterpretasikan,
dan menyimpulkan penggunaan kalimat majemuk dalam twitter Go Riau @GoRiauCom.
1.3
Ruang
Lingkup Penelitian
Penelitian yang berjudul “Analisis
Penggunaan Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausa dalam Twitter Go Riau @GoRiauCom” termasuk ke dalam ruang lingkup kajian
sintaksis yang batasan masalah dan oprasional istilahnya dijelaskan sebagai
berikut. (1) jenis kalimat berdasarkan isinya, (2) jenis kalimat berdasarkan
jumlah klausanya, (3) jenis kalimat berdasarkan predikat pembentuknya, (4) jenis
kalimat berdasarkan sifat hubungan aktor-aksi, (5) jenis kalimat berdasarkan
struktur internal klausa utama, dan (6) jenis kalimat berdasarkan ada tidaknya
perubahan dalam pengucapan (Putrayasa, 2012).
1.3.1
Pembatasan Masalah
Mengingat
luasnya ruang lingkup kajian penelitian ini, maka penulis membatasi penelitian
pada poin ke (2) penggunaan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya yang
dibedakan menjadi tiga bagian yaitu (1) kalimat tunggal, (2) kalimat bersusun,
dan (3) kalimat majemuk dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom.
1.3.2
Penjelasan Istilah
Untuk
memudahkan pembaca memahami orientasi penelitian ini, berikut ini penulis
jelaskan beberapa istilah yang relevan dengan masalah pokok penelitian ini.
1.3.2.1 Analisis
adalah penyelidikan terhadap sesuatu peristiwa (karangan, perbuatan, dsb) untuk
mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dsb)
Depdiknas dalam KBBI (2008:58).
1.3.2.2 Twitter :
jejaring sosial yang menggunakan layanan internet.
1.3.2.3 Online
adalah terhubung,terkoneksi, aktif dan siap untuk operasi, dapat
berkomunikasi dengan atau dikontrol oleh komputer
1.3.2.4 Frasa adalah satuan linguistik yang secara
potensial merupakan gabungan dua kata atau lebih, yng tidak mempunyai ciri-ciri
klausa (Cook, Elson, dan Pickett dalam Tarigan, 2009:57).
1.3.2.5 Predikat adalah bagian kalimat yang menandai
apa yang dikatakan oleh pembicara tentang subjek, sebutan dalam kalimat
(Depdiknas dalam KBBI, 2008:1100), atau predikat unsur pembangun kalimat yang
menyatakan suatu perbuatan, unsur predikat biasanya diduduki oleh kata kerja.
1.3.2.6 Klausa
adalah kelompok kata yang hanya mengandung satu predikat Cook, Elson, dan
Pickett dalam Tarigan, 2009:43), atau klausa ialah suatu bentuk linguistik yang
terdiri atas sub[y]ek dan predikat (Ramlan dalam Tarigan, 2009:43).
1.3.2.7 Kalimat
adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya
berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, .... (Chaer,
2009:44).
1.3.2.8 Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang
direalisasikan dalam bentuk karangan atau laporan utuh, seperti novel, buku,
artikel, pidato atau kotbah (Depdiknas dalam KBBI, 2008: 1552).
1.3.2.9 Sintaksis
ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana,
kalimat, klausa, dan frasa ... (Ramlan, 2005:18).
1.3.2.10
Eliptis atau elipsis adalah tanda berupa
tiga titik (...) yang diapit spasi, menggambarkan kalimat yang terputus-putus
atau menunjukan bahwa dalam suatu petikan ada bagian yang dihilangkan
(Depdiknas dalam KBBI, 2008: 364)
1.3.2.11
Dilesapkan berasal dari kata dasar lesap
yang artinya hilang satu dari dua unsur atau bagian kontruksi yang
koreferensial (Depdiknas dalam KBBI, 2008:820).
1.3.2.12
Kalimat tunggal adalah kalimat yang
terdiri atas satu klausa bebas tanpa klausa terikat (Cook, Elson, dan Pickett
dalam Tarigan, 2009:6).
1.3.2.13
Kontruksi kalimat ialah susunan jabatan
kata atau frasa yang membangun kalimat ((Mulyono, 2012: 102).
1.3.2.14
Kalimat bersusun adalah kalimat yang
terdiri atas satu klausa bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat (
Cook dalam Tarigan, 2009: 6).
1.3.2.15
Kalimat majemuk adalah kalimat yang
terdiri atas beberapa klausa (Tarigan, 2009: 7).
1.3.
Anggapan
Dasar dan Teori
1.3.1. Anggapan
Dasar
Di
dalam membuat penyampaiaan informasi melalui bahasa tulis kerap menggunakan kalimat yang beragam jenisnya khususnya dalam twitter Go Riau @GoRiauCom. Untuk
mengetahu jenis kalimat yang digunakan dalam twitter Go Riau @GoRiauCom maka peneliti beranggapan bahwa:
1.3.1.1 Di
dalam twitter Go Riau @GoRiauCom terdapat
penggunaan kalimat tunggal.
1.3.1.2 Di
dalam twitter Go Riau @GoRiauCom terdapat
penggunaan kalimat bersusun.
1.3.1.3 Di
dalam twitter Go Riau @GoRiauCom terdapat
penggunaan kalimat majemuk.
1.4.2
Teori
Untuk
kepentingan pengujian anggapan dasar dan acuan dalam menganalisis data, berikut
ini penulis deskripsikan teori-teori yang relevan dengan masalah pokok
penelitian. Di pandang dari jumlah klausa yang terdapat pada kalimat, maka
dapat dibedakan atas: (a) kalimat tunggal, (b) kalimat bersusun, dan (c)
kalimat majemuk.
1.4.2.1 Kalimat
tunggal
Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa, hal ini sejalan dengan
pendapat Cook, Elson, dan Pickett dalam Tarigan, (2009:6) menyatakan bahwa “Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas tanpa klausa terikat”.
Kalimat tunggal ialah kalimat yang hanya terdiri atas satu pola kalimat, satu
pasang subjek+predikat (S+P), atau satu klausa, dengan catatan salah satu atau
semua unsur inti dapat dieliptiskan. Kalimat tunggal mempunyai beberapa pola
dasar, kontruksi dan macam-macam keterangan.
1.4.2.1.1 Pola dasar kalimat Tunggal
Pola
dasar kalimat tunggal dapat dibedakan menjadi lima bagian (Putrayasa, 2006: 1)
yakni:
1) Kalimat
yang predikatnya nominal atau benda (KB+KB)
Contoh:
Dia guru saya.
2) Kalimat
yang predikatnya verbal (KB+KK)
Kalimat
yang berpredikat verbal dibedakan menjadi tiga bagian yaitu:
(1)
Kalimat taktransitif, yakni kalimat
yang tidak berobjek dan tidak berpelengkap hanya memiliki dua unsur fungsi
wajib, yakni subjek dan predikat. Contoh: Mereka mendarat.
(2) Kalimat
ekatransitif, yakni kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap, mempunyai
tiga unsur fungsi wajib, yaitu subjek, predikat, dan objek.
Contoh:
pemerintah akan memasok semua
kebutuan lebaran.
(3) Kalimat
dwitransitif, yakni kalimat yang secara semantis mengungkapkan hubungan tiga
maujud. Dalam bentuk aktif, tiap-tiap maujud itu merupakan subjek, objek, dan
pelengkap. Verba itu dinamakan verba dwitransitif.
Contoh:
Ida sedang mencarikan adiknya pekerjaan.
3) Kalimat
berpredikat adjektival atau sifat (KB+KS)
Contoh:
Ayahnya sakit.
4) Kalimat
berpredikat numeral (KB+Kbil)
Contoh:
Anaknya banyak.
5) Kalimat
berpredikat frasa preposisional atau kata depan (KB+Kdep)
Contoh:
Ibu sedang ke pasar.
1.4.2.1.2
Kontruksi Kalimat Tunggal
Kontruksi
kalimat ialah susunan jabatan kata atau frasa yang membangun kalimat ((Mulyono,
2012: 102) .
1) Katimat
Tunggal Kontruksi S (subjek)
Kalimat tunggal kontruksi S hanya
terdiri atas unsur subjek. Unsur lain seperti predikat (P) tidak dimunculkan
karena dianggap tidak diperlukan lagi. Pendengar, pembaca, atau pihak lain
dianggap sudah mengetahui unsur-unsur yang dilesapkan itu berdasarkan situasi
pembicaraan atau berdasarkan konteks kalimat.
Contoh:
(1)
Redo
? lanjutan atas pertanyaan “Siapa
membersihkan lantai ini?”
(2)
Aida!
Maksudnya,
“Aida, kemarilah!”
(3)
Taksi!
Maksudnya,
“Taksi, kemari!”
2) Kalimat
Tunggal Kontruksi P (predikat)
Kalimat tunggal kontruksi ini hanya
terdiri atas unsur predikat. Unsur lain seperti subjek (S) tidak dimunculkan
karena dianggap tidak diperlukan lagi. Pendengar, pembaca, atau pihak lain
dianggap sudah mengetahui unsur-unsur yang dilesapkan itu berdasarkan situasi
pembicaraan atau berdasarkan konteks kalimat.
Contoh:
(1)
Novel jawaban atas pertanyaan
“ Apa yang sedang Anda cari?”
(2)
Berangkatlah! maksudnya,
“Berangkatlah Anda!”
(3)
Sebuah
artikel jawaban
atas pertanyaan “Apa yang mereka baca?”
3) Kalimat
Tunggal Kontruksi Pelengkap (P)
Kalimat tunggal kontruksi ini hanya
terdiri atas unsur pelengkap. Unsur lain seperti subjek (S) dan predikat (P)
tidak dimunculkan karena dianggap tidak diperlukan lagi. Pendengar, pembaca,
atau pihak lain dianggap sudah mengetahui unsur-unsur yang dilesapkan itu
berdasarkan situasi pembicaraan atau berdasarkan konteks kalimat.
Contoh:
(1)
Silat.
Jawaban atas pertanyaan “Pemuda itu sedang
belajar apa?”
(2)
Menari.
Jawaban
atas pertanyaan “Kami harus berlatih apa?”
(3)
Sehelai
tikar? Jawaban atas pertanyaan “Tidurnya beralaskan apa?”
4) Kalimat
Tunggal Kontruksi Objek (O)
Kalimat tunggal kontruksi ini hanya
terdiri atas unsur objek. Unsur lain seperti subjek (S) dan predikat (P) tidak
dimunculkan karena dianggap tidak diperlukan lagi. Pendengar, pembaca, atau
pihak lain dianggap sudah mengetahui unsur-unsur yang dilesapkan itu
berdasarkan situasi pembicaraan atau berdasarkan konteks kalimat.
Contoh:
(1)
Perangkap?
Penegasan atas kalimat “ Mereka sedang
memasang apa?”
(2)
Drama. Jawaban atas pertanyaan
“Mereka akan mempertunjukan apa?”
(3)
Putri
pak Ujang? Lanjutan
atas kalimat “Pemuda itu melamar putri siapa?”
5) Kalimat
Tunggal Kontruksi Keterangan (K)
Kalimat tunggal kontruksi ini hanya
terdiri atas unsur keterangan. Unsur lain seperti subjek (S) dan predikat (P)
tidak dimunculkan karena dianggap tidak diperlukan lagi. Pendengar, pembaca,
atau pihak lain dianggap sudah mengetahui unsur-unsur yang dilesapkan itu
berdasarkan situasi pembicaraan atau berdasarkan konteks kalimat.
Contoh:
(1)
Kemarin jawaban atas pertanyaan “Kapan datang?”
(2)
Di
kantor. Jawaban
atas pertanyaan “ Ayah di mana?”
(3)
Ke
luar kota. Jawaban
atas pertanyaan “Kakak pergi kemana”?
6) Kalimat Tunggal Kontruksi Predikat + Objek
(P+O)
Kalimat tunggal kontruksi ini hanya
terdiri atas unsur predikat dan objek. Unsur lain terutama subjek (S) tidak
dimunculkan karena dianggap tidak diperlukan lagi. Pendengar, pembaca, atau
pihak lain dianggap sudah mengetahui unsur-unsur yang dilesapkan itu
berdasarkan situasi pembicaraan atau berdasarkan konteks kalimat.
Contoh:
(1)
Mencuci
pakaian. Lanjutan
atas kalimat “Dia mencuci pakaian.”
(2)
Membaca
koran. Jawaban atas
pertanyaan “Kakek sedang apa?”
(3)
Mem,bersihkan
ruangan. Jawaban
atas pertanyaan “Sedang apa mereka?”
7) Kalimat
Tunggal Kontruksi Predikat+Objek+Keterangan (P+O+K)
Kalimat tunggal kontruksi ini tidak memunculkan
subjek karena pendengar, pembaca, atau pihak lain dianggap sudah mengetahui
unsur-unsur yang dilesapkan itu berdasarkan situasi pembicaraan atau
berdasarkan konteks kalimat.
Contoh:
(1)
Mencari
pekerjaan di kota. Jawaban
atas pertanyaan “Pergi kemana dia?”
(2)
Mengajak
kami ke pantai. Jawaban
atas pertanyaan “Mengajak siapa mereka?”
(3)
Melepas
kerbau ke hutan. Lanjutan
atas kalimat “Kami melepas kerbau ke hutan.”
8) Kalimat
Tunggal Subjek+Predikat (S+P)
Kalimat
tunggal kontruksi ini terdiri atas unsur subjek diikuti predikat
Contoh:
(1)
Daerah
itu sangat tandus.
(2)
Petunjuknya
menyenangkan.
(3)
Maria
sedang berdoa.
Kadang-kadang
susunan kontruksi S + P dirubah menjadi P + S. Kontruksi P + S lazim disebut
kalimat susun inversi. Contoh: kabulkan
saja permohonan itu.
9) Kalimat
Tunggal Kontruksi Subjek + Predikat + Objek (S + P + O)
Kalimat
tunggal kontruksi ini terdiri atas unsur subjek diikuti predikat yang
dilengkapi objek.
Contoh:
(1)
Petani
membajak sawah.
(2)
Beta
memakan roti.
(3)
Bondan
membangunkan Kiki.
10) Kalimat
Tunggal Kontruksi Subjek + Predikat + Pelengkap (S+P+Pel)
Kalimat tunggal kontruksi ini terdiri
atas unsur subjek diikuti predikat dan dilengkapi pelengkap.
Contoh:
(1)
Beta
membayangkan impianya.
(2)
Reza
berjualan makanan.
(3)
Aida
menjadi guru sekolah dasar.
11) Kalimat
Tunggal Kontruksi Subjek + Predikat + Objek + Keterangan (S+P+O+K)
Kalimat tunggal kontruksi ini terdiri
atas unsur subjek diikuti predikat dan yang dilengkapi objek dan diperluas
dengan unsur Keterangan. Kerangkanya bisa K+S+P+O dan S+K+P+O.
Contoh:
(1)
Ayah
menulis buku di kantornya.
(2)
Hari
ini Hersi tidak pergi.
(3)
Beliau
dalam rapat itu tidak berbicara.
12) Kalimat
Tunggal Kontruksi Subjek + Predikat + Objek 1+ Objek 2 (S+P+O1+O2)
Kalimat tunggal kontruksi ini terdiri
atas unsur subjek diikuti predikat dan dilengkapi dua objek yakni objek 1 dan
objek 2.
Contoh:
(1)
Tuhan
menghadiahi kita kemampuan berpikir.
(2)
Seorang
karyawan membukakan bosnya pintu kantornya.
(3)
Gadis
itu mengira saya temanya.
13) Kalimat
Tunggal Kontruksi Subjek + Predikat + Objek 1+ Objek 2 + Keterangan
(S+P+O1+O2+K)
Kalimat tunggal kontruksi ini terdiri
atas unsur subjek, predikat dilengkapi dua buah objek dan diperluas dengan
unsur keterangan.
Contoh:
(1)
Kemarin
siang Raksi membacakan Irsyad sebuah cerita anak-anak.
(2)
Teteh
Ima tadi malam membuatkan Altamis gambar Dinosaurus.
(3)
Dino
mengambilkan Adi makanan kesukaanya.
14) Kalimat
Tunggal Kontruksi Subjek + Predikat + Pelengkap + Keterangan (S+P+Pel+K)
Kalimat tunggal kontruksi ini terdiri
atas unsur subjek, predikat yang dilengkapi pelengkap dan diperluas dengan
unsur keterangan.
Contoh:
(1)
Mereka
belajar bahasa Asing di sekolah tinggi ini.
(2)
Maliki
berjualan hasil kerajinan tangan di pinggir jalan.
(3)
Setiap
malam anak-anak itu hanya berselimutkan koran.
1.4.2.1.3
Macam-macam Keterangan Kalimat Tunggal
Berdasarka
maknanya, unsur keterangan (K) dalam perluasan kalimat tunggal ada
bermacam-macam. Perluasan yang dimaksudkan adalah perluasan sebatas kalimat
tunggal bukan perluasan yang mengubah kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk
(Mulyono, 2012:108). Keterangan kalimat tunggal dibedakan atas:
1) Keterangan
makna waktu
Contoh:
Besok sekolah diliburkan.
2) Keterangan
makna tempat
Contoh:
Selama ini Jalal tinggal di rumah Istri keduanya.
3) Keterangan
makna tujuan
Contoh:
Pemuda itu bekerja keras untuk keluarganya.
4) Keterangan
makna cara
Contoh:
Orang tua itu berjalan tergesa-gesa.
5) Keterangan
makna kualitas
Contoh:
Dengan sebaik-baiknya anak itu menulis sebuah artikel.
6) Keterangan
makna sikap penulis
Contoh:
Ucapan pemimpin itu tampaknya benar.
7) Keterangan
makna rujukan atau tumpuan
Contoh:
Menurut ahli tradisional kalimat itu tidak lengkap.
8) Keterangan
makna pelaku
Contoh:
Buku itu sedang dibahas oleh mereka.
9) Keterangan
makna alasan
Contoh:
Orang tua menegur anaknya karena sayang.
10) Keterangan
makna kesertaan
Contoh
: Beserta orang tuanya dia pergi meninggalkan rumah.
11) Keterangan
perbandingan.
Contoh:
Laksana bidadari gadis itu cantik sekali.
1.4.2.2.
Kalimat Bersusun atau Kompleks
Kalimat
bersusun atau kalimat kompleks merupakan hasil perluasan kalimat tunggal yang
memunculkan pola kalimat baru. Dengan begitu, kalimat tunggal berubah menjadi
kalimat yang terdiri atas dua klausa atau lebih. Minimal, sebuah klausa
merupakan klausa bebas dan sebuah klausa merupakan klausa terikat. Klausa
terikat itulah yang mendukung salah satu fungsi S, P, O, Pel, atau K.
Klausa
bebas disebut klausa inti, sedangkan klausa terikat disebut klausa bawahan.
Artinya, hubungan antar klausa bebas dengan klausa terikat itu bersifat
subordinatif (Mulyono, 2012:115). Jadi, kalimat bersusun ialah kalimat yang
paling sedikit terdiri atas sebuah klausa bebas atau klausa inti dan sebuah
klausa terikat atau klausa bawahan, hal ini sejalan dengan pendapat Cook dalam
Tarigan (2009:6) kalimat bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa
bebas dan sekurang-kurangnya satu klausa terikat. Contoh:
(1)
Petani/
bercocok tanam. (s+p)
(1a) Begitu musim hujan/
datang,/ petani/ bercocok tanam.
K1 S1 P2
S2 P2
(1b) petani/ bercocok tanam/
karena musim hujan sudah datang
S1 P1 K1 K1
S2
P2
Berdasarkan
contoh kalimat bersusun di atas dapat kita catat hal-hal sebagai berikut.
1) Kalimat
(1) adalah kalimat tunggal atau kalimat satu klausa.
2) Kalimat
(1a) dan (1b) adalah kalimat kompleks hasil perluasan kalimat (1).
3) Kalimat
(1a) dan (1b) adalah kalimat kompleks yang terdiri atas dua klausa : satu
klausa bebas atau inti, dan satu klausa terikat atau klausa bawahan.
4) Kalimat
bawahan dalam kalimat kompleks (1a) berfunsi sebagai keterangan waktu,
sedangkan kalimat kompleks (1b) berfungsi sebagai keterangan sebab (Mulyono,
2012:115).
1.4.2.2.1
Konjungsi Kalimat Bersusun
Klausa
inti dengan klausa bawahan dalam kalimat bersusun lazim dihubungkan oleh kata
penghubung atau konjungsi. Konjungsi yang digunakan adalah konjungsi
subordinatif karena hubungan antar klausa inti dengan klausa bawahan. Konjungsi
jenis ini di antaranya yaitu:
1) Konjungsi
makna waktu : sebelum, ketika, begitu,
selagi, sesudah, setelah, sesuai, tatkala, pada, waktu, pada saat, kapan, saat
mana, setiap kali, setiap waktu. Contoh:
Sebelum
berangkat dia mencium kening adiknya dengan penuh perasaan.
2) Konjungsi
makna tempat: tempat, di tempat mana,
dari mana, ke mana. Contoh:
Selamat
datang di pedesaan, tempat
keramahtamahan itu berada.
3) Konjungsi
makna tujuan: supaya, agar, untuk, guna,
demi. Contoh:
Agar
badan kita selalu sehat, makanlah dengan teratur.
4) Konjungsi
makna sebab: sebab, karena, oleh sebab,
oleh karena, kenapa, dengan alasan. Contoh:
Karena penduduk
beratahan pada adat, listrik tidak ada di sana.
5) Konjungsi
makna akibat: sehingga, sampai-sampai,
sampai. Contoh:
Kami
memaksa mereka untuk berfoto bersama sehingga
mereka tersenyum.
6) Konjungsi
makna perbandingan: seperti, laksana,
bagaikan, sama halnya dengan. Contoh:
Sang
pemuda mencintai gadis itu bagaikan pungguk
merindukan bulan.
7) Konjungsi
makna cara: dengan, sambil, seraya,
sembari. Contoh:
Sambil membaca
koran pagi, kakek menikmati kopi panas.
8) Konjungsi
makna maksud: bahwa, bahwasanya. Contoh:
Wisatawan
Asing mengetahui bahwa Pekanbaru
merupakan kota bertuah.
9) Konjungsi
makna syarat: jika, kalau, jikalau, bila,
bila mana, apabila, seandainya, andaikata. Contoh:
Apabila tesnya
berhasil, ia akan kuliah di Jakarta.
10) Konjungsi
makna tak bersyarat: walaupun, biarpun, sekalipun, kendatipun,
sungguhpun, meskipun. Contoh:
Dia
tetap aktif bekerja sekalipun penyakit
menggerogotinya.
11) Konjungsi
makna penegasan: bahkan, malahan, malah,
jangankan. Contoh:
Akbar
sudah sehat, bahkan sudah ke kantor
lagi.
12) Konjungsi
makna pengecualian: kecuali, terkecuali, selain. Contoh: Selain menulis puisi, teman kami itu tidak
pernah menulis seni sastra lain.
13) Konjungsi
makna penyangkalan: tidak ... melainkan,
bukan ... melainkan.
Contoh:
Gadis itu tidak mempercayainya melainkan menjauhinya.
14) Konjungsi
makna penjelas yang
Contoh:
kantor kami berdampingan dengan pasar yang
pengunjungnya berlimpah.
1.4.2.2.2
Elipsis dalam Kalimat Bersusun atau
Kompleks
Demi
keaktifan dan kebagusan informasi, kalimat Bersusun tidak lepas dari gejala
elipsis. Gejala elipsis dalam kalimat bersusun lazimnya dikenakan pada unsur
subjek klausa.
Contoh:
(1) Reti mendadak pusing / ketika sedang
belajar.
(2) Karena
terlambat/ Sule tidak masuk kelas.
(3) Asmara
belum lulus/
walaupun sudah menyerahkan makalah.
Keempat
kalimat di atas memiliki unsur yang dielipsiskan. Unsur yang dielipsiskan sama
yaitu unsur subjek klausa. Untuk dijadikan bahan bandingan, di bawah ini akan
disajikan kalimat bersusun yang tanpa elipsis.
(1a) Reti mendadak pusing/ ketika Reti sedang
belajar.
(2a) karena Sule
terlambat, / Sule tidak masuk kelas.
(3a) Asmara belum
lulus/ walaupun Asmara sudad menyerahkan
makalah
Perlu
dicatat bahwa elipsis dalam hal subjek klausa sama, hanya layak dikenakan
terhadap subjek klausa bawahan. Subjek klausa bawahan adalah subjek klausa yang
diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas, atau partikel. Jika elipsis dikenakan
terhadap subjek klausa inti, kalimat bersusun itu tidak bersubjek, karena itu,
kalimat yang kurang teratur harus dihindari penggunaanya.
Contoh:
(1)
Karena
bangunan itu akan di cat, (maka) harus dibersihkan terlebih dahulu
(2)
Tatkala
beliau masuk ruangan tidak mengucapkan salam apa pun
(3)
Tidak
menyebut-nyebut harapan ketika Wali kota berpidato di kampus
kami.
Kalimat-kalimat
di atas tergolong kalimat teratur jika subjek kalimat diletakan pada klausa
inti dan subjek eliptis terkandung dalam klausa bawahan. Dengan begitu maka
kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi kalimat seperti berikut.
(1) Karena akan di cat, (maka) bangunan
itu harus dibersihkan terlebih dahulu.
(2) Tatkala masuk ruangan, beliau tidak
mengucapkan salam apa pun.
(3) Wali kota tidak menyebut-nyebut
harapan ketika berpidato di kampus kami.
1.4.2.3
Kalimat
Majemuk (KM)
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa (Tarigan, 2009: 7).
Sedangkan menurut Mulyono (2012:126) kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri
atas beberapa pola kalimat atau beberapa klausa yang bersifat bebas. Hubungan
antar pola kalimat tersebut bersifat koordinatif atau setara, oleh sebab itu
ada yang menyebut kalimat majemuk setara.
Kalimat
majemuk setara menurut Putrayasa (2006:37) adalah gabungan beberapa kalimat
tunggal menjadi sebuah kalimat yang lebih besar, dan tiap-tiap kalimat tunggal
yang digabungkan itu tidak kehilangan unsur-unsurnya. Pada garis besarnya,
kalimat majemuk dibgi menjadi tiga jenis yaitu kalimat majemuk setara sejalan, kalimat majemuk
setara berlawanan, dan kalimat majemuk setara penunjukan. Contoh:
1.
K1 = Matahari terbit di ufuk timur.
2.
K2 = Margasatwa mulai mencari mangsanyanya.
3.
K3 = Petani-petani mulai mulai berangkat ke ladang.
Kalimat majemuk setara
Matahari terbit di ufuk timur, margasatwa
mulai mencari mangsanya, dan petani-petani mulai berangkat ke ladang.
Keterangan:
Setelah
menjadi bagian kalimat yang lebih besar, ternyata tiap-tiap kalimat masih
seperti sebelum digabungkan. Dengan demikian, kalimat-kalimatbagian itu sama
derajatnya karena tiap-tiap kalimat mampu mempunyai subjek dan predikat.
1.4.2.3.1
Kalimat Majemuk Setara Sejalan (KMS
Sejalan)
Kalimat
majemuk setara sejalan ialah kalau arti kalimat digabungkan itu tidak
berlawanan atau pengertianya sejalan. Kalimat jenis ini dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu:
1) KMS
Sejalan Biasa
Contoh:
(1)
K1= Awan menghitam di langit.
(2)
K2 = Angin sama sekali tak terasa
(3)
K3 = Burung-burung pulang ke sarangnya.
KMS
Sejalan Biasa :
Awan menghitam di
langit, angin sama sekali tidak terasa, dan burung-burung pulang ke sarangnya.
2) KMS
Sejalan Mengatur
Contoh:
(1) K1
= Pencuri itu ditangkap.
(2) K2
= Tanganya diikat.
(3) K2
= Kepalanya digunduli.
KMS
Sejalan Mengatur:
Mula-mula pencuri itu
ditangkap, setelah tanganya diikat, kemudian kepalanya digunduli, dan akhirnya rakyat
menyerahkanya kepada polisi.
Catatan:
Perbedaan
antara KMS Sejalan Biasa dengan KMS Sejalan Mengatur ialah peristiwa yang
terdapat pada KMS Biasa seakan-akan terjadi bersamaan, sedangkan pada KMS
Mengatur peristiwa-peristiwanya terjadi secara berurutan.
3) KMS
Sejalan Menguatkan
Contoh:
(1) K1
= Kudekati rumah hantu itu.
(2) K2
= hatiku berdebar-debar
KMS
Sejalan Menguatkan:
Makin
kudekati rumah hantu itu, makin berdebar hatiku.
1.4.2.3.2
KMS Berlawanan
Sebuah
KMS disebut berlawanan kalau terdapat pertentangan arti di antara
kalimat-kalimat yang digabungkan. KMS jenis ini dibedakan menjadi tiga macam,
yaitu:
1) KMS
Berlawanan Biasa
Contoh:
(1) K1
= Pamanya pendiam sekali.
(2) K2
= Bibinya cerewet sekali.
KMS
Berlawanan Biasa:
Pamanya pendiam sekali,
tetapi bibinya cerewet luar biasa.
2) KMS
Berlawanan Mengganti
Contoh:
(1) K1
= Kau menerima lamaranya.
(2) K2
= Kamu akan menjadi perawan tua.
KMS
Berlawanan Mengganti:
Kamu menerima lamaranya
atau kamu akan menjadi perawan tua.
3) KMS
Berlawanan Mewatasi
Contoh:
(1) K1
= Ciri khas manusia bukanlah
kebijaksanaan.
(2) K2=
Kemauan manusia untuk hidup.
KMS
Berlawanan Mewatasi:
Ciri
khas manusia bukanlah kebijaksanaan, melainkan kemauan untuk hidup.
1.4.2.3.3
Kalimat Majemuk Setara Penunjukan
KMS
penunjukan ialah bagian kalimat yang satu menunjukan kembali bagian kalimat
yang lain, arti penjukan itu sendiri bermacam-macam, antara lain:
1) KMS
Penunjukan Sebab Akibat
Contoh:
(1) K1
= Dia sedang Sakit.
(2) K2
= Dia tidak ikut bertanding.
KMS
Penunjukan Sebab Akibat:
Dia
sedang sakit, karena itu dia tidak ikut bertanding.
2) KMS
Penunjukan Perlawanan
Cotoh:
(1) K1
= Dia sudah bekerja keras.
(2) K2
= Dia tetap miskin.
KMS
Penunjukan Perlawanan:
Dia sudah bekerja keras, namun demikian dia
teteap miskin.
3) KMS
Penunjukan Waktu
Contoh:
(1) K1
= Petugas
pemeriksa bangunan sudah tiba.
(2) K2
= Para pekerja tetap berada di posnya.
KMS
Penunjukan Waktu:
Petugas pemeriksa
bangunan itu sudah tiba, sementara itu para pekerja tetap berada di posnya.
4) KMS
Penunjukan Tempat
Contoh:
(1) K1=
Sayuran banyak ditanam di Kintamani.
(2) K2=
Banyak pupuk dikirim.
KMS
Penunjukan Tempat:
Sayran banyak di tanam di Kintamani, ke
tempat itu banyak dikirim pupuk.
5) KMS
Penunjukan Syarat
Contoh:
(1) K1
= Istrinya akan segera melahirkan.
(2) K2=
Bidan segera dipanggil.
KMS
Penunjukan Syarat:
Istrinya akan segera
melahirkan, kalau begitu bidan harus segera dipanggil.
6) KMS
Penunjukan Alat
Contoh:
(1) K1
= Sumur itu digali dengan alat-alat
modern.
(2) K2=
Pekerjaan akan segera dapat diselesaikan.
KMS
Penunjukan Alat:
Sumur itu digali dengan
alat-alat modern, dengan itu pekerjaan akan segera dapat diselesaikan.
7) KMS
Penunjukan Tujuan
Contoh:
(1) K1= Rombongan
tamu negara akan segera tiba.
(2) K2
= Panitia penyambut telah terbentuk.
KMS
Penunjukan Tujuan:
Rombongan tamu negara
akan segera tiba, untuk itu telah terbentuk panitia penyambut.
8) KMS
Penunjukan Keadaan
Contoh:
(1) K1=
Pembangunan memerlukan dana dan tenaga.
(2) K2=
Kami hanya memberikan bantuan moral.
KMS
Penunjukan Keadaan:
Pembangunan memerlukan
dana dan tenaga, dalam hal ini kami hanya memberikan bantuan moral.
9) KMS
Penunjukan Perbandingan
Contoh:
(1) K1
= Rakyat sudah cukup memberikan bantuan.
(2) K2
= Pemerintah belum memberikan perhatian.
KMS
Penunjukan Perbandingan:
Rakyat sudah cukup
memberikan bantuan, sejauh itu pemerintah belum memberikan perhatian.
10) KMS
Penunjukan Alasan
Contoh:
(1) K1=
Akhir-akhir ini keadaan makin kacau.
(2) K2
= Pemerintah mengadakan jaga malam.
KMS
Penunjukan Alasan:
Akhir-akhir ini keadaan
makin kacau, sehubungan dengan itu pemerintah mengadakan jaga malam.
1.5
Penentuan
Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini adalah kalimat dalam twitter Go Riau @GoRiauCom
yang terbit tanggal 17 Maret s.d. 17 April 2014. Sumber data yang penulis
peroleh pada tanggal 17 Maret s.d. 17 April 2014 berjumlah 30 data. Dengan
demikian dalam penelitian ini data yang akan dianalisis berjumlah 30 data.
1.6 Metodologi Penelitian
1.6.1
Metode Penelitian
Metode
adalah cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki;
cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna
mencapai tujuan yang ditentukan (Depdiknas, 2008:910). Dalam penelitian ini
penulis menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan penggunaan jenis kalimat
berdasarkan jumlah klausanya. Di dalam penelitian ini semua data dianalisis,
yaitu analisis penggunaan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya.
1.6.2
Teknik Pengumpulan Data
Dalam
melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teknik dokumentasi dan teknik
pengamatan.
1.6.2.1 Teknik
Pengamatan
Teknik pengamatan dilakukan dengan cara
mengamati sampel penelitian yaitu jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya (kalimat
tunggal, kalimat bersusun atau kompleks, dan kalimat majemuk setara) yang
terdapat dalam twitter Go Riau
@GoRiauCom.
1.6.2.2 Teknik
Dokumentasi
Teknik dokumentasi ini dilakukan dengan
cara mengumpulkan kalimat dengan cara copy-dari
twitter
@GoRiauCom ke dalam MS. Word atau
menggunakan fasilitas paint.
1.6.3
Teknik Analisis Data
Dalam
penelitian yang penulis lakukan, data yang diperoleh dianalisis dengan menempuh
beberapa tahap yaitu:
1.6.3.1 Mengumpulkan
data yang diperoleh, yakni kalimat dalam twitter
Go Riau @GoRiauCom dengan cara copy-paste
ke MS.Word atau menggunakan fasilitas Paint kemudian di print.
1.6.3.2 Membaca
secara cermat setiap data yang diperoleh.
1.6.3.3 Menganalisis
dan membahas ada atau tidaknya penggunaan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya
(kalimat tunggal, kalimat bersusun atau komplek, dan kalimat majemuk setara)
dalam twitter Go Riau @GoRiauCom.
1.6.3.4 Mengelompokan
data menjadi tiga kelompok yaitu: kalimat tunggal, kalimat bersusun atau kalimat
kompleks, dan kalimat majemuk setara.
1.6.3.5 Memaparkan
hasil analisis data.
1.6.3.6 Menyimpulkan
hasil analisis data.
BAB
II PENGOLAHAN DATA
2.1 Deskripsi Data
Setelah
melakukan analisis data pada data yang terkumpul tentang jenis kalimat
berdasarkan jumlah klausanya, penulis deskripsikan data tersebut dalam bentuk
tabel. Data tentang jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa ini penulis
dapatkan dalam twitter Go Riau
@GoRiauCom mulai dari tanggal 17 Maret s.d. 17 April 2014. Data-data tersebut
dapat dilihat pada tabel berikut:
TABEL 01 DATA KALIMAT TUNGGAL TWITTER @GoRiauCom
No
|
Hari
atau atnggal
|
Kalimat
|
1
|
Senin, 17 Maret 2014
|
Kabut asap juga ganggu sektor migas.
|
2
|
|
Pekan depan, Mendagri putuskan solusi
permanen APBD Riau 2014.
|
3
|
|
Disdik Pelalawan tetap lanjutkan ujian
Mid semester SMPN 1 Pangkalan Kerinci
|
4
|
|
Kalimat singkat ini menjadi petunjuk
MAS MH370 dibajak.
|
5
|
|
Jarkom Riau dukung Syahril Abu Bakar
sebagai ketua PMI Riau.
|
6
|
|
SBY berhentikan Jumhur sebagai kepala
BNP2TKI.
|
7
|
|
KPU Kuansing masih kurang 18.298 surat
suara.
|
8
|
|
Pencanangan BBGRM IX Kuansing digelar
di Pangean.
|
9
|
|
Derita bumi lancang kuning.
|
10
|
Selasa, 18
Maret 2014
|
Annas Mamun batal tampil di Indonesia
Lawyer Club malam ini.
|
11
|
|
Forum CPNS Meranti-Rohil demo ke
kediaman Gubernur Riau.
|
12
|
|
5 Perambah hutan dan 6 Ekskavator
ditangkap di pelalawan.
|
TABEL 02 DATA KALIMAT BERSUSUN DALAM TWITTER @GoRiauCom
No
|
Hari atau tanggal
|
Kalimat
|
1
|
Senin, 17 Maret 2014
|
Terdakwa korupsi
Alquran, Mantan pejabat Kemenag dituntut 13 tahun penjara.
|
2
|
|
Terobsesi operasi plastik, Wanita ini habiskan Rp
470 juta.
|
3
|
|
Diduga hindari radar, MAS MH370
Terbang Zig-zag.
|
4
|
|
Diduga aniaya istri hingga kehilangan
ingatan, anggotaa polisi Pekanbaru dilaporkan ke Polda.
|
5
|
Selasa, 18 Maret 2014
|
Pemerintah harus sadar, polusi asap dan kebakaran
lahan telah tewaskan 3 orang.
|
6
|
|
Cabuli staf Satpol PP, Bupati Inderagiri Hulu
diadukan ke Mabespolri.
|
7
|
|
Annas hindari wartawan, keluar kediaman lewat
pintu belakang.
|
8
|
|
Dirundung masalah, PAN Pelalawan optimis bisa ikut
pileg 2014.
|
9
|
|
Sudah 4 hari disekap Nelayan Thailand, anggota TNI
AL belum ditemukan.
|
10
|
|
Bokongnya terpukul Tongkat Golf, Model ini tuntut
ganti rugi Rp. 5,6 M.
|
11
|
|
Padamkan kebakaran lahan, Karyawan PT Surya Dumai
tewas tertimpa kayu.
|
TABEL 03 DATA KALIMAT MAJEMUK DALAM TWITTER @GoRiauCom
No
|
Hari atau tanggal
|
Kalimat
|
1
|
Senin, 17 Maret 2014
|
Selamat dari pembantaian, Para pengungsi Afteng
tewas kelaparan.
|
2
|
|
Kalau dia presiden, Anggota KPK, dan Anggaranya
ditambah.
|
3
|
|
Kalau banyak yang takut sama Jokowi, kalau gitu
tak usah ada Pemilu
|
4
|
|
Semalaman diguyiur hujan, kabut asap di Dumai
hilang, warga bersukur.
|
5
|
Selasa, 18 Maret 2014
|
Menururn drastis, dari 61.647 korban asap Riau,
kini tersisa 2 orang.
|
6
|
|
Kabur dari penjara, menyamar jadi waria, dan
tertangkap lagi saat merampok.
|
7
|
|
Gelar aksi damai, Forum LSM Riau bersatu, tuntut
pelaku karthutla segera dihukum.
|
Tabel
01 merupakan tabel data penelitian penggunaan kalimat dalam Twitter Go Riau @GoRiaucom pada tanggal 17
Maret s.d. 17 April 2014, pada tabel 01 di atas dideskripsikan bahwa penggunaan
jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya pada tanggal 17 Maret s.d. 17 April
2014 terdapat 12 kalimat tunggal. Tabel 02 merupakan tabel data penelitian
penggunaan kalimat dalam Twitter Go
Riau @GoRiaucom pada tanggal 17 Maret s.d. 17 April 2014, pada tabel 02 di atas
dideskripsikan bahwa penggunaan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya pada
tanggal 17 Maret s.d. 17 April 2014 terdapat
11 kalimat bersusun. Tabel 03 merupakan tabel data penggunaan kalimat dalam Twitter Go Riau @GoRiauCompada tanggal 17
Maret s.d. 17 April 2014, pada tabel 03 di atas dideskripsikan bahwa penggunaan
jenis kalimat berdasarkan jumlah
klausanya terdapat 7 kalimat majemuk.
2.2 Analisis Data
Pada sub bab ini, penulis akan
menganalisis penggunaan kalimat berdasarkan jumlah klausanya yang meliputi (1)
kalimat tunggal, (2) kalimat bersusun, dan (3) kalimat majemuk. Penggunaan
jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya dalam twitter Go Riau @GoRiauCom adalah sebagai berikut.
2.2.1
Penggunaan Kalimat Tunggal
Menurut
Cook, Elson, dan Pickett dalam Tarigan (2009:6) menyatakan bahwa “Kalimat
tunggal adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas tanpa klausa
terikat”. Kalimat tunggal yang terdapat di dalam twitter Go Riau @GoRiauCom pada tanggal 17 Maret s.d. 17 April 2014
berjumlah 11 data, berikut penulis sampaikan analisisnya.
(1)
Kabut
asap juga ganggu sektor migas.
Kalimat (1) Kabut asap juga ganggu
sektor migas. merupakan kalimat tunggal dengan pola dasar KB+KK, maksudnya
yaitu kalimat berpredikat kata kerja (verbal), dengan kabut asap menduduki unsur subjek terdiri atas kata benda (KB) dan juga ganggu menduduki unsur predikat
terdiri atas kata kerja (KK). Kalimat (1)
Kabut asap juga ganggu sektor migas. tergolong ke dalam kalimat
ekatransitif, yakni kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dengan tiga
unsur wajib, yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat (1) Kabut asap juga ganggu sektor migas. merupakan kalimat tunggal kontruksi
S+P+O karena terdiri atas subjek, diikuti predikat yang dilengkapi oleh objek,
dengan Kabut asap sebagai subjek, juga
ganggu sebagai predikat dan sektor
migas sebagai objek.
(2)
Pekan
depan, Mendagri putuskan solusi permanen APBD Riau 2014.
Kalimat (2) Pekan depan, Mendagri putuskan solusi permanen APBD Riau 2014. merupakan
kalimat tunggal dengan pola dasar KB+KK, maksudnya yaitu kalimat berpredikat
kata kerja (verbal) dengan Mendagri sebagai
subjek yang terdiri dari kata benda (KB) dan
putuskan sebagai predikat yang
terdiri dari kata kerja (KK). Kalimat (2)
Pekan depan, Mendagri putuskan solusi permanen APBD Riau 2014. tergolong
kalimat ekatransitif yakni kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dengan
tiga unsur wajib, yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat (2)
Pekan depan, Mendagri putuskan solusi permanen APBD Riau 2014. merupakan
kalimat tunggal dengan kontruksi S+P+O1+O2+K karena terdiri atas subjek,
diikuti predikat yang dilengkapi oleh dua buah objek dan keterangan. dengan
pola K+S+P+O1+O2, Minggu depan sebagai
keterangan makna waktu, Mendagri sebagai
subjek, solusi permanen sebagai objek
1 dan APBD Riau 2014 sebagai objek 2.
(3)
Disdik
Pelalawan tetap lanjutkan ujian Mid semester SMPN 1 Pangkalan Kerini.
Kalimat (3) Disdik Pelalawan tetap lanjutkan ujian Mid semester SMPN 1 Pangkalan
Kerinci. merupakan kalimat tunggal dengan pola dasar KB+KK, maksudnya yaitu
kalimat berpredikat kata kerja (verbal) dengan Disdik Pelalawan sebagai subjek yang merupakan kata benda (KB) dan tetap lanjutkan sebagai predikat yang
merupakan kata kerja (KK). Kalimat (3)
Disdik Pelalawan tetap lanjutkan ujian Mid semester SMPN 1 Pangkalan Kerinci. tergolong
kalimat ekatransitif yakni kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dengan
tiga unsur wajib, yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat (3)
Disdik Pelalawan tetap lanjutkan ujian Mid semester SMPN 1 Pangkalan Kerinci. merupakan
kalimat tunggal dengan kontruksi S+P+O1+O2 karena terdiri atas subjek diikuti
predikat dan dilengkapi oleh dua objek yakni onjek 1 dan objek 2, Disdik Pelalawan sebagai subjek, tetap lanjutkan sebagai predikat, Mid semester sebagai objek 1 dan SMPN 1 sebagai objek 2.
(4)
Kalimat
singkat ini menjadi petunjuk MAS MH370 dibajak.
Kalimat (4) Kalimat singkat ini menjadi petunjuk MAS MH370 dibajak. merupakan
kalimat tunggal dengan pola dasar KB+KK, maksudnya yaitu kalimat berpredikat
kata kerja (verbal), dengan kalimat
singkat ini sebagai subjek terbentuk dari kata benda (KB), menjadi petunjuk sebagai predikat yang
terbentuk dari kata kerja (KK). Kalimat (4)
Kalimat singkat ini menjadi petunjuk MAS
MH370 dibajak. tergolong kalimat ekatransitif yakni kalimat yang berobjek
dan tidak berpelengkap dengan tiga unsur wajib, yaitu subjek, predikat, dan
objek. Kalimat (4) Kalimat singkat ini
menjadi petunjuk MAS MH370 dibajak. merupakan kalimat tunggal dengan
kontruksi S+P+O+K, karena terdiri atas subjek, diikuti predikat, dan dilengkapi
oleh objek dan keterangan, kalimat
singkat ini sebagai subjek, menjadi
petunjuk sebagai predikat, MAS MH370 sebagai
objek dan di bajak sebagai keterangan
cara.
(5)
Jarkom
Riau dukung Syahril Abu Bakar sebagai ketua PMI Riau.
Kalimat (5) Jarkom Riau dukung Syahril Abu Bakar sebagai ketua PMI Riau. merupakan
kalimat tunggal dengan pola dasar KB+KK, maksudnya yaitu kalimat berpredikat
kata kerja (verbal), dengan Jarkom Riau sebagai
subjek terbentuk dari kata benda (KB), dukung
sebagai predikat yang terbentuk dari kata kerja (KK). Kalimat (5) Jarkom Riau dukung Syahril Abu Bakar
sebagai ketua PMI Riau. tergolong kalimat ekatransitif yakni kalimat yang
berobjek dan tidak berpelengkap dengan tiga unsur wajib, yaitu subjek,
predikat, dan objek. Kalimat (5) Jarkom
Riau dukung Syahril Abu Bakar sebagai ketua PMI Riau. merupakan kalimat
tunggal dengan kontruksi S+P+Pel+K, karena terdiri atas subjek, diikuti
predikat, dan dilengkapi pelengkap dan diperluas dengan unsur keterangan, Jarkom Riau sebagai subjek, dukung sebagai predikat, Syahril Abu Bakar sebagai pelengkap dan sebagai PMI RIau sebagai keterangan tujuan.
(6)
SBY
berhentikan Jumhur sebagai kepala BNP2TKI.
Kalimat (6) SBY berhentikan Jumhur sebagai kepala BNP2TKI. merupakan
kalimat tunggal denganpola dasar KB+KK maksudnya yaitu kalimat berpredikat kata
kerja (verbal), dengan SBY sebagai
subjek terbentuk dari kata benda (KB), dan berhentikan
sebagai predikat yang terbentuk dari
kata kerja (KK). Kalimat (6) SBY berhentikan
Jumhur sebagai kepala BNP2TKI. tergolong kalimat dwitransitif yakni kalimat
yang secara sistematis mengungkapkan hubungan tiga maujud yaitu subjek, objek
dan pelengkap. (6) SBY berhentikan Jumhur
sebagai kepala BNP2TKI. merupakan kalimat tunggal dengan kontruksi S+P+O+K,
karena terdiri atas subjek, diikuti predikat, dan dilengkapi oleh objek dan
keterangan, SBY sebagai subjek, berhentikan sebagai predikat, Jumhur sebagai objek, dan sebagai kepala BNP2TKI sebagai
keterangan tujuan.
(7)
KPU
Kuansing masih kurang 18.298 surat suara.
Kalimat (7) KPU Kuansing masih kurang 18.298 surat suara. merupakan kalimat tunggal dengan pola dasar KB+KS, maksudnya yaitu kalimat
berpredikat kata sifat (adjektiva), dengan KPU
Kuansing menduduki unsur subjek terbentuk dari kata benda (KB) dan masih kurang menduduki unsur predikat terbentuk
dari kata sifat (KS). Kalimat (7) KPU
Kuansing masih kurang 18.298 surat
suara. merupakan kalimat tunggal kontruksi S+P+O karena terdiri atas
subjek, diikuti predikat yang dilengkapi oleh objek, dengan KPU Kuansing sebagai subjek, masih kurang sebagai predikat dan 18.298 sebagai objek.
(8)
Pencanangan
BBGRM IX Kuansing digelar di Pangean.
Kalimat (8) Pencanangan BBGRM IX Kuansing digelar di Pangean. merupakan
kalimat tunggal dengan pola dasar KB+KK, maksudnya yaitu kalimat berpredikat
kata kerja (verbal), dengan Pencanangan
BBGRM IX Kuansing sebagai subjek terbentuk dari kata benda (KB), digelar sebagai predikat yang terbentuk
dari kata benda yang dikerjakankerja (KK). Kalimat (8) Pencanangan BBGRM IX Kuansing digelar di Pangean.. tergolong
kalimat ekatransitif yakni kalimat yang berobjek dan tidak berpelengkap dengan
tiga unsur wajib, yaitu subjek, predikat, dan objek. Kalimat (8) Pencanangan BBGRM IX Kuansing digelar di
Pangean. merupakan kalimat tunggal dengan kontruksi S+P+K, karena terdiri
atas subjek, diikuti predikat, dan dilengkapi keterangan, Pencanangan BBGRM IX Kuansing sebagai subjek, digelar sebagai predikat, dan di
Pangean sebagai keterangan tempat.
(9)
Derita
bumi lancang kuning.
Kalimat (9) Derita bumi lancang kuning.merupakan kalimat tunggal dengan
pola dasar KB+KB, yakni kalimat yang berpredikat nominal dengan derita sebagai subjek yang terbentuk
dari kata benda (nominal) dan Bumi
lancang kuning sebagai predikat yang juga terbentuk dari kata benda
(nominal). Kalimat (9) Derita bumi
lancang kuning. merupakan kalimat tunggal dengan kontruksi S+P karena
terdiri atas subjek diikuti predikat. Derita
sebagai subjek dan bumi lancang
kuning sebagai predikat.
(10) Annas Mamun batal tampil di
Indonesia Lawyer Club malam ini.
Kalimat (10) Annas Mamun batal tampil di Indonesia Lawyer Club malam ini. merupakan kalimat tunggal dengan
pola dasar KB+KK, yakni kalimat yang berpredikat kata kerja (verbal) dengan Annas Mamun sebagai subjek yang
terbentuk dari kata benda dan batal
tampil sebagai predikat yang terbentuk dari kata kerja. Kalimat (10) Annas Mamun batal tampil di Indonesia
Lawyer Club malam ini. merupakan
kalimat tunggal dengan kontruksi S+P+K karena
terdiri atas subjek diikuti predikat dan diperluas dengan keterangan. Annas Mamun sebagai subjek, batal tampil sebagai predikat, dan di Indonesia Lawyer Club malam ini sebagai keterangan tempat.
(11)
Forum
CPNS Meranti-Rohil demo ke kediaman Gubernur Riau.
Kalimat (11) Forum CPNS Meranti-Rohil demo ke kediaman Gubernur Riau.
merupakan kalimat tunggal dengan pola dasar KB+Kdep yakni kalimat yang berpredikat frasa preposisional (kata depan)
dengan Forum CPNS Meranti-Rohil sebagai
subjek yang terbentuk dari kata benda dan demo
ke kediaman Gubernur Riau sebagai predikat yang terbentuk dari frasa
preposisional. Kalimat (11) Forum CPNS Meranti-Rohil demo ke kediaman
Gubernur Riau. merupakan kalimat tunggal dengan kontruksi S+P+O karena
terdiri atas subjek diikuti predikat dan diperluas dengan keterandilengkapi
objek. Dengan Forum CPNS Meranti-Rohil sebagai
subjek, demo sebagai predikat, dan ke kediaman Gubernur Riau sebagai keterangan tempat.
(12)
5
Perambah hutan dan 6 Ekskavator ditangkap di pelalawan.
Kalimat (12) 5 Perambah hutan dan 6 Ekskavator ditangkap di pelalawan merupakan
kalimat tunggal dengan pola dasar KB+KK, yakni kalimat yang berpredikat kata
kerja (verbal) dengan 5 perambah hutan
dan Eskavator sebagai subjek yang
terbentuk dari kata benda dan ditangkap sebagai predikat yang terbentuk dari kata
kerja. Kalimat (12) 5 Perambah hutan dan
6 Ekskavator ditangkap di pelalawan. merupakan kalimat tunggal dengan
kontruksi S+P+K karena terdiri atas
subjek diikuti predikat dan diperluas dengan keterangan. 5 Perambah hutan dan 6 Ekskavator sebagai subjek, ditangkap
sebagai predikat, dan di
pelalawan sebagai keterangan tempat.
2.2.2
Penggunaan Kalimat Bersusun
Kalimat
bersusun adalah kalimat yang terdiri atas satu klausa bebas dan
sekurang-kurangnya satu klausa terikat (Cook dan Kridalaksana, dalam Putrayasa,
2012:48). Dalam kalimat bersusun selalu digunakan konjungsi. Konjungsi yang
digunakan adalah konjungsi subordinatif karena hubungan antar klausa inti
dengan klausa bawahan.
Demi
keaktifan dan kebagusan informasi, kalimat Bersusun tidak lepas dari gejala
elipsis. Gejala elipsis dalam kalimat bersusun lazimnya dikenakan pada unsur
subjek klausa. Kalimat bersusun yang terdapat di dalam twitter Go Riau @GoRiauCom pada tanggal 17 s.d. 20 Maret 2014
berjumlah 11 data. berikut penulis
sampaikan analisisnya.
(1)
Terdakwa
korupsi Alquran, Mantan pejabat Kemenag
dituntut 13 tahun penjara.
Kalimat (1) Terdakwa korupsi Alquran,
Mantan pejabat Kemenag dituntut 13 tahun penjara. merupakan kalimat
bersusun dengan elipsis pada unsur subjek klausa. Elipsis subjek klausa pada
kalimat bersusun ini (1) Terdakwa
korupsi Alquran, Mantan pejabat Kemenag
dituntut 13 tahun penjara. dilakukan pada unsur subjek klausa bawahan yang
tidak diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau partikel. Sebagai
bandingan, di bawah penulis sajikan kalimat bersusun (1) Terdakwa korupsi Alquran,
Mantan pejabat Kemenag dituntut 13 tahun penjara. tanpa elipsis
(1a) karena Mantan Pejabat Kemenag Terdakwa
korupsi Alquran, Mantan pejabat Kemenag
dituntut 13 tahun penjara.
Kata yang dicetak tebal adalah subjek klausa
bawahan yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis dalam subjek klausa
hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan. Subjek klausa bawahan
adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti, kalimat bersusun
tidak bersubjek, kalimat yang kurang teratur harus dihindari penggunaanya.
Berdasarkan analisis ini dapat diketahui bahwa kalimat bersusun (1) Terdakwa korupsi Alquran, Mantan pejabat Kemenag dituntut 13
tahun penjara. tidak teratur sebab pada subjek klausa bawahan tidak diawali
oleh konjungsi, aspek, modalitas,atau partikel.
(2)
Terobsesi
operasi plastik, Wanita ini habiskan Rp 470 juta.
Kalimat (2) Terobsesi operasi plastik, Wanita ini habiskan Rp 470 juta.
merupakan kalimat bersusun dengan elipsis pada unsur subjek klausa. Elipsis
subjek klausa pada kalimat bersusun (2)
Terobsesi operasi plastik, Wanita ini habiskan Rp 470 juta. dilakukan pada
unsur subjek klausa bawahan yang tidak diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas
atau partikel. Sebagai bandingan, di bawah penulis sajikan kalimat bersusun (2) Terobsesi operasi plastik, Wanita ini
habiskan Rp 470 juta. tanpa elipsis
(2a) karena Wanita ini Terobsesi operasi plastik,
Wanita ini habiskan Rp 470 juta.
Kata yang dicetak tebal adalah subjek
klausa bawahan yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis dalam subjek
klausa hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan. Subjek klausa
bawahan adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti, maka kalimat
bersusun tidak bersubjek, kalimat yang kurang teratur harus dihindari
penggunaanya. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui bahwa kalimat bersusun (2) Terobsesi operasi plastik, Wanita ini
habiskan Rp 470 juta. merupakan kalimat
tidak teratur sebab pada subjek klausa bawahan tidak diawali oleh
konjungsi, aspek, modalitas,atau partikel.
(3)
Diduga
hindari radar, MAS MH370 Terbang Zig-zag.
Kalimat (3) Diduga hindari radar, MAS
MH370 Terbang Zig-zag. merupakan kalimat bersusun dengan elipsis pada unsur
subjek klausa. Elipsis subjek klausa pada kalimat bersusun (3) Diduga hindari radar, MAS MH370 Terbang Zig-zag. dilakukan pada
unsur subjek klausa bawahan yang tidak diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas
atau partikel. Sebagai bandingan, di bawah penulis sajikan kalimat bersusun (3)
Diduga hindari radar, MAS MH370 Terbang Zig-zag.. tanpa elipsis
(3a) selain MAS MH730 diduga hindari radar, MAS
MH370 Terbang Zig-zag.
Kata yang dicetak tebal adalah subjek
klausa bawahan yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis dalam subjek
klausa hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan. Subjek klausa
bawahan adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti, maka kalimat
bersusun tidak bersubjek dan disebut kalimat kurang teratur, kalimat yang
kurang teratur harus dihindari penggunaanya. Berdasarkan analisis ini dapat
diketahui bahwa kalimat bersusun (3) Diduga hindari radar, MAS MH370 Terbang
Zig-zag. merupakan kalimat tidak teratur sebab pada subjek klausa bawahan tidak diawali oleh
konjungsi, aspek, modalitas, atau partikel.
(4)
Diduga
aniaya istri hingga kehilangan ingatan, anggotaa polisi Pekanbaru dilaporkan ke
Polda.
Kalimat (4) Diduga aniaya istri hingga
kehilangan ingatan, anggotaa polisi Pekanbaru dilaporkan ke Polda. merupakan
kalimat bersusun dengan elipsis pada unsur subjek klausa. Elipsis subjek klausa
pada kalimat bersusun (4) Diduga aniaya
istri hingga kehilangan ingatan, anggotaa polisi Pekanbaru dilaporkan ke Polda.
dilakukan pada unsur subjek klausa bawahan yang tidak diawali oleh
konjungsi, aspek, modalitas atau partikel. Sebagai bandingan, di bawah penulis
sajikan kalimat bersusun (4) Diduga aniaya istri hingga kehilangan
ingatan, anggotaa polisi Pekanbaru dilaporkan ke Polda. tanpa elipsis
(4a) karena anggota polisi Pekanbaru diduga aniaya
istri hingga kehilangan ingatan, anggotaa polisi Pekanbaru dilaporkan ke Polda.
Kata yang dicetak tebal adalah subjek
klausa bawahan yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis dalam subjek
klausa hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan. Subjek klausa
bawahan adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti, maka kalimat
bersusun tidak bersubjek dan disebut kalimat kurang teratur, kalimat yang
kurang teratur harus dihindari penggunaanya. Berdasarkan analisis ini dapat
diketahui bahwa kalimat bersusun (4)
Diduga aniaya istri hingga kehilangan ingatan, anggotaa polisi Pekanbaru
dilaporkan ke Polda. merupakan kalimat
tidak teratur sebab pada subjek klausa bawahan tidak diawali oleh
konjungsi, aspek, modalitas, atau partikel.
(5)
Pemerintah
harus sadar, polusi asap dan kebakaran lahan telah tewaskan 3 orang.
Kalimat (5) Pemerintah harus sadar, polusi asap dan kebakaran lahan telah
tewaskan 3 orang. merupakan kalimat bersusun dengan elipsis pada unsur
subjek klausa. Elipsis subjek klausa pada kalimat bersusun (5) Pemerintah harus sadar, polusi asap dan kebakaran lahan telah
tewaskan 3 orang. dilakukan pada unsur subjek klausa bawahan yang tidak
diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau partikel. Sebagai bandingan, di
bawah penulis sajikan kalimat bersusun (5)
Pemerintah harus sadar, polusi asap dan kebakaran lahan telah tewaskan 3
orang. tanpa elipsis
(5a) karena polusi asap dan kebakaran lahan
pemerintah harus sadar, polusi asap dan kebakaran lahan telah tewaskan 3 orang.
Kata yang dicetak tebal
adalah subjek klausa bawahan yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis
dalam subjek klausa hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan.
Subjek klausa bawahan adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek,
modalitas atau pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti,
maka kalimat bersusun tidak bersubjek dan disebut kalimat kurang teratur,
kalimat yang kurang teratur harus dihindari penggunaanya. Berdasarkan analisis
ini dapat diketahui bahwa kalimat bersusun (5)
Pemerintah harus sadar, polusi asap dan kebakaran lahan telah tewaskan 3 orang.
merupakan kalimat tidak teratur
sebab pada subjek klausa bawahan tidak diawali oleh konjungsi, aspek,
modalitas, atau partikel.
(6)
Cabuli
staf Satpol PP, Bupati Inderagiri Hulu diadukan ke Mabespolri.
Kalimat (6) Cabuli staf Satpol PP, Bupati Inderagiri Hulu diadukan ke
Mabespolri. merupakan kalimat bersusun dengan elipsis pada unsur subjek
klausa. Elipsis subjek klausa pada kalimat bersusun (6) Cabuli staf Satpol PP, Bupati Inderagiri Hulu diadukan ke
Mabespolri. dilakukan pada unsur
subjek klausa bawahan yang tidak diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
partikel. Sebagai bandingan, di bawah penulis sajikan kalimat bersusun (6) Cabuli staf Satpol PP, Bupati Inderagiri
Hulu diadukan ke Mabespolri.tanpa elipsis
(6a) karena Bupati Inderagiri Hulu cabuli staf
Satpol PP, Bupati Inderagiri Hulu diadukan ke Mabespolri.
Kata yang dicetak tebal
adalah subjek klausa bawahan yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis
dalam subjek klausa hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan.
Subjek klausa bawahan adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek,
modalitas atau pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti,
maka kalimat bersusun tidak bersubjek dan disebut kalimat kurang teratur,
kalimat yang kurang teratur harus dihindari penggunaanya. Berdasarkan analisis
ini dapat diketahui bahwa kalimat bersusun (6
Cabuli staf Satpol PP, Bupati Inderagiri Hulu diadukan ke Mabespolri. merupakan
kalimat tidak teratur sebab pada
subjek klausa bawahan tidak diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas, atau
partikel.
(7)
Annas
hindari wartawan, keluar kediaman lewat pintu belakang.
Kalimat (7) Annas hindari wartawan, keluar kediaman lewat pintu belakang. merupakan
kalimat bersusun dengan elipsis pada unsur subjek klausa. Elipsis subjek klausa
pada kalimat bersusun (7) Annas hindari
wartawan, keluar kediaman lewat pintu belakang. dilakukan pada unsur subjek
klausa bawahan yang tidak diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau partikel.
Sebagai bandingan, di bawah penulis sajikan kalimat bersusun (7) Annas hindari wartawan, keluar kediaman
lewat pintu belakang.tanpa elipsis
(7a) karena Annas
hindari wartawan, Annas keluar
kediaman lewat pintu belakang.
Kata yang dicetak tebal
adalah subjek klausa inti yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis dalam
subjek klausa hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan. Subjek
klausa bawahan adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek,
modalitas atau pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti,
maka kalimat bersusun tidak bersubjek dan disebut kalimat kurang teratur,
kalimat yang kurang teratur harus dihindari penggunaanya. Berdasarkan analisis
ini dapat diketahui bahwa kalimat bersusun (7)
Annas hindari wartawan, keluar kediaman lewat pintu belakang merupakan
kalimat tidak teratur sebab elipsis
dikenakan pada subjek klausa inti.
(8)
Dirundung
masalah, PAN Pelalawan optimis bisa ikut pileg 2014.
Kalimat (8) Dirundung masalah, PAN Pelalawan optimis bisa ikut pileg 2014. merupakan
kalimat bersusun dengan elipsis pada unsur subjek klausa. Elipsis subjek klausa
pada kalimat bersusun (8) Dirundung
masalah, PAN Pelalawan optimis bisa ikut pileg 2014. dilakukan pada unsur
subjek klausa bawahan yang tidak diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
partikel. Sebagai bandingan, di bawah penulis sajikan kalimat bersusun (8) Dirundung masalah, PAN Pelalawan optimis
bisa ikut pileg 2014. tanpa elipsis
(8a) walaupun PAN Pelalawan dirundung masalah, PAN
Pelalawan optimis bisa ikut pileg 2014.
Kata yang dicetak tebal adalah subjek
klausa inti yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis dalam subjek klausa
hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan. Subjek klausa bawahan
adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti, maka kalimat
bersusun tidak bersubjek dan disebut kalimat kurang teratur, kalimat yang
kurang teratur harus dihindari penggunaanya. Berdasarkan analisis ini dapat
diketahui bahwa kalimat bersusun (8)
Dirundung masalah, PAN Pelalawan optimis bisa ikut pileg 2014. merupakan
kalimat tidak teratur sebab elipsis
dikenakan pada subjek klausa bawahan yang tidak didahului oleh konjungsi tak
bersyarat.
(9)
Sudah
4 hari disekap Nelayan Thailand, anggota TNI AL belum ditemukan.
Kalimat (9) Sudah 4 hari disekap Nelayan Thailand, anggota TNI AL belum
ditemukan. merupakan kalimat bersusun dengan elipsis pada unsur subjek
klausa. Elipsis subjek klausa pada kalimat bersusun (9) Sudah 4 hari disekap Nelayan Thailand, anggota TNI AL belum
ditemukan. dilakukan pada unsur subjek klausa bawahan yang tidak diawali
oleh konjungsi, aspek, modalitas atau partikel. Sebagai bandingan, di bawah
penulis sajikan kalimat bersusun (9)
Sudah 4 hari disekap Nelayan Thailand, anggota TNI AL belum ditemukan. tanpa
elipsis
(9a) karena anggota TNI AL sudah 4 hari disekap
Nelayan Thailand, anggota TNI AL belum ditemukan.
Kata yang dicetak tebal adalah subjek
klausa inti yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis dalam subjek klausa
hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan. Subjek klausa bawahan
adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti, maka kalimat bersusun
tidak bersubjek dan disebut kalimat kurang teratur, kalimat yang kurang teratur
harus dihindari penggunaanya. Berdasarkan analisis ini dapat diketahui bahwa
kalimat bersusun (9) Sudah 4 hari disekap
Nelayan Thailand, anggota TNI AL belum ditemukan. merupakan kalimat tidak teratur sebab elipsis dikenakan
pada subjek klausa bawahan yang tidak didahului oleh konjungsi terutama
konjungsi sebab.
(10)
Bokongnya
terpukul Tongkat Golf, Model ini tuntut ganti rugi Rp. 5,6 M.
Kalimat (10) Bokongnya terpukul Tongkat Golf, Model ini tuntut ganti rugi
Rp. 5,6 M. merupakan kalimat bersusun dengan elipsis
pada unsur subjek klausa. Elipsis subjek klausa pada kalimat bersusun (10) Bokongnya
terpukul Tongkat Golf, Model ini tuntut ganti rugi Rp.5,6M. dilakukan pada
unsur subjek klausa bawahan yang tidak diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas
atau partikel. Sebagai bandingan, di bawah penulis sajikan kalimat bersusun (10)
Bokongnya terpukul Tongkat Golf, Model
ini tuntut ganti rugi Rp.5,6 M. tanpa elipsis
(10a) karena Model ini bokongnya terpukul Tongkat
Golf, Model ini tuntut ganti rugi Rp.
5,6 M.
Kata yang dicetak tebal adalah subjek
klausa inti yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis dalam subjek klausa
hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan. Subjek klausa bawahan
adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti, maka kalimat
bersusun tidak bersubjek dan disebut kalimat kurang teratur, kalimat yang
kurang teratur harus dihindari penggunaanya. Berdasarkan analisis ini dapat
diketahui bahwa kalimat bersusun (10)
Bokongnya terpukul Tongkat Golf, Model
ini tuntut ganti rugi Rp.5,6M. merupakan kalimat tidak teratur sebab elipsis dikenakan pada subjek klausa bawahan
yang tidak didahului oleh konjungsi terutama konjungsi sebab.
(11)
Padamkan
kebakaran lahan, Karyawan PT Surya Dumai tewas tertimpa kayu.
Kalimat (11) Padamkan kebakaran lahan, Karyawan PT Surya Dumai tewas tertimpa
kayu. merupakan kalimat bersusun dengan elipsis pada unsur subjek klausa.
Elipsis subjek klausa pada kalimat bersusun (11)
Padamkan kebakaran lahan, Karyawan PT Surya Dumai tewas tertimpa kayu. dilakukan
pada unsur subjek klausa bawahan yang tidak diawali oleh konjungsi, aspek,
modalitas atau partikel. Sebagai bandingan, di bawah penulis sajikan kalimat
bersusun Bokongnya terpukul Tongkat Golf,
Model ini tuntut ganti rugi Rp.5,6 M. tanpa elipsis
(11a) karena karyawan
PT Surya Dumai Padamkan kebakaran lahan, Karyawan PT Surya Dumai tewas tertimpa
kayu.
Kata yang dicetak tebal adalah subjek
klausa inti yang dielipsiskan. Perlu dicatat bahwa elipsis dalam subjek klausa
hanya layak dikenakan terhadap subjek klausa bawahan. Subjek klausa bawahan
adalah subjek klausa yang diawali oleh konjungsi, aspek, modalitas atau
pratikel. Jika elipsis dikenakan terhadap subjek klausa inti, maka kalimat
bersusun tidak bersubjek dan disebut kalimat kurang teratur, kalimat yang
kurang teratur harus dihindari penggunaanya. Berdasarkan analisis ini dapat
diketahui bahwa kalimat bersusun (11)
Padamkan kebakaran lahan, Karyawan PT Surya Dumai tewas tertimpa kayu. merupakan
kalimat tidak teratur sebab elipsis
dikenakan pada subjek klausa bawahan yang tidak didahului oleh konjungsi
terutama konjungsi sebab.
2.2.3
Penggunaan Kalimat Majemuk
Kalimat
majemuk adalah kalimat yang terdiri atas beberapa klausa (Tarigan, 2009: 7).
Sedangkan menurut Mulyono (2012:126) kalimat majemuk ialah kalimat yang terdiri
atas beberapa pola kalimat atau beberapa klausa yang bersifat bebas. Hubungan
antar pola kalimat tersebut bersifat koordinatif atau setara, oleh sebab itu
ada yang menyebut kalimat majemuk setara. Kalimat najemuk yang terdapat di
dalam twitter Go Riau @GoRiauCom pada
tanggal 17 s.d. 20 Maret 2014 berjumlah 7 data.
berikut penulis sampaikan analisisnya
(1)
Selamat
dari pembantaian, Para pengungsi Afteng tewas kelaparan.
Kalimat (1) Selamat dari pembantaian, Para pengungsi Afteng tewas kelaparan.merupakan
kalimat majemuk berlawanan biasa yang seharusnya antara kalimat (1a) dengan
(1b) dibawah dihubungkan oleh kata penghubung namun. Kata majemuk sejalan biasa
(1) Selamat dari pembantaian, Para
pengungsi Afteng tewas kelaparan. terdiri atas
K1=
Selamat dari pembantaian.
K2=
Para pengungsi Afteng tewas kelaparan.
KMS berlawanan biasa = Selamat dari pembantaian, namun Para
pengungsi Afteng tewas kelaparan.
Dari analisis yang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa penggunaan kalimat majemuk setara berlawanan biasa dalam twitter Go Riau @GoRiauCom tidak sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli.
(2)
Kalau
dia presiden, Anggota KPK, dan Anggaranya ditambah.
Kalimat (2) Kalau dia presiden, Anggota KPK, dan Anggaranya ditambah. merupakan
kalimat majemuk setara sejalan biasa. Kalimat majemuk setara sejalan biasa (2) Kalau dia presiden, Anggota KPK, dan Anggaranya
ditambah. terdiri atas
K1=
Dia presiden.
K2=
Anggota KPK.
K3
= Anggaranya ditambah.
KMS sejalan biasa = Kalau dia presiden, Anggota KPK, dan Anggaranya ditambah.
Dari analisis yang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa penggunaan kalimat majemuk setara sejalan biasa dalam twitter Go Riau @GoRiauCom sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh para ahli.
(3)
Kalau
banyak yang takut sama Jokowi, kalau gitu tak usah ada Pemilu.
Kalimat (3) Kalau banyak yang takut sama Jokowi, kalau gitu tak usah ada Pemilu.
merupakan kalimat majemuk setara berlawanan biasa. Kalimat majemuk setara berlawanan
biasa (3) Kalau banyak yang takut sama
Jokowi, kalau gitu tak usah ada Pemilu. terdiri atas
K1=
Kalau banyak yang takut sama Jokowi.
K2=
Tak usah ada pemilu.
KMS sejalan biasa = Kalau banyak yang takut sama
Jokowi, kalau gitu tak usah ada Pemilu.
Dari
analisis yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa penggunaan kalimat majemuk
setara berlawanan biasa dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli.
(4)
Semalaman
diguyur hujan, kabut asap di Dumai hilang, warga bersukur.
Kalimat (4) Semalaman diguyiur hujan, kabut asap di Dumai hilang, warga
bersukur. merupakan kalimat majemuk setara sejalan biasa. Kalimat majemuk
setara berlawanan biasa (4) Semalaman
diguyiur hujan, kabut asap di Dumai hilang, warga bersukur. terdiri atas
K1=
Semalaman diguyur hujan.
K2=
Kabut asap di Dumai hilang.
K3=
Warga bersyukur.
KMS sejalan biasa = Semalaman diguyur hujan, kabut asap di Dumai hilang, dan
warga bersukur.
Dari
analisis yang penulis lakukan dapat diketahui bahwa penggunaan kalimat majemuk
setara berlawanan biasa dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom kurang sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli
karena tidak menambah kan konjungsi dan sebagai penghubung antara K2 dengan K3.
(5)
Menururn
drastis, dari 61.647 korban asap Riau, kini tersisa 2 orang.
Kalimat (5) Menururn drastis, dari 61.647 korban asap Riau, kini tersisa 2
orang. merupakan kalimat majemuk setara sejalan biasa. Kalimat majemuk setara
berlawanan biasa (5) Menururn drastis,
dari 61.647 korban asap Riau, kini tersisa 2 orang. terdiri atas
K1=
Menurun drastis.
K2= Dari
61.647 korban asap Riau.
K3=
kini tersisa 2 orang.
KMS sejalan biasa = Menururn drastis, dari 61.647 korban asap Riau, dan kini tersisa 2
orang.
Dari analisis yang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa penggunaan kalimat majemuk setara sejalan biasa dalam twitter Go Riau @GoRiauCom kurang sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli karena tidak menambah kan konjungsi
dan sebagai penghubung antara K2 dengan K3.
(6)
Kabur
dari penjara, menyamar jadi waria, dan tertangkap lagi saat merampok.
Kalimat (6) Kabur dari penjara, menyamar jadi waria, dan tertangkap lagi saat
merampok. merupakan kalimat majemuk setara sejalan biasa. Kalimat majemuk
setara sejalan biasa (6) Kabur dari
penjara, menyamar jadi waria, dan tertangkap lagi saat merampok. terdiri
atas
K1=
Kabur dari penjara.
K2=
Menyamar jadi waria.
K3=
Tertangkap lagi saat merampok.
KMS
sejalan biasa = Kabur dari penjara,
menyamar jadi waria, dan tertangkap lagi saat merampok.
Dari analisis yang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa penggunaan kalimat majemuk setara berlawanan biasa dalam twitter Go Riau @GoRiauCom sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh para ahli.
(7)
Gelar
aksi damai, Forum LSM Riau bersatu, tuntut pelaku karthutla segera dihukum.
Kalimat (7) Gelar aksi damai, Forum LSM Riau bersatu, tuntut pelaku karthutla
segera dihukum. merupakan kalimat majemuk setara sejalan biasa. Kalimat
majemuk setara berlawanan biasa (7) Gelar
aksi damai, Forum LSM Riau bersatu, tuntut pelaku karthutla segera dihukum. terdiri
atas
K1=
Gelar aksi damai.
K2=
Forum LSM Riau bersatu .
K3=
Tuntut pelaku karthutla segera dihukum
KMS sejalan biasa = Gelar aksi damai, Forum LSM Riau bersatu,dan tuntut pelaku karthutla
segera dihukum.
Dari analisis yang penulis lakukan dapat
diketahui bahwa penggunaan kalimat majemuk setara berlawanan biasa dalam twitter Go Riau @GoRiauCom kurang sesuai
dengan teori yang dikemukakan oleh para ahli karena tidak menambah kan
konjungsi dan sebagai penghubung antara K2 dengan K3.
2.2.3
Interpretasi Data
Berdasarkan
deskripsi data dan analisis data yang telah penulis uraikan terdahulu dapat
diinterpretasikan data tentang penggunaan jenis kalimat berdasarkan jumlah
klausanya dalam twitter Go Riau
@GoRiauCom, meliputi (1) kalimat tunggal, (2) kalimt besusun, dan (3) kalimat
majemuk. Untuk memperoleh data tentang penggunaan jenis kalimat berdasarkan
jumlah klausanya dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom, penulis mengumpulkan data selama satu bulan yaitu mulai pada
tanggal 17 Maret s.d. 17 April 2014. Setelah sumber dataterkumpul penulis
melakukan deskripsi data, analisis data dan akan menginterprestasikan data
tentang penggunaan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya dalam twitter Go Riau @GoRiauCom sebagai
berikut.
Pada
tanggal 17 Maret 2014 dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom terdapat 9 kalimat tunggal (1) Kabut asap juga ganggu sektor migas. (2) Pekan depan, Mendagri putuskan
solusi permanen APBD Riau 2014. (3) Disdik Pelalawan tetap lanjutkan ujian Mid
semester SMPN 1 Pangkalan Kerini. (4) Kalimat
singkat ini menjadi petunjuk MAS MH370 dibajak. (5) Jarkom Riau dukung Syahril
Abu Bakar sebagai ketua PMI Riau. (6) SBY berhentikan Jumhur sebagai kepala
BNP2TKI. (7) KPU Kuansing masih kurang 18.298 surat suara. (8) Pencanangan
BBGRM IX Kuansing digelar di Pangean. (9) Derita bumi lancang kuning. Pada
tanggal 18 Maret 2014 dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom terdapat 9 kalimat tunggal (10)
Annas Mamun batal tampil di Indonesia Lawyer Club malam ini. (11) Forum CPNS Meranti-Rohil demo ke
kediaman Gubernur Riau. (12) 5 Perambah hutan dan 6 Ekskavator ditangkap di
pelalawan.
Pada
tanggal 17 Maret 2014 dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom terdapat 11 kalimat bersusun (1) Terdakwa korupsi Alquran, Mantan
pejabat Kemenag dituntut 13 tahun penjara. (2) Terobsesi operasi plastik,
Wanita ini habiskan Rp 470 juta.(3) Diduga hindari radar, MAS MH370 Terbang
Zig-zag. (4) Diduga aniaya istri hingga kehilangan ingatan, anggotaa polisi
Pekanbaru dilaporkan ke Polda. Pada tanggal 18 Maret 2014 terdapat 7
kalimat bersusun (5) Pemerintah harus
sadar, polusi asap dan kebakaran lahan telah tewaskan 3 orang. (6) Cabuli staf
Satpol PP, Bupati Inderagiri Hulu diadukan ke Mabespolri. (7) Annas hindari wartawan,
keluar kediaman lewat pintu belakang.(8) Dirundung masalah, PAN Pelalawan
optimis bisa ikut pileg 2014. (9) Sudah 4 hari disekap Nelayan Thailand,
anggota TNI AL belum ditemukan. (10) Bokongnya terpukul Tongkat Golf, Model ini
tuntut ganti rugi Rp. 5,6 M. (11)
Padamkan kebakaran lahan, Karyawan PT Surya Dumai tewas tertimpa kayu.
Pada
tanggal 17 Maret 2014 dalam twitter Go
Riau @GoRiauCom terdapat 4 kalimat majemuk (1)
Selamat dari pembantaian, Para pengungsi Afteng tewas kelaparan.(2) Kalau dia
presiden, Anggota KPK, dan Anggaranya ditambah.(3) Kalau banyak yang takut sama
Jokowi, kalau gitu tak usah ada Pemilu. (4) Semalaman diguyiur hujan, kabut
asap di Dumai hilang, warga bersukur. Pada tanggal 18 Maret 2014 dalam twitter Go Riau @GoRiauCom terdapat 3
kalimat majemuk yakni (5) Menururn
drastis, dari 61.647 korban asap Riau, kini tersisa 2 orang. (6) Kabur dari penjara, menyamar jadi
waria, dan tertangkap lagi saat merampok. dan (7) Gelar aksi damai, Forum LSM Riau
bersatu, tuntut pelaku karthutla segera dihukum.
Berdasarkan
deskripsi data dan analisis data yang penulis lakukan dalam twitter Go Riau
@GoRiauCom pada tanggal 17 Maret s.d. 17 April 2014 dijelaskan bahwa penggunaan
jenis kalimat berdasarkan jumlah kaluasanya meliputi (1) kalimat tunggal, (2)
kalimat bersusun, dan (3) kalimat majemuk. Kalimat tunggal yang terdapat dalam twitter Go Riau @GoRiauCom meliputi
kalimat tunggal berpola dasar KB+KB, KB+KK, KB+KS, dan KB+Kdep dengan kontruksi
S+P, S+P+O, S+P+O+K, S+P+O1+O2+K, S+P+K, S+Pel+K. Dan dengan menggunakan makna
keterangan waktu, keterangan tempat, dan keterangan cara.
Sedangakan
kalimat bersusun dalam twitter Go
Riau @ GoRiauCom merupakan kalimat bersusun yang tidak teratur. Kalimat
bersusun dalam twitter Go Riau @
GoRiauCom menggunakan elipsisi subjek pada subjek klausa bawahan. Penulis
menyatakan kalimat bersusun dalam twitter Go Riau @ GoRiauCom tidak
teratur karena berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh para ahli bahwa
kalimat bersusun yang subjek klausa bawahanya tidak didahului oleh konjungsi,
aspek, modalitas atau partikel maka dikatakan kalimat bersusun tidak teratur.
Dan penggunaan kalimat majemuk dalam twitter
Go Riau @ GoRiauCom merupakan kalimat KMS sejalan biasa dan KMS berlawanan
biasa.
BAB
III KESIMPULAN
Berdasarkan
pengolahan data yang telah penulis lakukan tantang penggunaan jenis kalimat
berdasarkan jumlah klausa dalam twitter
Go Riau @ GoRiauCom dapat disimpulkan sebagai berikut. Kalimat tunggal yang
terdapat dalam twitter Go Riau
@GoRiauCom meliputi kalimat tunggal berpola dasar KB+KB, KB+KK, KB+KS, dan
KB+Kdep dengan kontruksi S+P, S+P+O, S+P+O+K, S+P+O1+O2+K, S+P+K, S+Pel+K. Dan
dengan menggunakan makna keterangan waktu, keterangan tempat, dan keterangan
cara.
Sedangakan
kalimat bersusun dalam twitter Go
Riau @ GoRiauCom merupakan kalimat bersusun yang tidak teratur. Kalimat
bersusun dalam twitter Go Riau
@GoRiauCom menggunakan elipsisi subjek pada subjek klausa bawahan. Penulis
menyatakan kalimat bersusun dalam twitter Go Riau @ GoRiauCom tidak
teratur karena berpedoman pada teori yang dikemukakan oleh para ahli bahwa
kalimat bersusun yang subjek klausa bawahanya tidak didahului oleh konjungsi,
aspek, modalitas atau partikel maka dikatakan kalimat bersusun tidak teratur.
Penggunaan
kalimat majemuk dalam twitter Go Riau
@GoRiauCom merupakan kalimat KMS sejalan biasa dan KMS berlawanan biasa. Dengan
setiap masing-masing kalimat terdiri atas dua s.d tiga kalimat dasar. Secara
keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dalam twitter
Go Riau @GoRiauCom menggunakan jenis kalimat berdasarkan jumlah klausa yang
meliputi (1) kalimat tunggal, (2) kalimat bersusun, dan (3) kalimat majemuk.
BAB IV HAMBATAN DAN
SARAN
4.1 Hambatan
Di
dalam penelitian ini, ada beberapa hambatan yang penuis alami di antaranya
yaitu:
4.1.1
Hambatan dalam Mengumpulkn Data
Hambatan
dalam pengumpulan data yang penulis alami adalah sulitnya mengumpulkan data
secara cepat, karena membutuhkan waktu yang lama. Selain itu untuk mengakses twitter juga terkadang membutuhkan waktu
yang lama karena harus menggunakan jaringan internet yang tidak selalu berjalan
lancar. Dalam hambatan ini hanya hambatan itulah yang penulis alami.
4.1.2
Hambatan dalam Mengelola Data
Hambatan
yang dihadapi penulis dalam mengelola data adalah penulis kurang menguasai
teori, terutama tentang kalimat kontruksi kalimat tunggal, menentukan elipsis subjek pada anak kalimat
pada kalimat bersusun dan kalimat majemuk yaitu penggunaan kalimat majemuk
penunjukan.
4.2 Saran
Seperti
layaknya penelitian, pada bagian akhir penelitian ini penulis akan menyampaikan
beberapa saran berkaitan dengan masalah dan hambatan yang penulis alami. Saran
yang penulis sampaikan pada akhir penelitian ini hendaknya dapat dijadikan
sebagai bahan masukan bagi peneliti yang sejenis di masa yang akan datang. Ada pun
beberapa saran yang penulis kemukakan antara lain:
4.2.1 Pahami dan kuasailah mata kuliah
sintaksis tentang jenis kalimat berdasarkan jumlah klausanya yang dibedakan
menjadi (1) kalimat tunggal, (2) kalimat bersusun atau komlpeks, dan (3)
kalimat majemuk agar tidak terjadi kesulitan dalam mengelolag data.
4.2.2 Peneliti selanjutnya diharapkan
bisa memperluas ruang lingkup penelitian, misalnya selain meneliti jenis
kalimat berdasarkan jumlah klausanya, peneliti selanjutnya juga meneliti jenis
kalimat berdasarkan predikat pembentuknya atau lima jenis kalimat lainya.
Penulis sangat menyarankan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti
penggunaan pungtuasi dan konjungsi jika objek yang dianalisis sama dengan
penelitian ini yaitu twitter yang
berkaitan dengan berita, sebab pada twitter
kerap mengabaikan ketepatan penggunaan pungtuasi dan konjungsi terutama
dalam kalimat bersusun.
DAFTAR PUSTAKA
Andrio,
Febri. “Kemampuan Menulis Kalimat Efektif Melalui Media SMS Siswa Kelas X SMA
Negeri 6 Pekanbaru”. Skripsi.Pekanbaru.
Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Islam Riau Pekanbaru.
Chaer,
Abdul. 2009. Sintaksis Bahasa Indonesia
(Pendekatan Proses). Jakarta:
Rineka Cipta
Depdiknas.
2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Mulyono,
Iyo. 2012. Ihwal Kalimat Bahasa Indonesia
dan Problematik Penggunaanya. Bandung: Yrama Widya.
Muslich,
Masnur. 2012. Bahasa Indonesia Pada Era
Globalisasi,Kedudukan, Fungsi, Pembinaan, dan Pengembangan. Jakarta : PT.
Bumi Aksara.
Putrayaya,
Ida Bagus. 2006. Tata Kalimat Bahasa
Indonesia.Bandung: PT. Refika Aditama.
.2012. Jenis Kalimat dalam Bahasa Indonesia. Bandung:PT
Refika Aditama
Ramlan. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yokyakarta: CV. Karyono.
Sumarta,
Karsinem.2013. Cara Mudah Menulis
Skripsi. Pekanbaru:Forum Kerakyatan.
Tarigan
, Henry Guntur. 2009. Prinsip-prinsip
Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa Bandung.
Yani,
Dwi Anggri. “Struktur Kalimat Tunggal Bahasa Suku Sakai Desa Pematang Pudu
Kecamatan Mandau Kabupaten Bengkalis”. Skripsi.
Pekanbaru Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Islam Riau
Pekanbaru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar