Bagian 3 Pemuda Kebanggaan
Pada
akhir bagian 2 kemarin, Rasus datang kerumah Raisa dengan tujuan belajar
bersama karena Rasus tertinggal mengikuti pelajaran selama dua minggu.
Sesampainya Rasus di halaman Rumah Raisa, ia hendak mengurungkan niatnya
belajar bersama dengan Raisa karena melihat seperti ada acara keluarga di Rumah Raisa.
1****
Rasus tetap merasa tidak enak pada keluarga Raisa walau pun ibu Raisa telah
menyuruhnya masuk dan menemui tamu keluarga Raisa sekaligus menemui Raisa,
“Mmm, saya pamit pulang saja Bu’, rasanya tidak sopan sekali kalau terus
melanjutkan belajar bersama Risa sedangkan Raisa harus menemani keluarga teman
ayah Raisa, titip salam saja ya Bu’ buat Raisa,” Rasus memberanikan diri
menolak ajakan ibu Raisa. Ibu raisa hanya tersenyum melihat tingkah Rasus yang
terlihat gugup di hadapanya,“Oh gitu, iya deh nanti Ibu sampaikan pada Raisa,”
jawab ibu Raisa. Rasus pamit pulang pada ibu Raisa dan bersalaman serta mencium
punggung tangan ibu Raisa yang seraya menitip salam buat Ayah dan Ibu Rasus.
Setelah
pamit pulang pada ibu Raisa, Rasus menggerutu dalam hati di sepanjang jalan
menuju rumahnya, ia menyalahkan dirinya sendiri karena tidak memberi tahu Raisa
akan datang ke rumahnya malam ini. Rasus merasa sangat bodoh malam itu, sampai
tidak bisa tidur nyenyak memikirkan keinginanya belajar bersama Raisa. Rasus
merasa ada perubahan dari cara dirinya memperhatikan Raisa setelah sembuh dari
sakit, ia merasa ada sesuatu yang ia rasakan namun ia belum tahu apa nama rasa
yang melanda hatinya itu.
Hari
Ahad yang di nanti Rasus akhirnya datang juga, Rasus sengaja bangun pagi dan
bersiap-siap pergi menuju lapangan desa, lapangan itu tidak jauh dari rumahnya,
hanya membutuhkan waktu sepuluh menit untuk mencapainya dengan berjalan kaki.
Rasus tiba di lapangan berbarengan dengan Bawon yang mengendarai sepeda
berwarna kuning tentu saja milik Bawon sendiri. Bawon memperhatikan Rasus
dengan amat sangat teliti, dari ubun-ubun kepala sampai ke ujung kaki dengan
mata yang melotot, hal itu membuat Rasus bingung dan ikut serta memperhatikan
dirinya sendiri. “Won, kenapa si Lu, mau pergi merantau lagi apa?, segitunya
melihat aku, biar gak kangen sama aku ya?” tanya Rasus sangat penasaran melihat
tingkah Bawon yang sok memperhatikan dirinya, “Sus, lu kok aneh banget si Sus,
egak kaya biasanya,” timpal Bawon, “Aneh apaan si Won?, biasa aja ah, lu aja yang
lebay liatin aku,” jawab Rasus. Bawon bertambah serius memperhatikan Rasus,
bahkan ia turun dari sepeda yang ditungganginya dan memegang dagu Rasus lalu
menggeleng-gelengkan kepala Rasus, “Lu tuh, setres mikirin mau UN apa mikirin
Raisa Sus?, aku denger akhir-akhir ini lu sering banget jalan ama Raisa, trus
kalo Lu mikirin Raisa yang mikirin aku siapa Sus,” Bawon mencoba mengajak Rasus
untuk jujur pada perasaanya sendiri, “Ah lu Won, mau tau aja, kalo setres mau
UN kenapa?, kalo setres mikirin Raisa kenapa?, Lu gak cemburu kan kalo aku
deket ama Raisa mantan Lu waktu Lu SMP dulu?” husssstthhh Bawon mendengus
dengan keras sambil menarik tanganya dari dagu Rasus, “Ya egak lah Sus, dulu
itu aku yang minta putus dari dia, jadi gak mungkin banget kalo aku cemburu ma
Lu,” Rasus nyengir tanda senang.
Rasus
dan Bawon sekarang tidak hanya berdua di lapangan, mereka sudah berkumpul
dengan pemuda desa yang lain, jika di lihat dari segi usia maka Rasuslah yang
paling muda di antara pemuda yang lain. Maksud mereka berkumpul di lapangan
adalah untuk membicarakan masalah organisasi pemuda desa atau yang disebut
karang taruna. Saat itu dibicarakan pula kapan akan dilakukan pemilihan ketua
pemuda karang taruna dan staf-stafnya. Musyawarah itu berlangsung sangat cepat
dan singkat di tengah lapangan yang panas matahari mulai menyumbul
kepertengahan langit dari timur menuju ke barat. tepat pukul 11.00 WIB. ,
musyawarah selesai dan bubarlah mereka, untuk pulang dan akan pergi
gotongroyong membersihkan gedung Pemuda Karang Taruna yang terletak pas di
samping kantor kepala desa.
Tepat
usai salat Duhur, seluruh pemuda desa Sumber Jaya bergotong royong membersihkan
gedung Pemuda Karang Taruna yang sudah hampir dua tahun tidak digunakan lagi
karena dulu trjadi perselisijan antar pemuda satu desa yang beda dusun. Gotong
royong juga berlanjut setelah salat Asar, gotong Royong saat itu dipimpin oleh
Dery, ketua pemuda dua tahun yang lalu, sebenarnya masih sah menjadi ketua
karena massa jabatanya masih ada tiga tahun lagi. Gotong royong pun selesai
tepat sebelum azan salat Magrib.
Hari-hari
terus dilalui Rasus yang semakin dekat dengan Raisa, tanpa terasa satu bulan
lagi ujian UN akan dilaksanakan Rasus dan Raisa semakin giat belajar, kadang
belajar bersama kadang juga belajar sendiri-sendiri di rumah mereka
masing-masing. Rasus semakin terlena akan kedekatanya dengan Raisa dan pada
rasa yang ia pendam selama ini pada Raisa, ia berencana akan mengungkapkan rasa
Itu pada Raisa nantik saat pengumuman kelulusan. Rasus menyadari kalau ia benar-benar
suka pada Raisa.****
Tidak ada komentar:
Posting Komentar