BAB
I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang Masalah
Puisi
merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai medianya, Situmorang
(1998:9) dalam Ensesn (2001) menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang
konkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahaa
emosional dan berirama. Puisi merupakan
ragam sastra yang bahasanya terikat oleh
irama dan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, kata, pengimajinasian dan lain
sebagainya. Dalam penulisan puisi agar menghasilkan puisi yang baik penulisanya
harus menggunakan beberapa pedoman pedoman itu dapat disebut sebagai teori.
Banyak
teori yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam penulisan puisi seperti teori
formalisme, teori strukturalisme, teori interteks kualitas dan sebagainya. pada
kesempatan kali ini kita akan membahas penerapan teori strukturalisme yang
mengkaji tentang unsur-unsur pembentuk puisi karena hal yang sangat utama dalam
penulisan puisi kita harus memahami unsur-unsur pembentuk puisi, dimana teori
yang membahas tentang unsur-unsur pembentukan puisi adalah teori strukturalisme,
jadi dalam makalah ini hanya akan membahas penerapan teori strukturalisme
sebagai landasan berpikir dalam penulisan puisi.
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apakah Puisi itu?
2. Apakah Teori Strukturalisme Itu?
3. Bagaimanakah Teori Strukturalisme
Sebagai Landasan Daalam Penulisan Puisi?
1.3.
Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Puisi.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Teori
Strukturalisme.
3. Untuk Mengetahui Tori Strukturalisme
Sebagai Landasan Dalam Penulisan Puisi.
BAB
2 PEMBAHASAN
2.1.
Pengertian Puisi
Puisi dalam kamus istilah sastra
merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima serta penyusunan
larik dan bait. Dalam KBBI (2008:1112) puisi adalah bahasa yang bentuknya
dipilih dan ditata secara cermat
sehingga mempertajam kesadaran seseorang akan pengalaman hidup dan
membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus.
2.2.
Pengertian Teori Strukturalisme
Strukturalisme berasal dari linguistik
Ferdinan yang merupakan suatau cara berfikir tentang dunia yang secara khusus
memperhatikan presepsi dan deskripsi tentang struktur, untuk melihat tanda (
Napiah, 2008:14). Yang menjadi objek kajian teori strukturalisme adalah sastra,
yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur berbagai
hubungan unsur dalam teks sastra sehingga unsur- unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan
yang utuh. Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial
dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu. Analisis yang seksama dan
menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra
dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.
2.3.
Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi
Pendekatan
struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya
sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan
antara satu dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai
kesatuan yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami
bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara
bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan teori
strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, karena kajian teori
strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya satra, dan pada kesempatan
ini karya sastra yang di kaji adalah puisi.
Penulisan
puisi dengan berlandasan teori strukturalisme berarti dalam penulisan puisi
memperhatikan unsur-unsur pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur
ekstrinsik puisi. Unsur instrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan
suasana, serta amanat, sedangkan unsur ekstrinsik puisi yaitu diksi, kata
konkret, bahasa figuratif, rima/ritme, dan tata wajah atau tipografi ( Kosasih,
2008:32-39). Cara menuliskan puisi dengan berlandasan teori struktural yang
pertama yaitu memahami unsur ekstrinsik puisi sebagai berikut:
1. Diksi (pemilihan kata)
Teori
strukturalisme menganalisis diksi sebaga unsur ekstrinsik puisi, diksi adalah
pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil
pemilihan yang cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan
bunyinya maupun hubungan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya
seperti pemilihan kata yang meyatakan diri pengarang, pengarang mengumpulkan
kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri diantaranya kata aku (bahasa
Indonesia), beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang), gue (bagasa anak betawi),
aana (bahasa Arab), I (bahasa Inggris), kulo (bahasa Jawa), dan sebagainya.
pemilihan kata aku untuk menyebut diri pengarang sendiri merupakan proses
pemilihan kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk menyebut dirinya sendiri karena kata aku adalah
menggunakan bahasa indonesia dan pasti maknanya telah diketahui oleh rakyat
indonesia, karena bahasa indonesia adalah bahasa kesatuan.
2.
Pengimajinasian
Pengimajinasian dapat didefinisikan
sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi.
Dengan daya imajinasi tersebut pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau
melihat sesuatu yang diungkapkan pengarang. Perhatikan contoh puisi berikut
Kehilangan
Mestiku
Sepoi berhembus angin menyejuk diri
Kelana
termenung
Merenung
air
Lincah
bermain ditimpa sinar
Hanya
sebuah bintang
Kelap
kemilau
Tercampak
dari langit
Tidak
berteman
Hatiku,
hatiku
Belum
jua sejuk dibuai bayu
Girang
beriak mencontoh air
Atau
laksana bintang biarpun sunyi
Tetap
bersinar berbinar-binar
Petunjuk
nelayan di samudra lauta
Karya :
Aoh Kartahadimadja dalam Kosasih 2008:33
Untuk
mengetahui ungkapan imajinasi pengarang perhatikan kata-kata berikut
a. Kata-kata lincah bermain, ditimpa
sinar, kelap kemilau, girang bintang, bersinar berbinar-binar membangkitkan imajinasi
melalui indra pengelihatan.
b. Kata berhembus membangkitkan
imajinasi melalui indra pendengaran.
c. Kata sejuk dan dibuai membangkitkan
imajinai melalui indra peraba.
Secara
keseluruhan, pengarang dalam puisi itu menggambarkan gerak alam, seperti
hembusan angin, permainan air, dan bintang bersinar. Dengan penggambaran yang
cukup jelas itu, pembaca seakan-akan ikut menyaksikan girang dan kemilaunya
suasana alam itu dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih.
3.
Kata
konkret
Kata konkret digunakan untuk
membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus di konkretkan atau
diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata, pembaca seolah-olah
melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang. Perhatikan
penggalan puisi di bawah dalam Kosasih, 2008:34
Setiap kita bertemu, gadis kecil
berkaleng kecil
Senyumu terlalu kekal untuk kenal
duka
Tengadah padaku, pada bulan merah
jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
Dalam
puisi tersebut pengarang benar-benar ingin melukiskan bahwa gadis yang terdapat
dalam puisinya adalah benar-benar seorang pengemis gembel, pengarang
menggunakan farasa gadis kecil berkaleng
kecil.
4.
Bahasa
figuratif
Bahasa figuratif disebut juga majas, majas
adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan
cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Majas mngiaskan atau
menyamakan sesuatu dengan hal lain. Perhatikan penggalan puisi berikut dalam
Kosasih 2008:35
Risik risau ombak memecah
Di pantai landai
Buih berderai
Dalam
penggalan puisi tersebut. Pengarang menggambarkan bahwa ombak digambarkan
seolah-olah manusia yang bisa berisik dan memiliki rasa risau, atau lebih
jelasnya dalam puisi tersebut pengarang menggunakan majas personifikasi.
5. Rima/ritme
Rima adalah pengulangan bunyi dalam
puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkanya
pun lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan angin mendesah/ mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma
diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait puisi.
6. Tata wajah (tipografi)
Teori
struktural menganalisis tipografi sebagai unsur ekstrinsik puisi. tipografi
merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik
puisi tidak berbentuk paragraf melainkan bait.
Cara menulis puisi dengan
berlandasan teori strukturalisme yang kedua yaitu memahami unsur
instrinsik/batin puisi, unsur instrinsik puisi adalah sebagai berikut:
1. Tema
Tema puisi merupakan gagasan utama
pengarang dalam puisinya. Gagasan pengarang cenderung tidak selalu sama dan
besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh sebab itu, tema puisi yang
digunakanya pun berlainan, Waluyo (1987) dalam Kosasih, 2008:37 menyatakan
bahwa ”tema puisi diklasifikasikan menjadi lima kelompok mengikuti isi
pancasila, yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan,
kedaulatan rakyat dan keadilan sosial”.
a. Tema ketuhanan,tema ketuhanan adalah
menggambarkan pengalaman batin, keyakinan, sikap pengarang terhadap tuhan.
b. Tema kemanusiaan, puisi dengan tema
kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan
pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.
c. Tema patriotisme, puisi dengan tema
patriotisme/kebangsaan adalah melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan atau
mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah.
d. Tema kedaulatan rakyat, puisi dengan
tema kedaulatan rakyat biasanya mengungkapkan penindasan dan kesewenag-wenangan
terhadap rakyat.
e. Tema keadilan sosial, puisi bertema
keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau kesenjangan sosial.
2. Perasaan
Perasaan merupakan unsur batin puisi
yang paling mewakili perassan pengarang, ekspresi dapat berupa kerinduan,
kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau sang Khalik. Contoh dua bait
puisi berikut
Hanyut aku Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
Tuhan,
bawalah aku
Meninggi
kelangit ruhani
Larik-larik
puisi diatas diambil dari puisi yang berjudul “Tuhan“ karya Bahrum Rangkuti
dalam Kosasih, 2008:39. Puisi tersebut merupakan pengungkapan rasa kerinduan
dan kegelisahan pengarang untuk bertemu dengan sang Khalik. Kerinduan dan
kegelisahanya diungkapkan melalui kata hanyut,
kasih, meninggi, dan langit ruhani.
3.
Nada
dan suasana
Dalam menulis puisi, pengarang
mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasehati,
mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada
pembaca. Sikap pengarang terhadap pembaca di sebut nada puisi sedangkan suasana
adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.
4. Amanat
Amanat adalah pesan yang disampaikan
pengarang melalui penulisan puisi. amanat yang hendak disampaikan oleh
pengarang dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi.
tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong pengarang untuk menciptakan puisi.
Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan tema yang diungkapkan.
BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Teori
strukturalisme adalah teori yang menganalisis unsur-unsur sebuah karya sastra,
jika teori strukturalisme digunakan sebagai landasan dalam menulis sebuah puisi
maka hal yang harus di pahami oleh penulis puisi yang sangat utama
adalahmemahami unsur-unsur pembentuk puisi, baik unsur ekstrinsik/fisik maupun
unsur instrinsik/batin puisi. unsur ekstrinsik puisi dibedakan menjadi enam
bagian yaitu diksi/pemilihan kata, pengimajinasian, kata konkret, bahasa
figuratif,rima/ritma dan tata wajah atau tipografi. Sedangkan unsur
instrinsik/batin puisi adalah tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat.
3.2. Saran
Kami
selaku penyusun makalah ini menyarankan kepada pembaca agar memahami apa itu
teori strukturalisme, karena teori strukturalisme merupakan teori pertama yang
harus dipahami atau teori yang utama untuk dijadikan landasan dalam membuat
sebuah karya. Kami jiga menyarankan agar pembaca membaca buku teori
strukturalisme dari pengarang yang berbeda karena kami hanya sanggup menyajikan
materi makalah ini dari buku yang dikarang oleh Kosasih.
Daftar Pustaka
Kosasih. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Nobel Edumedia.
Napiah, Abdul Rahman. 2005. Teori Sastra Kontemporari.
Selangor:Pustaka Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar