Tinkerbell INFORMASI DARIKU
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Kamis, 24 Oktober 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1-PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

 

KONEKSI ANTAR MATERI 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

 

  • Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin?

Filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara (Ing Ngarso Sung Tuludo, Ing Madyo Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani) menjadi landasan dalam mengambil dan melaksanakan berbagai keputusan karena didasarkan pada pelaksanaan yang bermanfaat bagi peserta didik. Keputusan pemimpin pembelajaran akan lebih efektif jika mampu memimpin dengan memberi contoh untuk siswa dan lingkungan. Kemudian, seorang pemimpin dalam kelompok pastinya ikut serta menggerakkan komunitas belajar untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil. Dalam kasus lain, pemimpin juga memandang dirinya sebagai motivator bagi siswa dan lingkungannya untuk melaksanakan berbagai keputusan yang diambil. 

 

  • Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?

Nilai utama yang berasal dari dalam diri kita tentu akan tampak pada karakter yang kita tunjukkan dalam beraktivitas dan bersosialisasi dengan orang lain. Kualitas seorang pemimpin merupakan hasil penilaian dari kepribadian, watak, dan sifat-sifat yang dimiliki pemimpin tersebut dan mengarahkannya pada kebiasaan dan keyakinannya dalam kehidupan sehari-hari. 


Pembentukan karakter pada diri seseorang akan berlangsung melalui proses pembelajaran yang dilakukannya selama hidup. Dengan kata lain, kepribadian seorang pemimpin akan memengaruhi dirinya dalam mengggunakan prinsip-prinsip pengambilan keputusan.

  • Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut? Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya.

Berdasarkan materi pengambilan Keputusan yang berkaitan denga kegiatan coaching dari pengajar praktik dan fasilitator sangat membantu saya dalam memahami peran Seorang pemimpin. Seorang pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan berpedoman pada 9 langkah pengujian dan pengambilan Keputusan, pengambilan keputusan bisa dilakukan dengan kegiatan coaching.

          Ya, pengambilan Keputusan yang dilakukan dengan cara coaching sudah efektif. Efektifitas dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan melihat kembali atau merefleksikan proses pengambilan keputusan yang telah dilakukan sebelumnya. Refleksi ini nantinya dapat diambil pelajarannya untuk dijadikan acuan bagi kasus-kasus selanjutnya.

 

  • Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?

Jika kita melihat kembali 9 langkah dalam menguji dan membuat keputusan maka pada setiap langkahnya kita menyadari betapa besarnya peran kompetensi sosial dan emosional disana. Mengenali berbagai emosi dan menerapkan kesadaran penuh adalah hal yang sangat penting agar kita tidak tergesa-gesa dalam mengambil keputusan.


Berempati terhadap orang lain serta kemampuan menjalin relasi sangat berguna ketika kita berupaya menemukan fakta-fakta yang relevan dengan kasus yang berhubungan dengan dilema etika tersebut. Lalu pada akhirnya tentu saja sesorang yang memiliki kompetensi sosial emosional akan mampu mengambil keputusan-keputusan yang bertanggung jawab bagi dirinya dan lingkungannya.

 

  • Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?

Nilai-nilai yang dianut seorang pendidik akan menuntunya dalam membuat keputusan yang baik. Jika seorang pendidik meyakini berbagai nilai-nilai kebajikan merupakan bagian dalam dirinya maka dipastikan itu akan menjadikan dirinya sebagai sosok yang memiliki integritas dan bertanggung jawab.

 

  • Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.

Pengambilan keputusan yang tepat tentu dapat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman karena semua pihak yang terlibat dalam kondisi tersebut tidak merasa dirugikan oleh keputusan yang dibuat pemimpinnya. Prosedur pengambilan keputusan yang mengakomodir banyak pertimbangan dan pandangan dari berbagai sisi tentu saja akan melahirkan sebuah keputusan yang baik. Keputusan yang baik tentu saja akan berimbas terhadap tumbuhnya kepercayaan dari semua pihak dan dengan kepercayaan itu lah lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman itu tercipta.

 

  • Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?

Tantangan yang paling berat adalah perbedaan pandangan dari lingkungan saya terhadap kasus-kasus yang berhubungan dengan dilema etika. Ada sebagian guru yang begitu kaku terhadap aturan dan disisi lain ada kelompok guru yang cukup permisif sehingga cenderung mengabaikan aturan dengan dalih berbasis pada hasil akhir. Apalagi jika berhubungan dengan kasus-kasus yang dianggap mencoreng nama baik sekolah, seringkali keputusan yang dibuat tidak berpihak kepada murid. Nah, mencari titik tengah dari 2 pandangan ini adalah tantangan tersendiri bagi saya.

 

  • Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil dengan pengajaran memerdekakan murid -murid kita adalah adanya diferensiasi dalam pembelajaran.
Pembelajaran yang berdiferensiasi akan mampu mengakomodir kebutuhasn setiap murid sesuai dengan kodratnya masing-masing. Guru sebagai pemimpin pembelajaran memfasilitasi berbagai perbedaan potensi yang ada pada murid-muridnya dengan tujuan agar pembelajaran yang diberikannya dapat menuntun tumbuh kembangnya berbagai potensi tersebut. Murid-murid akan merasakan pembelajaran yang memerdekan dirinya. Ia akan merasa memiliki kebebasan yang bertanggung jawab terhadap berkembangnya potensi yang dimilikinya

 

  • Bagaimana seorang pemimpin pembelajaran dalam mengambil keputusan dapat mempengaruhi kehidupan atau masa depan murid-muridnya?

Keputusan seorang pemimpin pembelajaran yang memosisikan dirinya sebagai pendidik menuntun segala kodrat muridnya tentu saja akan mempengaruhi kehidupan atau masa depan mereka. Guru sebagai pemimpin pembelajaran akan menyadari betul dan melakukan berbagai upaya dalam menghadirkan pembelajaran yang berkualitas sesuai kebutuhan murid-muridnya di masa depan. Guru tak akan membuat keputusan-keputusan yang tidak berpihak kepada murid. Keputusan-keputusan dalam tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan maupun penilaian pembelajaran sudah pasti tidak mempertimbangkan dirinya semata. Kehidupan dan masa depan muridnya lah yang akan jadi pertimbangan utamanya dalam mengambil keputusan.

 

  • Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan ke-terkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan ke-terkaitannya dengan modul sebelumnya bahwa pengambilan keputusan merupakan kompetensi harus dimiliki oleh guru sebagai pemimpin pembelajaran. Keputusan pemimpin pembelajaran berlandaskan pada filsafat Ki HaDjar Dewantara yaitu menuntun murid sesuai kodratnya dan berpihak kepada murid karena setiap keputusan yang diambil nantinya akan mewarnai karakter murid di masa depan. Guru sebagai pemimpin pembelajaran harus mampu mengambil keputusan yang baik dengan mengedepankan nilai-nilai kebajikan yang telah menjadi kesepakatan, khususnya kesepakatan kelas. Pembelajaran sosial emosional dan pembelajaran berdiferensiasi merupakan bentuk keputusan yang diambil guru untuk menghargai keunikan murid-muridnya. Selanjutnya pada tahap perencanaan dalam mengambil keputusan, seorang pemimpin pembelajaran dapat menggunakan alur BAGJA untuk mewujudkan budaya positif sehingga dapat menciptakan kondisi lingkungan yang nyaman (well being).

 




  • Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?

Setelah mengikuti tahapan demi tahapan dalam mempelajari modul 3.1, saya merasa cukup memahami konsep-konsep yang dipelajari pada modul ini, seperti dilema etika dan bujukan moral, 

4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Hal yang diluar dugaan menurut saya adalah bahwa sebagai pemimpin pembelajaran kita tidak semata mengambil keputusan hanya merujuk aturan saja, namun diatas itu semua bahwa keputusan yang dibuat harus berpihak kepada murid.

 

  • Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?

Pernah, saya menerapkan pengambilan keputusan dengan menggunakan 3 prinsip penyelesaian dilema. Langkah-langkah dalam mengambil keputusan pun sebagian digunakan meskipun langkah-langkah yang saya tempuh tidak mempunyai prosedur baku seperti 9 langkah yang dipelajari pada modul ini. Beberapa langkah saya lakukan meskipun tidak persis berurutan, seperti menggali fakta dan menentukan pihak-pihak yang terlibat untuk selanjutnya meminta keterangan yang relevan dari pihak-pihak yang tersebut. Pengujian benar salah pun dilakukan dengan melihat apakah ada apakah ada aspek pelanggaran hukum dan peraturan dalam situasi tersebut. Perbedaan dengan apa yang saya pelajari pada modul ini adalah tidak adanya opsi trilema dan refleksi terhadap keputusan yang telah dibuat.

 

  • Bagaimana dampak mempelajari konsep  ini buat Anda, perubahan  apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?

Dampak yang paling signifikan bagi saya setelah mempelajari konsep ini adalah saya mampu mengenali dilema etika dan bujukan moral. Kemampuan ini nantinya tentu saja akan mendorong keterampilan saya dalam membuat berbagai keputusan yang tepat. Jika seorang pemimpin tidak mampu membedakan 2 hal ini maka dikhawatirkan keputusan yang dibuat menjadi tidak tepat. Oleh sebab itu saya merasa bahwa seorang pemimpin harus mampu mengidentifikasi antara dilema etika dengan bujukan moral. Setelah mengenali dilema etika dan bujukan moral saya bisa menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan.

 

  • Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?

Sangat penting karena modul ini memberikan pemahaman yang luas dan lengkap bagi saya dalam mengambil keputusan, baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin pembelajaran. Melalui modul ini saya memahami cara membuat keputusan yang baik dengan menerapkan 9 langkah dalam menguji dan mengambil sebuah keputusan. Dengan menggunakan langkah-langkah ini maka keputusan yang saya ambil akan jauh lebih baik dari kondisi saya sebelum mempelajari modul ini.


Semoga dapat menambah pemahaman kita dan mempermudah kita dalam mengambil keputusan yaaa.....😊

 


Selasa, 17 September 2024

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2 PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

 Assalamulaikum, saya akan menyajikan koneksi antar materi modul 2.2 dalam Program Pendidikan Calon Guru Penggerak dengan menggunakan pertanyaan pemandu sebagai berikut:                                 

1. Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa …… sehingga…. setelah mempelajari modul ini, ternyata ……

Sebelum mempelajari modul ini, saya berpikir bahwa pembelajaran sosial emosional tidak termasuk dalam kurikulum Pendidikan, sehingga tidak perlu diintegrasaikan dalam pembelajaran di kelas. Setelah mempelajari modul ini, ternyata saya memahami bahwa pembelajaran sosial emosional memiliki peran penting dalam Pendidikan sehingga perlu diintegrasikan dengan pembelajaran di sekolah dan dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang direalisasikan dengan aksi nyata. 

2. Berkaitan dengan kebutuhan belajar dan lingkungan yang aman dan nyaman untuk memfasilitasi seluruh individu di sekolah agar dapat meningkatkan kompetensi akademik maupun kesejahteraan psikologis (well-being),  3 hal mendasar dan penting yang saya pelajari adalah:

Tiga hal mendasar dan penting yang saya pelajari dari modul pembelajaran sosial emosional yaitu:

1. Pentingnya menciptakan lingkungan belajar yang memberikan kesempatan sama bagi semua murid untuk belajar dan berkembang tanpa memandang perbedaan latar belakang murid atau kebutuhan khusus murid dalam mendukung psikologis murid (lingkungan inklusif). Lingkungan yang aman dan nyaman sangat mendukung kesejahteraan psikologis murid, melalui  pembelajran sosial emosional dapat membantu menciptakan lingkungan nyaman dan aman ini karena mencakup 5 komponen sosial emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi, dan pengambilan Keputusan yang bertanggung jawab. 


        Dengan mengintegrasikan PSE ke dalam kurikulum dan praktik sehari-hari di sekolah, Contohnya menciptakan lingkungan nyaman dan aman bagi murid. PSE dapat diintegrasikan dalam praktek mengajar dan kurikulum akademik seperti mengarahkan murid melakukan kesadaran diri dengan cara mengungkapkan perasaan dalam bentuk emoji beserta alasannya pada buku catatan sebelum memulai pembelajaran, hal ini dapat membantu guru mengetahui keadaan anak dan membantu guru dalam mengambil tindakan selanjutnya dalam proses pembelajaran.

     Selain itu PSE dapat pula diintegrasikan dalam penciptaan iklim kelas dan budaya di sekolah, guru dan murid membuat ketakinan kelas dengan berdasar pada nilai Kebajikan sesuai karakter profil pelajar Pancasila, keyakinan kelas ini dapat dijadikan norma pengendali perilaku murid di sekolah. Dengan adanya keyakinan kelas ini, maka murid akan melakukan kesadaran dalam bersosial.

2. Pembelajaran sosial emosional berfokus pada pengembangan keterampilan seperti kesadaran diri, pengelolaan emosi, empati, dan keterampilan sosial. Keterampilan ini penting untuk membantu siswa memahami dan mengelola perasaan mereka sendiri, berinteraksi dengan orang lain dengan cara yang positif, dan membuat keputusan

yang bertanggungjawab. Dengan memiliki 5 kompetensi Sosial Emosional ini, dapat membantu murid menjalani hidup dengan selamat dan bahagia.

3.Penerapan PSE memerlukan dukungan dari semua pihak, yaitu seluruh warga sekolah termasuk orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungan hidup murid. Di sekolah, PSE dapat dilakukan dengan menciptakan budaya sekolah yang mendukung nilai-nilai sosial emosional yang memungkinkan murid untuk melakukannya. Seperti membuat dan melaksanakan program sekolah yang didalamnya terdapat PSE atau mengintegrasikan PSE dalam 


pembelajaran. Sekolah juga dapat berkolaborasi dengan orang tua murid dalam penerapan PSE dengan cara mengadakan pertemuan antar orang tua dan warga sekolah yang membahas PSE dan penerapannya dalam kehidupan murid sehari-hari.





3. Berk aitan dengan no 2, perubahan yang akan saya terapkan di  kelas dan sekolah:

a. bagi murid-muri

Sebagai pemimimpin pembelajaran, dengan kesadaran penuh saya akan menjadi teladan bagi muriddengan melakukan manajemen diri yang lebih baik sebagai guru di sekolah sesuai dengan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara bahwa guru memiliki peran untuk meuntun murid dalam pembelajaran sesuai kodrat yang dimilikinya agar mencapai tujuan hidup yang semangat dan bahagia. Sebagai guru dengan kesadaran penuh akan melaksanakan PSE serta menerapkan PSE dalam kegiatan sehari-hari Bersama murid di kelas dan sekolah. Hal ini saya mulai dengan mengintegrasikan PSE dalam pembelajaran sesuai dengan

kurikulum akademik di sekolah. Seperti:

  • Membuat keyakinan kelas di awal tahun pembelajaran dan membuat kesepakatan kelas pada tiap awal pembelajaran. Hal ini dapat melatih kesadaran sosial bagi diri  murid dan menciptakan iklim positif di sekolah.
  • Meminta murid memimpin doa setiap memulai dan mengakhiri pembelajaran secara bergantian untuk menumbuhkan keterampilan pengambilan Keputusan bertanggungjawab pada diri murid. Serta meningkatkan kesadaran diri untuk menanamkan ketaatan beribadah.
  • Menanyakan perasaan murid sebelum memulai pembelajaran, membantu murid untuk melatih kesadaran diri tentang keadaan dirinya sendiri dan membantu guru sebelum mengambil tindakan Ketika akan belajar.
  •  Menggunakan metode belajar yang dapat melatih keterampilan berelasi bagi diri murid seperti belajar dengan cara berkelompok/berpasangan/wawancara.
  •  Melakukan Teknik STOP Ketika murid menunjukkan tanda focus terganngu saat belajar, hal ini dapat melatih murid dalam memanajemen diri.


b. bagi rekan sejawat:

        Sebagai salah satu guru yang mengurus komunitas belajar di sekolah, saya akan berusaha membagi hasil pembelajaran Modul PSE dengan menjadi narasumber pada kegiatan kombel. Mengajak rekan sejawat berdiskusi untuk menerapkan PSE di kelas, mengajak  rekan sejawat melibatkan siswa dalam meningkatkan keterampilan sosial emosional baik di kelas maupun lingkungan sekolah. Hal yang paling penting adalah mengajak rekaan sejawat untuk menyadari secara penuh bahwa PSE perlu diintegrasikan dalam pembelajaran di kelas.


Demikian pemaparan koneksi antar materi modul 2.2 yang saya paparkan. semoga bermanfaat. 


Sabtu, 31 Agustus 2024

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 2.1

JURNAL REFELEKSI DWI MINGGUAN MODUL 2.1 PEMBELAJARAN BERDIFERENSI

MODEL 4C


 

Apa itu Refleksi Model 4C?

Connection : apa keterkaitan materi yang didapat dengan peran sebagai CGP?

Chalange   : Apakah Materi/ide dari narasumber yang berbeda dengan praktik yang dijalankan selama ini?

Concept     : ceritakan konsep utama dan pendting yang dipelajari untuk terus dibawa sebagai ZGP atau bahkan setelah jadi guru penggerak.

Change       : Apa perubahan yang ingin dilakukan setelah mendapat materi ini?

 

Connnection

Pada modul 2.1, saya mempelajari bagaimana cara memenuhi kebutuhan belajr murid yang berbeda melalui pendekatan pembelajaran berdiferensiasi. Pendekatan belajar berdiferensiasi adalah pendekatan belajar untuk memenuhi kebutuhan belajar murid yang pembelajarannya berpihak pada murid sesuai filosifi Pendidikan Ki Hadjar Dewantara, pendekatan berdiferensiasi ini sangat erat kaitannya dengan peran saya sebagai calon guru penggerak. 


Melalui modul 2.1 saya memahami bahwa ada tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan pembelajaran yaitu dengan memetakan kebutuhan murid dengan memerhatian aspek kesiapan belajar murid, minat belajar murid dan profil belajar murid. Dalam modul ini saya juga dikenalkan pada strategi yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan belajar murid sesuai dengan keunikan yang dimilikinya. Strategi ini yaitu strategi konten, strategi proses dan strategi produk.

Hal ini sangat membantu saya sebagai seorang guru yang sedang mengikuti Pendidikan Guru Penggerak dan nantinya akan menjadi guru penggerak. Saya menyatakan intu karena guru penggerak memiliki peran sebagai pemimpin pembelajaran yang  senantiasa mengarahkan pembelajaran berpihak pada murid.

Selain itu, dengan mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi di kelas dapat mengembangkan nilai-nilai guru peggerak yang saya miiki yakni berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif dan reflektif.

 

Challenge

Beberapa konsep materi yang saya pelajari ada beberapa yang berbeda dengan apa yang sudah saya terapkan selama ini, diantaranya:


  • Selama ini saya melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi dengan strategi produk, yaitu proses pembelajaran yang menerapkan beberapa metode untuk memenuhi profil belajar murid namun menetapkan satu tugas/tugas yang sama untuk semua murid, sedangkan dalam modul ini menjelaskan bahwa pelaksanaan strategi produk tidak memberikan tugas akhir yang sama melainkan, murid boleh menghasilkan produk sesuai dengan minat dan profil belajar yang dimilikinya (murid memilih sendiri) . 
  • Saya membentuk kelompok belajar murid yang di dalamnya memiliki profil belajar yang sama, namun setelah memahami materi modul ini ternyata kelompok belajar murid akan lebih efektif terdiri dari murid yang memiliki profil belajar berbeda karena akan memenuhi kebutuhan belajar murid.
  • Saya mengira Ketika melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi saya harus membuat tiga rencana pembelajaran yang berbeda-beda untuk dilaksanakan pada waktu bersamaan karena berupaya memenuhi profil belajr murid visual, audio dan kinestetik ternyata tidak, dalam modul ini saya berpedoman untuk melakukan strategi diferensiasi.
  • Saya memberikan soal yang lebih banyak pada murid yang memiliki kemampuan tinggi dibanding murid yang kemampuan rendah, namun setelah memahami modul ini mengikuti elaborasi pemahaman  tidak diperlukan adanya perbedaan perilaku karena diarahkan untuk melakukan strategi diferensiasi.

Consept

Konsep utama dan penting yang saya pelajari dalam modul ini, bahwa pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian Keputusan masuk akal (common Sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi pada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  • Menentukan tujuan pembelajaran yang dideferensiasikan secara jelas.
  • Menyediakan variasi dalam materi pelajaran yang diajarkan. (strategi diferensiasi konten)
  • Menyesuaikan profil belajar murid selama proses pembelajaran. (strategi diferensiasi proses)
  • Memberikan murid pilihan dalam cara mereka menunjukkan pemahaman mereka terhadap materi(strategi diferensiasi produk).
  • Menciptakan lingkungan fisik dan sosial yang menantang, mengundang dan mendukung gaya belajar individu murid.
  • Manajemen kelas yang efektif.
  • Penilaian berkelanjutan baik itu assessmen for learning, assessmen as learning dan assessmen of learning.


Change

Setelah mempelajari modul ini, saya merefleksi diri saya yang ternyata belum sepenuhnya memahami dan melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi sehingga belum bisa mengakomodir berbagai kebutuhan belajar murid.

Untuk kedepannya, perubahan pembelajaran yang akan saya lakukan adalah:

  • Melakukan assessmen diagnostic untuk mengetahui, menganalisis dan memetakan kebutuhan belajar murid. Dengan melakukan survey, diskudi atau pengamatan langsung untuk mengetahui kebutuhan belajar murid.
  • Focus pada satu strategi diferensiasi dahulu, untk memulai pembelajaran berdiferensiasi. Kemudian berangsur menggunakan semua strategi diferensiasi.
  • Melakukan penilaian formatif secara rutin untuk mengetahui pemahaman murid dengan memberikan kuis singkat, tanya jawab selama proses pembelajaran dan refleksi pembelajaran.
  • Berkolaborasi dengan rekan sejawat yang memiliki pengalaman menerapkan pembelajaran berdiferensiasi untuk meminta saran dan strategi yang tepat.

  • Mencoba metode atau Teknik baru untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi.
  • Melakukan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan untuk memperbaikinya.
  • Mengikuti pelatihan/worshop untuk mengembangkan kompetensi dalam menerapkan pembelajaran berdiferensiasi.

Demikian pemahaman saya terhadap pembelajaran berdiferensiasi yang saya jadikan sebagai jurnal harian. 



Sabtu, 27 Juli 2024

Jurnal Refleksi Dwimingguan Modul 1.3 Visi Guru Penggerak

 

Assalamulaiakum Wr.Wb

Masih dengan saya Siti Suratmi Calon Guru Penggerak Angkatan 11. Seperti biasa, pada akhir modul pembelajaran CGP di LMS yang selalu di pantau Oeh BGP, Fasilitator dan PP adalah Jurnal refleksi dwi mingguan. Jurnal yang berisi cerita pengalaman terkait pembelajaran yang telah dilalui selama dua minggu, yaitu modul 1.3. Jurnal ini saya tulis menggunakan model 4F yaitu.

1. Facts (Peristiwa)

2. Feelings ( Perasaan)

3. Findings ( Pembelajaran)

4. Future ( Penerapan )


1. Peristiwa

Pengalaman awal minggu menjalankan program Pendidikan Guru Penggerak beriringan dengan hari efektif belajar di sekolah sangat membutuhkan manajemen waktu yang tepat dan akurat hal ini karena banyak yang harus di sesuaikan terutama jadwal mengajar dan jadwal ekskul. Walau kegiatan di LMS tetap sama dengan cara sinkronus atau asinkronus. Kegiatan ini sangat menuntut saya ekstra membagi waktu antara mengajar, ekskul dan Program Guru penggerak. Beberapa kali hampir lupa mengirim tugas, karena belum terbiasa dengan aktifitas yang padat ini. Namun banyak pembelajaran yang saya dapatkan.

Peristiwa dalam ruang kolaborasi membuat saya memahami bahwa sebagai seorang pendidik harus memiliki Impian yang melangit terhadap murid. Memiliki harapan yang dapat mendorong saya dalam menjalankan peran sebagai guru. Penyampaian visi guru penggerak dalam ruang kolaborasi serta pembuatan prakarsa perubahan visi guru peggerak sangat membantu saya dalam membangun motivasi diri.

Pada modul 1.3 ini, saya dipertemukan Kembali dalam satu kelompok dengan Ibu Dian, Ibu Iis, Ibu Bella dan Bapak Fadil. Presentasi kelompok visi guru penggerak dalam modul 1.3 ini sangat matang kami persiapkan karena kami mengerjakannya sebelum dan sesudah loka karya 1 secara langsung. Dengan sengaja kami berfoto dengan pose yang mendukung presentasi. Ternyata lagi-lagi terbukti bahwa “Hasil tidak akan pernah berhianat pada usaha yang maksimal” terbukti kami mendapatkan apresiasi dari Fasilitator “Presentasi milenial” saya patut berterima kasih pada rekan-rekan satu kelompok.

Selain iitu, rukol kali ini benar-benar membahas hal yang harus di miliki oleh guru penggerak yaitu visi guru penggerak. Visi yang dapat dicapai dengan cara melaksanakan peran dan nilai guru penggerak. Bukan hanya itu, pembahasan modul 1.3ini membantu saya dalam membuat visi guru penggerak saya mengenali pendekatan inquiri apresiatif, guna untuk menggali kekuatan sekolah, mencari cara mempertahankan kekuatan tersebut dan memunculkan strategi untuk meningkatkan kekuatan itu menjadi lebih baik. Karena inkuiri apresiatif adalah pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan (David Cooperrider, 2015) dengan menggunakan prinsip utama psikologi positif sekolah. Pendekatan ini dapat dilakukan  menggunakan tahapan B-A-G-J-A.

Peristiwa unik yang lain saya dapatkan Ketika loka karya 1 dengan tema “Pengembangan Komunitas Praktisi”. Pada loka karya 1 ini, saya seperti Kembali pada masa lalu Ketika duduk di bangku sekolah. Para pengajar praktik mengajarkan saya cara untuk berkolaborasi dengan rekan sejawat. Bermain mencari bola yang warnanya sama namun dengan mata tertutup dan dikomando oleh anggota kelompok yang paling belakang. Permainan ini sangat mengajarkan bahwa segala sesuatu butuh komunikasi yang positif untuk menjalin kolaborasi.

Materi pengembangan komunitas praktisi dijelaskan secara gamblang. Ada satu hal yang membuat saya sadar akan kesalahan yang selama ini saya lakukan. Sebelum loka karya 1 ini, saya selalu mengutamakan rekan yang tidak sejalan dengan kegiatan yang di lakukan disekolah, namun secara jelas Bapak M. Toha, Bapak Fendri dan Ibu Junira menyadarkan “Fokuslah pada rekan yang memiliki satu frekuensi dalam melakukan perubahan, jangan peduli pada yang selalu menjatuhkan bahkan menolak untuk berubah, lalu buktikanlah bahwa apa yang kita lakukan memiliki dampak positif. Hal ini akan memudahkan kita dalam menggerakkan orang lain.” Itulah pemahan yang saya peroleh terkait komunitas praktisi.

 

2. Perasaan

Pengalaman yang saya lalui selama kurang-lebih dua minggu ini, membuat saya tertantang karena berkaitan dengan Impian saya sebagai seorang pendidik. Saya memiliki murid Impian pada masa depan, yaitu murid yang memiliki karakter profil pelajar Pancasila. Saya juga merasa antusias untuk menjalankan hal yang menjadi jalan untuk mencapai visi saya sebagai seorang pendidik. Menyadari kesalahan yang saya lakukan selama ini tentang rekan sejawat. Selain itu saya juga bersemangat dalam menerapkan dan menjalankan visi dan menjalankan rencana perubahan yang sudah saya rumuskan. Semangat dan motivasi saya ini akan membuat aura positif dalam menjalankan prakarsa perubahan saya sehingga visi saya akan terwujud.

 

3. Pembelajaran

Pembelajaran yang saya peroleh dari pengalaman memahami modul 1.3 yaitu, saya mengetahui bahwa untuk menjadi seorang pemimpin perubahan positif perlu berfikir strategi dan memahami inquiri apresiatif. IA adalah pendekatan yang membahas manajemen perubahan yang kolaboratif berbasis kekuatan. IA dapat dilakukan dengan tahapan B-A-G-J-A yang merupakan akronim dari Buat pertanyaan utama, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana dan Atur eksekusi sebagai terjemahan bebas yang diadopsi dari model 5D sebagai bagian dari inkuiri apresiati (Define, Discover, Dream, Design, Deliver).


4. Penerapan

Setelah mempelajari modul 1.3 ini yaitu tentang visi guru penggerak maka saya akan berusaha menerapkan dan mewujudkan visi saya yaitu "Menciptakan generasi emas sesuai profil pelajar Pancasila melalui Merdeka belajar”  dan saya akan menerapkan prakarsa perubahan yang saya rumuskan yaitu "Terwujudnya karakter kreatif dan kolaboratif murid melalui Gerakan menulis di madding kelas”.

Selanjutnya, Melalui  pembelajaran yang menyenangkan yang berpihak pada murid sehingga membuat murid berkreasi dan berinovasi dalam mengembangkan ide dalam pembelajaran. Untuk mewujudkan murid yang kreatif melalui pembelajaran yang menyenangkan saya harus melakukan kolaborasi dengan rekan sejawat dan pihak sekolah untuk mewujudkan visi dan prakarsa perubahan saya sebagai guru penggerak.

 

 

 

 

 

Selasa, 09 Juli 2024

Jurnal Refleksi Dwimingguan-Modul 1.2

 Jurnal Refleksi Dwimingguan-Modul 1.2


Peristiwa:

              Pada modul 1.2, banyak yang saya dapatkan. Peristiwa pertama berupa intropeksi diri setelah kilas balik masa lalu yang menyadarkan saya bahwa saat itu ada peran dari pihak lain yang memperkuat Keputusan saya menjadi seorang guru. Bukan hanya intropeksi yang saya lakukan, namun sampai saat ini pun ada manfaat yang saya ambil dari peristiwa itu. Dengan membuat trapesium usia, saya dapat mengaitkan peristiwa masa sekolah yang berliku sampai pada masa kejayaan menjadi seorang guru hingga akhirnya pensiun dari pekerjaan saya menjadi seorang guru nanti di usia 60 tahun.


        Modul 1.2 mebuat saya memahami bahwa ada banyak tahapan yang harus saya lakukan agar saya menjadi pendidik yang dapat berpusat pada murid. Ada pun Langkah yang harus saya lakukan yaitu memahami sistem kerja otak murid,  memahami lima dasar kebutuhan murid, serta mengetahui tahap perkembangan murid dengan menghubungkan materi ideentifikasi gunung es yang menekankan bawha sebenarnya potensi murid yang muncul itu kalah besar dari potensi murid yang tersembunyi. Hal ini harus saya alakukan agar saya benar-benar dapat menerpakan pembelajaran yang berpusat pada murid. 


Peristiwa berkesan  yang baru saya dapatkan sangat menarik, yaitu  ketika dalam ruang kolaborasi diskusi mandiri membahas peran dan nilai guru penggerak. Dalam proses penyelesaian tugas kelompok, saya dan rekan-rekan berbagi cerita tentang kegiatan yang telah di lakukan di sekolah, yaitu peran dan nilai guru pengerak yang terkandung dalam kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan di sekolah masing-masing.

 

Perasaan

Saya masih merasa cemas Ketika akan memulai kegiatan baru dalam Program Guru Penggerak yang sedang saya ikuti ini. Terutama saat akan melakukann presentasi kelompok. Ada saja hal-hal diluar kendali yang terjadi. Salah satu penyebabnya saya tidak memiliki foto dokumentasi kegiatan yang telah saya lakukan di sekolah, sehinggaa saya memilih video dari reels facebook. Alhasil, presntasi menjadi tidak maksimal walau pun sudah berkordinasi dengan operator slide saat itu. Jujur saja, saya kurang puas saat presentasi, baik pada modul 1.1 (terpental saat presentasi) dan modul 1.2 (volume video tidak bisa di unmiute). Pada sesi berikutnya saya akan lebih maksimal. 

Akhir dari rangkaian pembelajaran modul ini, saya sangat terkesima. Modul 1.2 memiliki pesan  yang sangat berarti. Modul ini seolah memberi tips kepada saya untuk melakukan peran sebagai pendidik yang maksimal dengan menerapkan peran dan nilai guru penggerak yang meliputi berpihak pada murid, mandiri, inovatif, kolaboratif dan reflektif. Ini adalah hal baik yang akan saya terapkan di sekolah setelah liburan usai.


Pembelajaran

              Beberapa pembelajaran yang saya peroleh dalam modul 1.2, pembelajaran yang berarti dan dapat membangkitkan semangat saya dalam menjadi pendidik. Ternyata masa lalu memiliki peran dalam hidup. Baik masa positif maupun negative karena dalam peristiwa itu ada peran dari seorang pendidik. Mulai saat ini saya akan menjadi pendidik yang memiliki peran penting bagi murid saya. Pendidik yang mengenal murid dan mampu memenuhi kebutuhannya.




Penerapan

              Saya akan menerapkan nilai dan peran guru pengerak sesuai tips yang saya peroleh dalam modul ini. Saya akan menjadi pendidik yang fokus belajar berpusat pada murid setiap harinya dengan menggunakan model dan metode pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar murid, saya akan menjadi pendidik yang selalu berinovasi mencetuskan ide atau gagasan baru dalam menciptakan strategi pembelajaran sesuai perkembangan teknologi, saya akan menjadi pendidik yang percaya diri dengann potensi baik yang saya miliki sebagai pendidik serta bertanggung jawab dalam mendidik. Saya akan menjadi pendidik yang membangun komunikasi efektif dengan cara berkolaborasi dengan rekan sejawat dan menjadi pendidik yang memiliki pemikiran terbuka, selalu intropeksi diri menerima saran dari orang lain untuk memaknai suatu proses mencapai yang terbaik.  

 

 

Rabu, 03 Juli 2024

TUGAS 7.C EKPLORASI KONSEP-MODUL 1.2

 

TUGAS 7.C EKPLORASI KONSEP-MODUL 1.2

Oeh Siti Suratmi,S.Pd.

 

Diagram identitas gunung es sangat berkaitan dengan penumbuhan profil pelajar pancasila pada murid, karena dengan memahami identitas gunung es saya bisa memahami bahwa potensi murid lebih banyak yang tidak terlihat dari pada yang terlihat. Dengan demikian, sebagai guru saya harus membantu murid menggali potensi murid dan membantu untuk mengeksplor potensi itu. Tentunya dengan menerapkan Profil pelajar pancasila, Beriman dan bertakwa pada tuhan yang esa dan berahlak mulia, berkebinekaan global, gotong royong, mandiri, kreatif dan bernalar kritis.



konsekuensi logis yang dapat saya lakukan sebagai calon guru penggerak dalam transformasi pendidikan yaitu menumbuhkembangkan minat dan bakat murid sesuai kodratnya, membentuk karakter murid dengan optimal sesuai profil pelajar pancasila baik afektif, psikomotor, sosial dan akhlak.

 

 

TUGAS 5.B EKPLORASI KONSEP-MODUL 1.2

 

TUGAS 5.B EKPLORASI KONSEP-MODUL 1.2

Oeh Siti Suratmi,S.Pd.

 

Banyak nilai-nilai yang harus diperkuat dalam diri saya setelah mengetahui teori pilihan dan motivasi intrinsik, karena saya merasa belum menguasai banyak nilai-nilai untuk pengembangan potensi diri, maka yang perlu saya perkuat yaitu:

1)      Sikap mandiri perlu diperkuat dalam mengasah kemampuan dan pengetahuan. Hal ini perlu saya lakukan agar saya  mampu mengambil inisiatif belajar secara mandiri dan mengatasi tantangan dengan keberanian.


 

2)      Sikap berpihak Pada Murid sangat perlu saya perkuat agar gusaya memiliki perhatian terhadap kebutuhan belajar murid yang berbeda, dengan berpihak pada murid maka pembelajaran yang saya lakukan tidak lagi berpusat pada guru melainkan murid. Lebih sepesifik pada pembelajaran menggunakan metode diskusi kelompok, yang diawali dengan kesepakatan kelas agar diskusi berjalan lancar.

 

3)      Sikap reflektif merupakan sikap yang perlu saya miliki untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan diri, melihat dampak dari Tindakan yang saya lakukan dan terus belajar untuk memperbaiki kessalahan-kesalahan. Spesifik pada pengambilan tindak lanjut terhadap hasil belajar murid, masukan guru lain terhadap tindakan yang saya lakukan.

 

4)      Sikap kolaboratif juga perlu saya kuatkan karena saya harus bersikap terbuka terhadap pendapat dan saran guru lain dalam pengembangan komunitas. Dengan berkolaborasi, saya mampu menemukan Solusi dalam menjalani tantangan  sebagai guru dengan cara berbagi pengetahuan dan kerja sama. Lebih sepesifik pada kegiatan komunitas belajar, dalam komunitas belajar saya bisa mendiskusikan metode pembelajaran yang tepat sasaran untuk diguakan.

5)      Sikap yang tak kalah penting untuk saya kuatkan adala inovativ, karena inovativ adalah sikap yang mendorong guru untuk menerapkan metode pembelajaran yang inovatif. Sepesifik Tindakan yang saya lakukan adalah menciptakan media pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar agar pembelajaran menyenangkan.

 


Nilai-nilai yang harus saya perkuat tersebut adalah nilai-nilai yang dapat saya lakukan untuk menciptakan belajar menyenangkan dan menciptakan murid yang menerapkan profil pelajar Pancasila dalam hidupnya.