BAB I
- Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad
Iqbal adalah penyair, lahir pada bulan Dzulhijjah 1289 H atau 22 Februari 1873
M di Saikot. Ayahnya bernama Nur Muhammad seorang sufi, juga seorang penjahit yang cukup
berhasil, serta dikenal sebagai seseorang yang memiliki perasaan dalam rasa
keingintahuan ilmiah yang tinggi sehingga rekan-rekanya memanggilnya dengan
sebutan Sang Filosof tanpa Guru. Ibunda Muhammad Iqbal bernama Imam Bibi yang
dikenal sebagai wanita yang sangat religius, dengan kereligiusan yang
dimilikinya itulah Muhammad Iqbal diasuh oleh Ibunda tercintanya.
Pada tahun 1935, istri beliau meninggal dunia.
Kematian istrinya sangat membuat kesedihan yang berlarut larut bagi beliau sehingga
beliau terserang berbagai penyakit yang
membuatnya lemah, namun beliau tidak menyerah. Beliau terus menguba sajak-sajak
dan menulis pikiran-pikiranya. Pada tahun 1938 sakitnya bertambah parah, beliau
merasa ajalnya sudah dekat, namun beliau sempat berpesan kepada
sahabat-sahabatnya. Pada tanggal 21, April 1938 beliau meninggal dunia dan di
makamkan di Masjid Badsahi Lahore. Ada pun fisafat Muhammad Iqbal yaitu:
- Ego atau Khudi
- Ketuhanan
- Materi dan kausalitas
- Riwayat Pendidikan Muhammad Iqbal
- Pendidikan Muhammad Iqbal yang pertama kali adalah pendidikan yang diajarkan oleh Ayahnya, kemudian Muhammad Iqbal mengikuti pelajaran Al-Quran dan pendidikan islam lainya secara klasik di sebuah Surau. Di dalam pendidikan Muhammad Iqbal sangat cerdas sehingga Beliau mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan yang bagus.
- Selanjutnya, Iqbal dimasukan oleh ayahnya ke Scotch mission college di Siakot agar ia mendapatkan bimbingan dari Maulawi mir Hasan–teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan arab. Pada tahun 1895 Muhammad Iqbal menyelesaikan study di Scottish dan pergi ke Lahore. Sambil melanjutkan pendidikan sarjananya di Lahor, beliau mengajar Filsafat di Government Colloege.
- Pada tahun 1897, Muhammad Iqbal memperoleh gelar B.A., kemudian mengambil program M.A. dalam bidang filsafat. Pada saat itulah beliau bertemu dengan Sir Thomas Arnold, orientalis Inggris yang terkenal mengajarkan filsafat islam di College. Dengan dorongan dan dukungan dari Arnold, beliau terkenal sebagai pengajar yang berbakat dan penyair di Lahor.
- Pada tahun1905, beliau belajar di Cambridge pada R.A. Nicholson, seorang spesialis sufisme, dan seorang Neo-Hegelian yaitu Jhon M.E. Mc Tahggart kemudian belajar di Heidilberg dan Munich. Pada tahun 1908 beliau menyelesaikan doktornya dengan disertai The Development of Metafphysics in Persia. Kemudian beliau kembali ke London untuk belajar dibidang keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusastraan Arab di Universitas london.
- Karya-karya Muhammad Iqbal yaitu:
- Asrar-I Khudi (Rahasia diri)
- Payam-I Masyrik ( Pesan dari Timur)
- The Development of Metaphysic in Persia adalah karya disertasinya yang terbit pada tahun 1908 di London. Isi pokok buku itu adalah deskripsi mengenai sejarah pemikiran keagamaan di Persia sejak Zoroaster hingga sufisme Mulla Hadi dan Sabzawar yang hidup pada abad 18. Pemikiran keagamaan sejak yang paling kuno di Persia hingga yang terakhir merupakan kesinambungan pemikiran islamis, bagian kedua menjelaskan kebudayaan Barat dan berbagai manifestasinya, dan bagian ketiga menjelaskan munculnya Islam hingga peran Turki dalam Perang Dunia Pertama dan kemenangan Turki dalam perang kemerdekaan dari Tekanan Barat
- Rumuz-i Bikhudi terbit pada tahun 1918 di Lahore. Bahasa Persia sebagai pengantar buku tersebut. Buku ini merupakan kelanjutan pemikiran mengenai insan kamil. Insan kamil harus bekerja sama dengan pribadi-pribadi lain untuk mewujudkan kerajaan Tuhan di bumi. Jika insan kamil hidup menyendiri, tenaganya suatu waktu akan sirna.
- Arti leksikal Rumuz-i Bikhudi adalah simbol peniadaan diri.
- Bang-i Dara terbit di Lahore pada tahun 1924. Bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa Urdu. Arti harfiah judul buku itu adalah Genta Lonceng. Secara keseluruhan buku ini dibagi tiga bagian. Bagian pertama buku ini bertemakan nasionalistik dan patriotik yang bercorak humanis.
- Javid Namah (Kitab Keabadian) tertulis dalam bahasa Persia terkecil pada tahun 1932 di Lahore. Buku ini menjelaskan tentang petualangan rohani ke berbagai planet. Bagian akhir buku ini berisi pesan-pesan kepada anaknya dan generasi baru.
- Zarb-i Kalim (Pukulan Nabi Musa) terbit dalam bahasa Urdu di Lahore pada tahun 1937. Pengarang menggambarkan tentang: Islam, wanita, politik, dan seni rupa.
- Konsep Pemikiran Muhammad Iqbal Tentang Pendidikan
Ada 8 pandangan Muhammad Iqbal
tentang pendidikan dalam rangka melaksanakan gagasan rekonstrusi pemikirannya.
Kedelapan pandangan ini adalah:
- Konsep individu
Dengan konsep ini iqbal menekankan bahwa hanya manusia yang dapat
melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan menurut iqbal harus dapat
memupuk sifat-sifat individualitas
manusia agar menjadi manusia yang
sempurna. Yang dimaksud manusia sempurna disini adalah manusia yang
dapat menciptakan sifat-sifat ketuhanan menjelma dalam dirinya, sehingga ia
bisa berprilaku seperti Tuhan.
- Pertumbuhan individu
Muhammad Iqbal berpendapat bahwa manusia sebagai mahkluk individu akan
mengalami berbagai perubahan secara dinamis dalam rangka interaksinya dengan
lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat mengarahkan pertumbuhan dan
perkembangan individu tersebut kearah yang optimal.
- Keseimbangan jasmani dan rohani
Menurut Iqbal perkembangan individu memiliki implikasi bahwa ia harus dapat
mengembangkan kekayaan batin dan eksistensinya. Pengembangan kekayaan batin ini
tidak dapat dilaksanakan dengan melepaskannya dari kaitan materi. Oleh karena
itu, antara jasmani sebagai realitas dengan rohani sebagai ide harus dipadukan
dalam proses pengembangan individu.
- Pertautan individu dengan masyarakat.
Pemahaman diatas memberikan pengertian mendalam tentang hakekat pertautan
antara kehidupan individu dengan
kebudayaan masyarakat. Masyarakat adalah tempat individu menyatakan
keberadaannya. Oleh karena itu, tanpa masyarakat kehidupan individu akan
melemah dan tujuan hidupnya menjadi terarah.
- Kreatifitas individu
Muhammad Iqbal menolak kausalitas tertutup, yang menyebabkan seolah-olah
tidak ada satupun yang baru yang dapat ataupun mungkin terjadi lagi.
Sesungguhnya manusia memiliki kreativitas yang perlu dikembangkan secara
evolutif.
- Pesan intelek dan intuisi
Ada dua cara untuk dapat menangkap realitas. Masing-masing cara mempunyai
cara khusus dalam mengarahkan dan memperkaya kreatifitas manusia.
- Pendidikan watak
Apabila manusia melengkapi diri dengan sifat individualitas yang dapat berkembang
secara optimal, yang kemudian dilandasi dengan keimanan yang tangguh, maka ia
dapat menjelma menjadi kekuatan yang tak terkalahkan.
- Pendidikan sosial
Muhammad Iqbal menandaskan bahwa kehidupan sosial selayaknya diatas dasar
dan prisip tauhid. Tauhid seyogyanya dapat hidup dalam kehidupan
intelektual dan emosional manusia.
BAB II
Analisis
Pembahasan Pendidikan Islam Menurut Muhammad Iqbal
Pendidikan menurut Muhammad Iqbal
terdiri dari beberapa komponen yaitu:
- Kurikulum
Secara garis besar kurikulum dapat
diartikan dengan seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan
kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
Isi
kurikulum menurut Muhammad Iqbal harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan
dan teknologi. Agama adalah satu kekuatan dari kepentingan besar dalam kehidupan
individu juga masyarakat. Apabila pengetahuan dalam arti ini tidak ditempatkan di bawah agama ia akan menjelma
menjadi kekuatan setan. Jadi menurut Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu
pengetahuan harus berjalan secara selaras, karena agama mampu menyiapkan
manusia modren untuk memikul tanggung jawab yang besar dimana ilmu pengetahuan
pasti juga terlibat. Sejarah menurut Iqbal juga penting agar pendidikan islam
tidak melenceng dari ajaran sebenarnya yang telah diajarkan oleh Rasulullah
begitu juga ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat penting bagi manusia
agar manusia mampu mengetahui perkembangan peradaban kehidupan.
Isi kurikulum pendidikan juga harus
mencakup pembentukan kepribadian atau watak. Pendidikan watak menurut Muhammad
Iqbal merupakan faktor yang penting
dalam pendidikan, untuk mengembangkan watak, menurut Muhammad Iqbal hendaknya
memupuk tiga sifat yang merupakan unsur-unsur utama dari pendidikan yaitu:
- Kebenaran
- Toleransi
- Fakir
Sementara konsep kurikulum yang dikemukakan oleh Imam
Al-Ghazali dalam Nata. (1998:88-89) terkait dengan ilmu pengetahuan, dimana
ilmu pengetahuan dibagi-bagi yaitu:
- Ilmu-ilmu yang terkutuk baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu-ilmu yang tidak ada manfaatnya baik di dunia maupun diakhirat, seperti ilmu sihir, ilmu nujum dan ilmu ramalan.
- Ilmu-ilmu yang terpuji baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitanya dengan peribadatan dan macam-macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan kebersihan diri dari cacat dan dosa serta ilmu yang dapat menjadi bekal bagi seseorang untuk mengetahui yang baik dan melaksanakanya, ilmu-ilmu yang mengajarkan manusia tentang cara-cara mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan sesuatu yang diridhai-Nya, serta dapat membekalinya di akhirat.
Sedangkan menurut Muhammad Abduh Sistem
pendidikan yang di perjuangkan oleh Muhamad Abduh adalah sistem pendidikan
fungsional yang bukan impor yang mencakup pendidikan universal bagi semua anak,
laki-laki maupun perempuan. Semua harus memiliki kemampuan dasar seperti
membaca, manulis, dan menghitung. disamping itu, semua harus mendapatkan
pendidikan agama.
- Bagi sekolah menengah, diberikan mata pelajaran syari’at, kemiliteran, kedokteran, serta pelajaran tentang ilmu pemerintah bagi siswa yang berminat terjun dan bekerja di pemerintahan. Kurikulum harus meliputi antara lain, buku pengantar pengetahuan, seni logika, prinsip penalaran dan tata cara berdebat.
- Untuk pendidikan yang lebih tinggi yaitu untuk orientasi guru dan kepala sekolah, maka ia mengggunakan kurikulum yang lebih lengkap yang mencakup antara lain tafsir al-quran, ilmu bahasa, ilmu hadis, studi moralitas, prinsif-prinsif fiqh, histogarfi, seni berbicara.
Kurikulum tersebut di atas merupakan
gambaran umum dari kurikulum yang di berikan pada setiap jenjang pendidikan.
Dari beberapa kurikulum yang dicetuskan Muhamad Abduh, ia menghendaki bahwa
dengan kurikulum tersebut diharapkan akan melahirkan beberapa kelompok
masyarakat seperti kelompok awam dan kelompok masyarakat golongan pejabat
pemerintah dan militer serta kelompok masyarakat golongan pendidik. Dengan
kurikulum yang demikian Muhamad Abduh mencoba menghilangkan jarak dualisme
dalam pendidikan.
- Tujuan Pendidikan
Sebagaimana sesuai dengan apa yang dikatakan
oleh Ibn Miskawaih dalam Abuddin (2001), tujuan pendidikan adalah terwujudnya
sikap batin yang mampu mendorong secara sepontan untuk melahirkan semua
perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh
kebahagiaan sejati dan sempurna/insan kamil. Tujuan pendidikan menurut Ibn Sina
dalam Abuddin (2001) harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang
dimiliki oleh seseorang kearah perkembangan yang sempurna yaitu perkembangan
fisik, intelektual dan budi pekerti, serta harus diarahkan pada upaya
mempersiapkan seseorang agar dapat hidup dalam masyarakat secara bersama-sama
dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat,
kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya. Sedangkan menurut Arifin
(1989:59) tujuan pendidikan berdasarkan klarifikasi yang bersifat edukatif
memiliki taksonomi yaitu: tujuan yang menitikberatkan kekuatan jasmaniah
(al-ahdaful jasmaniah), tujuan pendidikan juga dikaitan dengan tujuan
pendidikan yang menitikberatkan pada kekuatan rohani (al-ahdaful rohaniah).
Dari uraian pemikiran Muhammad Iqbal
dan beberapa para ahli yang lain maka dapat disimpulkan bahwa dalam filsafat
ada beberapa tujuan pendidikan diantaranya:
- Tujuan umum yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan , baik dengan pengajaran atau dengan cara lain tujuan itu meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan situasi dan kondisi dengan kerangka yang sama ( Daradjat 2006:30). Di samping itu Muhammad Iqbal juga mengemukakan mengenai tujuan diselenggarakanya pendidikan islam. Sebenarnya menurut Muhammad Iqbal pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat dalam pengenalan jiwa dan akhirat.
- Tujuan akhir dari pendidikan yaitu dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka. Sedangkan menurut Daradjat (2006:31) tujuan akhir pendidikan islam itu berlangsung selama hidup. maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia telah berakhir. Al-Attas (1991: 23-24) beranggapan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan kebajikan dalam “diri manusia” sebagai manusia dan sebagai diri individu. Tujuan akhir pendidikan Islam adalah menghasilkan manusia yang baik, yakni kehidupan materiil dan spirituilnya.
- Tujuan pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang mencangkup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju. Sementara itu rumusan pendidikan dikatakan baik jika tujuan yang dirumuskan itu, sebagaimana dikatakan oleh john Dewey dalam Prasetya (2002:180-181) yang di kutip oleh Hidayat 2012:71, pertama memberi peluang bagi terciptanya perkembangan lebih baik dari kondisi sebelumnya, kedua, dapat menyesuaikan dengan keadaan (fleksibel), dan ketiga, harus mewakili kebebasan aktivitas, yitu menempatkan sasaran-sasaran tujuan di atas mana aktivitas pendidikan akan berakhir.
Untuk memberdayakan sistem pendidkan
Islam, Muhamad Abduh menetapkan tujuan, pendididkan islam yang di rumuskan
sendiri yakni: Mendidik jiwa dan akal serta menyampaikannya kepada batas-batas
kemungkinan seseorang dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Imam
Al-Ghazali dalam Nata (1998:86) sependapat dengan Muhammad Abduh yang
menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan islam pada hakikatnya merupakan
rumusan fisafat atau pemikiran yang mendalam tentang pendidikan. Tujuan akhir
yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan ada dua, pertama tercapainya
kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, dan kedua,
kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Fungsi Pendidikan Islam
Melahirkan interaksi yang dinamis
dan progresif agar saling bertautan secara serasi. Menurut John S. Brubacher
dan Fuad Ihsan dalam Hidayat (2012:70) fungsi yang bersifat normatif, yaitu
memberi arah pada proses yang bersifat edukatif, mendorong dan memberi motivasi
yang baik, dan memberi pedoman atau kriteria-kriteria tertentu sebagai ukuran
untuk mengevaluasi proses pendidikan
- Metode pembelajaran
Dalam pengertian leterlijk, kata
‘metode’ berasal dari bahasa Greek yang terdidri dari ‘meta’ yang berarti
melalui dan ‘hodod’ berarti jalan yang dilalui. Metodelogi pendidikan islam
memiliki tugas dan fungsi memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi
pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan islam. Sebagai komponen ilmu yang
menunjang keberhasilan ilmu pengetahuan metodelogi tidak bisa berbeda tapi
harus sejalan dengan substansi dan
tujuan ilmu pendidikan islam. Metodelogi islam dalam penerapanya banyak
menyangkut wawasan keilmuan pendidikan bersumber pada Al-Quran dan Al-hadist.
Menurut Ibn Miskawaih dalam Nata
(1996) metodelogi pendidikan dapat diartikan sebagai cara-cara yang dapat
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan yaitu
perubahan-perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian
metode ini terkait dengan perubahan atau perbaikn. Sedangkan menurut Ibn Sina
dalam Nata (1996) konsep metode pengajaran yang dinyatakanya terlihat pada
setiap materi pembelajaran. Ibn Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran
tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada beragam peserta didik hanya dengan
satu metode saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan
perkembangan psikologinya. Adapun metode pendidikan yang sesuai menurut Muhammad
Iqbal adalah:
a. Self
activity
Metode ini di gunakan untuk mencari potensi diri atau mengembangkan potensi
diri peserta didik dengan kebebasan mengembangkan kreativitas sesuai dengan
yang di kehendaki.
b. Learning
by doing.
Jenis pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan siswa pada
situasi baru yang mengundang mereka untuk bekerja dengan penuh kesadaran akan
tujuan yang digalinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka. Kemudian
dengan menjadikan semua pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya.
c. Tanya
jawab
Pendidikan harus mampu untuk mencetak pribadi yang kritis, yaitu terus
bertanya dan tidak begitu saja menerima pandangan atas dasar kepercayaan
belaka.
d. Metode
proyek atau unit
Adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari sesuatu masalah,
kemudian di bahas dari segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara
keseluruhan dan bermakna.
e. Metode
pemecahan masalah atau problem solving
Bukan hanya sekedar metode berfikir sebab dalam problem solving dapat
menggunakan metode-metode lainya yang di mulai dengan mencari data sampai
kepada menarik kesimpulan.
- Peranan peserta didik
Pemikiran Muhammad Iqbal tentang
pendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah berpangkal pada
kebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki kebebasan untuk
menentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya. Muhammad Iqbal
sepenuhnya meyakini besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat terhadap
pendidikan serta terhadap hak pengembangan idividu.
Arti kebebasan mengandung arti yang
besar. Kebebasan terkadang mengandung arti selain memilih sesuatu yang baik
juga bebas untuk nenentukan pilihan yang jahat. Namun yang dimaksud kebebasan
disini adalah tugas manusia untuk melaksanakan dan mewujudkan kepercayaan-Nya
itu dengan jalan memanfaatkan karunia berupa kebebasan tersebut secara
bijaksana dan konstruktif. Sementara itu menurut Syamsu Nizar dalam bukunya filsafat pendidikan islam ; pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis
(2002:48) yang dikutip oleh Hidayat (2012:80) mendeskripsikan bahwa, pertama,peserta didik bukanlah miniatur
orang dewasa. kedua, peserta didik adalah
manusia yang memiliki diferensiasi atau berbeda dari individu yang satu denga
indivdu yang lain, Ketiga,peserta
didik adalah manusia yang mempunyai kebutuhan jasmani dan rohani. keempat, peserta didik adalah makhluk
Allah yang memiliki perbedaan individual baik faktor bawaan maupun lingkungan. kelima,peserta didik merupakan resultan
dari dua unsur utama yaitu jasmani dan ruhani dan keenam,peserta didik
adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan berkembang
secara dinamis. Sedangkan menurut KH. Hasyim Asy’ari Bagi seorang peserta didik
hendaknya ia memiliki niat yang suci untuk menuntut ilmu, jangan sekali-kali
berniat untuk hal-hal yang bersifat duniawi dan jangan melecehkan atau
menyepelekannya.
- Peranan pendidik
Pendidik dalam islam ialah siapa
saja yang bertanggung jawap terhadap anak didik. Dalam islam orang yang sangat
bertanggung jawab dalam pendidikan seorang anak didik atau peserta didik adalah kedua orang tuanya. Tanggung jawab itu
disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal yaitu: pertama, karena kodrat, orang tua ditakdirkan menjadi orang tua
dari anak-anaknya, oleh sebab itu orang tua bertanggung jawab mendidik
anak-anaknya; kedua, karena
kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan
perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.
Pendidik dalam menggali dan mengembangkan
konsep pendidikannya harus mengkaji dan meneliti hakikat individualitas dan
lingkungan. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitas
tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan
dinamis. Sedangkan konsep guru menurut Ibn Sina dalam Nata (1996) berkisar
tentang guru yang baik, guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas,
beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam memdidik anak,
berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main di hadapan muridnya,
tidak bermuka masam, sopan santun, bersih dan murni.
Sedangkan sikap pendidik yang baik
menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh
pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan
dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif.
Muhammad Iqbal kurang menyetujui pendidikan sistem kelas, maksudnya guru yang
mengurung siswanya diantara keempat dinding kelasnya. Karena anak perlu
berhubungan dengan alam dalam setiap proses belajarnya, untuk menumbuhkan sikap
keingintahuan serta untuk menumbuhkan kreativitasnya.
Al-Abrasyi dalam Ahmad (200:82-83)
menyatakan bahwa guru atau pendidik dalam islam sebaiknya memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
Zuhud, Bersih tubuhnya, Bersih jiwanya, Tidak ria, Tidak
memendam, Ikhlas, Tidak munafik, Tidak malu mengakui ketidak tahuan, Bijaksana,
Tegas, Rendah hati, Pemaaf, Sabar, Berakhlak mulia, Tidak merasa rendah diri
dan Bersifat kebapakan. Sejalan dengan Al-Abrasyi, KH. Hasyim Asy’ari berpendapat Bagi guru dalam mengajarkan ilmu
hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu tidak semata-mata hanya
mengharapkan materi, disamping itu hendaknya apa yangdiajarkan sesuai dengan
apa yang diperbuat.
BAB III
Kesimpulan
1.
Pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan
pada islam, dimana dasar-dasar pendidikan islam berpedoman pada Al-Quran dan
Al-Hadist. Jadi pendidikan islam adalah pendidikan yang berisi ajaran yang
sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadist.
2.
Menurut Iqbal kurikulum adalah seperangkat rancangan
atau aturan dalam proses pelaksanaan pendidikan, dalam pendidikan islam
kurikulum harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sedangkan pendapat Imam Al-Ghazali adalah, kurikulum harus merancang pendidikan
untuk memenuhi atau tercapainya ilmu-ilmu yang bermanfaat dan mejelaskan tidak
pentingnya ilmu yang tidak bermanfaat agar pendidikan dapat mencapai tujuan
yang di tetapkan.
3.
Tujuan pendidikan menurut Muhammad Iqbal yaitu
membentuk manusia menjadi insan kamil dan Ibn Al-ghazali, Ibn Khaldun dalam
Alavi (2003:72) menyatakan bahwa, tujuan pendidikan islam adalah membuat kaum
muslimin percaya dan meyakini Tuhan
melalui mempelajari Al-quran dan ilmu pengetahuan keagamaan. Dengan
demikian ilmu pengetahuan islam dan tujuan hidupnya akan sejalan dengan arah
ajaran islam dan akan menolongnya menjadi muslim yang baik dan anggota
masyarakat yang baik pula. Sedangkan
menurut Darajat (2006:30) bentuk insan kamil dengan pola takwa harus tergambar
pada pribadi seseorang yang sudah dididik walau pun dalam ukuran kecil dan mutu
yang rendah, sesuai dengan tingkatan-tingkatanya.
4.
Fungsi Pendidikan Islam menurut Muhammad Iqbal yaitu melahirkan
interaksi yang dinamis dan progresif agar saling bertautan secara serasi.
Menurut John S. Brubacher dan Fuad Ihsan dalam Hidayat (2012:70) fungsi ada
yang bersifat normatif, yaitu memberi arah pada proses yang bersifat edukatif,
mendorong dan memberi motivasi yang baik, dan memberi pedoman atau
kriteria-kriteria tertentu sebagai ukuran untuk mengevaluasi proses pendidikan
5.
Menurut Ibn Miskawaih metodelogi pendidikan dapat diartikan sebagai cara-cara
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan yaitu
perubahan-perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian
metodelogi pendidikan terkait dengan perubahan atau perbaikn.
Ibn Sina
dalam Nata (1996) konsep metode pengajaran yang dinyatakanya terlihat pada
setiap materi pembelajaran. Ibn Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran
tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada beragam peserta didik hanya dengan
satu metode saja. Sedangkan pendapat Iqbal tentang metode yaitu mengemukakan
beberapa metode seperti: Self activity, Learning by
doing, Tanya jawab, Metode proyek atau unit dan metode pemecahan masalah atau
problem solving. Kesimpulanya adalah Ibn Miskawaih lebih menyatakan metode sebagai cara yang
digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan menurut Ibn Sina metode untuk mencapai tujuan
pendidikan akan ditemukan pada setiap materi pendidikan dan untuk mencapai
tujuan itu tidak bisa hanya dengan satu metode dan Iqbal sependapat dengan Ibn
Sina.
6.
Peserta didik adalah mahluk yang sedang berada dalam
proses perkembangan menurut fitrahnya masing-masing, memerlukan bimbingan dan
pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya.
Muhammad Iqbal memperlakukan peserta didik berpangkal pada kebebasan yang
sejalan dengan Syamsu Nizar yang dikutip oleh Hidayat yang menyatakan bahwa
dalam memperlakukan peserta didik ada aturan-aturan karena peserta didik
memiliki kebebasan dalam peranya sebagai aktor dalam pendidikan.
7.
Ibn Sina dalam Nata (1996) berkisar tentang guru yang
baik, guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara
mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari
berolok-olok dan main-main di hadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan
santun, bersih dan murni.
Sedangkan
sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan
membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka
ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang
pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif. Dalam hal ini Ibn Sina lebih
memandang kearah sikap seorang guru yang baik dari segi karakteristik atau
kriteria yang menjadi pedoman pendidik sedangkan Iqbal lebih kepada kepribadian
pendidik dan kompetensinya sebagai pendidik.
BAB IV
Resensi
Darajat, Zakaria. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi
Aksara.
Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arifin, M. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.
Iqbal, Muhammad.2002. Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Yogyakarta:Lazuardi.
Syah, Hidayat.2012. FilsafatPendidikan Islam. Pekanbaru. LP2 Indra Sakti.