Tinkerbell INFORMASI DARIKU: 2013
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Senin, 16 Desember 2013

PENGELOLAAN INTERAKSI BELAJAR-MENGAJAR


Pengertian Interaksi Belajar Mengajar
Interaksi adalah hubungan timbal balik antara satu individu dengan individu yang lain. Interaksi akan selalu berkaitan dengan komunikasi atau hubungan, komunikasi merupakan bagian yang penting bagi manusia sebab dengan komunikasi hidup manusia akan terjamin. Dilihat dari istilah, komunikasi yang berpangkal pada perkataan communicare berarti  berpartisipasi, memberitahukan, dan menjadi miliki bersama, dengan demikian secara konseptual arti komunikasi sudah mengandung pengertian-pengertian memberitahukan berita, pengetahuan, pikiran-pikiran, nilai-nilai dengan maksud untuk menggugah partisipasi agar hal-hal yang diberitahukan menjadi milik bersama.
Belajar adalah proses perubahan tingkah laku dengan melakukan berbagai kegiatan, baik berupa aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Belajar tidak hanya berupa mengingat tetapi juga mengalami, sebab sesuatu dikatakan belajar jika dilakukan secara terus-menerus. Sejalan dengan pengertian belajar tersebut, Sardiman dalam bukunya Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (2012:20) meyatakan bahwa belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku, penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya.
Mengajar adalah penyampaian pengetahuan pada peserta didik. Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi atau sistem lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya proses belajar. Pengertian lain tentang mengajar yaitu  diartikan sebagai suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan peserta didik sehingga terjadi proses belajar.
Belajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik sedangkan mengajar adalah kegiatan yang dilakukan oleh pendidik. Jika dikaitkan dengan proses belajar mengajar, maka interaksi adalah suatu hal saling melakukan aksi dalam proses belajar mengajar yang di dalamnya terdapat suatu hubungan antara siswa dan guru untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan tersebut adalah suatu hal yang telah disadari dan disepakati sebagai milik bersama dan berusaha semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan tersebut, dalam arti yang lebih sepesifik pada bidang pengajaran dikenal dengan istilah  interaksi edukatif (Sardiman, 2012:1).

Pengelolaan Interaksi Belajar Mengajar
Kegiatan mengelola interaksi belajar-mengajar guru harus memiliki dua modal dasar, yakni kemampuan mendesain program dan keterampilan mengomunikasikan program tersebut kepada siswa. Di dalam mengelola kegiatan belajar-mengajar, kegiatan interaksi antara guru dan siswa merupakan kegiatan yang cukup dominan. Kemudian di dalam kegiatan interaksi antara guru dan siswa dalam rangka transfer of knowledge dan transfer of values, akan senantiasa menuntut komponen yang serasi antara komponen yang satu dengan komponen yang lain.
Serasi dalam hal interaksi ini yaitu komponen-komponen yang ada pada kegiatan proses belajar-mengajar akan saling menyesuaikan dalam rangka mendukung pencapaian tujuan belajar bagi siswa. Jelasnya, proses interaksi antara guru dan siswa tidak semata-mata hanya tergantung cara atau metode  yang dipakai, tetapi komponen-komponen yang lain juga akan memengaruhi keberhasilan interaksi belajar-mengajar. Ada beberapa komponen dalam interaksi belajar-mengajar, yaitu guru, siswa, metode, alat/teknologi, sarana, tujuan dan lain sebagainya.
Untuk mencapai tujuan intruksional, masing-masing komponen akan saling merespon dan memengaruhi antara yang satu dengan yang lain. sehingga tugas guru dalam mengelola interaksi belajar-mengajar adalah bagaimana guru mendesain dari masing-masing komponen agar menciptakan proses belajar-mengajar yang lebih optimal. Dengan demikian guru dapat mengembangkan interaksi belajar-mengajar yang lebih dinamis untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
Sejalan dengan pembahasan pengelolaan interaksi belajar-mengajar ada beberapa aspek yang menjadi pendukung dalam kegiatan pelaksanaan interaksi belajar-mengajar, yaitu:
  1. Sepuluh kompetensi guru
1)      Menguasai bahan, baik bidang studi dalam kurikulum dan menguasai bahan penunjang bidang studi.
2)      Mengelola program belajar-mengajar
3)      Mengelola kelas
4)      Menggunakan media atau sumber
5)      Menguasai landasan-landasan kependidikan
6)      Mengelola interaksi belajar-mengajar
7)      Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran
8)      Mengenal fungsi dan penyuluhan di sekolah
9)      Mengenal dan menyelenggarakan Administrasi sekolah
10)  Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penenlitian pendidikan guna keperluan pengajaran.
  1. Microteaching sebagai latihan mengelola interaksi belajar-mengajar
1)            Latar Belakang Timbulnya Microteaching
Tugas dan tanggung jawab guru sangat luas, tetapi tugas mengajar di depan kelas merupakan salah satu tugas yang sangat penting. Demikian pentingnya sehingga berhasil atau tidaknya seorang guru sering diukur hanya dari aspek ini. Guru akan dikatakan pandai kalau dapat mengajar di muka kelas dengan baik.
2)         Pengertian Microteaching
Microteaching merupakan salah satu usaha baru yang berorientasi pada upaya pengembangan dan peningkatan profesi guru, khususnya keterampilan mengajar di depan kelas, dalam kegiatan ini mahasiswa atau calon guru selama berlatih praktik mengajar, bentuk penampilan dan keterampilannya selalu dimonitor dan dalam keadaan terkontrol oleh para supervisor. Dengan demikian, proses tersebut dapat diatur menurut kebutuhan serta disesuaikan dengan tujuan yang akn dicapai, microteaching sering diartikan sebagai “mengajar dalam bentuk yang mini”. Microteacing memiliki ciri-ciri pokok yakni : jumlah subjek belajar sedikit, bekisar 5-10 orang, waktu mengajar terbatas sekitar 10 menit, bahan yang dikontakkan terbatas, komponen mengajar yang dikembangkan terbatas.

3)      Maksud dan Tujuan Microteaching
            Konsisten dengan beberapa keterangan tentang microteaching, maka microteaching ini dimaksudkan membekali calon guru sebelum terjun ke sekolah tempat latihan praktik kependidikan untuk praktik mengajar. Dikaitkan dengan kompetesi guru, microteaching sebenarnya merupakan suatu usaha pengembangan di kampus. Dengan model ini, kemudian dikembangkan lebih lanjut di lapangan melalui serangkaian kegiatan praktik kependidikan di sekolah tempat para mahasiswa atau calon guru melakukan praktek mengajar.
  1. Beberapa komponen keterampilan mengajar
1)      Aspek materi
 Pada bagian pertama ini berhubungan erat dengan masalah bahan yang dikontakkan kepada siswa. Tentang bagaimana menarik perhatian siswa pada bahan yang baru, bagaimana perhatian guru terhadap bahan yang akan di bahas, bagaimana urutan penyajian bahan, bagaiman menciptakan hubungan dalam rangka membahas, dan bagaimana mengakhiri pembahasan. Untuk ini akan dibahas satu per satu.
(1)   Interes, dalam hal ini interes adalah usaha guru untuk menarik atau membawa perhatian siswa pada materi pelajaran yang baru.
(2)    Titik Pusat, titik pusat adalah bahwa apa yang diuraikan, dikemukakan dan dijelaskan oleh guru benar-benar terpusat pada hal yang sedang di garap bersama.
(3)    Rantai Kognitif, rantai kognitif adalah urutan-urutan atau sistematika dalam menyampaikan bahan pelajaran.
(4)   Kontak, kontak dalam hal ini menyangkut hubungan batiniah antara guru dan siswa dalam kaitanya dengan bahan yang sedang dibahas.
(5)   Penutup, penutup disini adalah cara guru dalam mengakhiri penjelasan atau pembahasan suatu pokok bahasan
2)      Model Kesiapan
Pada bagian ini akan diuraikan mengenai berbagai sikap yang harus diperhatikan guru selama memimpin belajar siswa. Sikap yang diperhatikan meliputi sikap tubuh saat mengajar, sikap terhadap kondisi ruang atau jumlah siswa, dan lain sebagainya. Berikut  uraiannya:
(1)   Gerak, gerak anggotaa badan dalam memberikan bahan pelajaran.
(2)   Suara, dalam pengertian suara ini ialah kekuatan atau kekerasan, intonasi, tekanan bicara, dan kelancaran bicara.
(3)   Titik perhatian, yang dimaksud dengan titik perhatian ialah pengamatan guru terhadap masing-masing siswa selama interaksi belajar-mengajar berlangsung.
(4)   Variasi menggunakan media, alat-alat pengajaran yang dapat digunakan dalam kegiatan belajar-mengajar.
(5)   Variasi interaksi, yang dimaksud dengan variasi interaksi ialah frekuensi atau banyak-sedikitnya pergantian aksi antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa secara tepat.
(6)   Isyarat verbal, yang dimaksud dengan isyarat verbal ialah ucapan yang singkat tetapi mempunyai pengaruh yang besar.
(7)   Waktu selang, yang dimaksud dengan waktu selang ialah tenggang waktu antara suatu ucapan atau pembicaraan dengan ucapan atau pembicaraanberikutnya.
3)      Keterampilan oprasional
Berbagai keterampilan dalam interaksi belajar-mengajar yang perlu dikembangkan meliputi dalam pembukaan pembelajara, memberikan motivasi dan melibatkan siswa, mengajukan pertanyaan, menggunakan isyarat nonverbal, menanggapi siswa, dan menggunakan waktu.
(1)   Membuka pelajaran, yang dimaksud dengan membuka pelajaran ialah seberapa jauh kemampuan guru dalam memulai interaksi belajar-mengajar untuk suatu jam pelajaran tertentu.
(2)   Mendorong dan melibatkan siswa, maksud dari mendorong dan melibatkan siswa ialah siswa bukan sebagi objek melainkan sebagai subjek dalam proses belajar-mengajar.
(3)   Mengajukan pertanyaan, dalam belajar-mengajar mengajukan pertanyaan bagi guru merupakan perangsang yang mendorong siswa untuk giat berfikir dan belajar.
(4)   Menggunakan isyarat nonverbal, isayarat nonverbal ialah gerakan-gerakan anggota badan untuk memberikan gambaran tentang sesuatu untuk memperjelas maksud atau penjelasan yang diucapkan guru.
(5)   Menanggapi siswa, guru yang cakap  dan bijaksana akan mampu membawa sebagian besar siswanya untuk menerima interaksi dengan senang hati dan penuh perhatian dengan cara menanggapi siswa.
(6)   Menggunakan waktu, yang menggunakan waktu dalam hal ini ialah ketepatan guru dalam mengalokasikan waktu yang tersedia dalam suatu interaksi belajar-mengajar.
(7)   Mengakhiri pelajaran, belajar dapat dikatakan suatu proses yang tidak pernah berakhir karena merupakan proses yang berkelanjutan, berakhirnya pelajaran antara guru dan siswa hanya merupakan suatu terminal untuk beranjak pada pembelajaran selanjutnya.
4)      Pendekatan belajar
Terkait dengan pengelolaan interaksibelajar-mengajar penting juga diperkenalkan tentang pendekatan dan strategi kontekstual dalam pembelajaran. Pendekatan kontekstual dalam pembelajaran lebih dikenal dengan Contextual Teaching and Learning. pendekatan kontekstual merupakan konsep pembelajaran yang membantu guru untuk mengaitkan  antara materi ajar dengan situasi dunia nyata siswa.
Dalam pembelajaran yang kontekstual, siswa didorong untuk mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya dan bagaimana mencapai tujuan belajar. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi.tugas guru adalah mengelola kelas menjadi kondusif untuk belajar siswa, untuk penerapanya ada tujuh aspek dalam pembelajaran kontekstual yang perlu mendapatkan perhatian yaitu:
(1)   Teori kontrukstivisme, teori yang merupakan landasan berfikir bagi pendekatan kontekstual.
(2)   Menemukan, maksudnya adalah belajar adalah proses menemukan atau inkuiri.
(3)   Bertanya, bagi siswa bertanya merupakan salah satu strategi penting dalam pendekatan kontekstual.
(4)   Masyarakat belajar, yang dimaksud masyarakat belajar yaitu semua sumberdaya manusia yang berada di sekolah.
(5)   Pemodelan, model dalam pendekatan kontekstual dapat dirancang dengan melibatkan siswa.
(6)   Refleksi, yaitu bagian penting dalam pembelajaran, karena merupakan cara berfikir atau perenungan tentang apa yang baru dipelajari dan yang telah dipelajari.
(7)   Penilaian yang autentik, yaitu proses pengumpulan data yang memberikan gambaran perkembangan  belajar siswa.

Unsur-Unsur Interaksi Belajar-Mengajar
Dalam setiap interaksi pendidikan akan senantiasa mengandung dua unsur pokok, yakni:
  1. Unsur Normatif
Dalam interaksi normatif, antara guru dan peserta didik harus berpegang pada norma yang diyakini bersama. Pengajaran sebagai bagian dari pendidikan, sedangkan pendidikan itu sifatnya normatif. Maka dalam proses pengajaran harus mencerminkan interaksi yang bersumber pada sumber-sumber norma yakni agama, falsafah hidup dan kesulitan.
  1. Unsur Teknis
Pendidikan dapat dirumuskan secara teknis. Pada hakikatnya pendidikan merupakan suatu peristiwa yang merupakan kegiatan praktis yang berlangsung dalam satu masa, terikat dalam situasi, serta terarah pada satu tujuan.

Faktor-faktor Ineraksi Belajar-Mengajar
Sebagaimana diketahui bahwa proses pengajaran pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan komunikasi antara guru dan siswa.  Menurut Hamalik dalam bukunya  proses Belajar Mengajar (2011:77) proses pengajaran ditandai oleh adanya interaksi antar komponen  pembelajaran. Komunikasi antar dua subjek ini dipengaruhi oleh berbagi faktor yang mendasari terjadinya interaksi belajar mengajar meliputi:
  1. Faktor Tujuan
Terdapat istilah tujuan, baik yang bersifat umum maupun khusus dengan rincian sebagai berikut:
1)      Tujuan umum sebagai suatu statemen umum yang memberikan gambaran dan arah yang akan dituju, menjadi pangkal tolak, ide, inspirasi dan pengarahan . Sifat umum dan luas dari aims mengharuskan untuk dijabarkan atau dijelaskan secara nyata dan terarah. Maka dikenal istilah goals. Goals lebih menyatakan suatu aktivitas. Dari atu rumusan aims dapat dijabarkannya dan dikembangkan beberapa rumusan goals. Goals lebih bersifat operasional, praktis, dan realistik daripada aims.
2)      Tujuan khusus, dalam gambaran khusus tertulis suatu kegiatan peserta didik setelah menjalani interaksi pengajaran. Kegiatn yang tertulis dalam tujuan khusus ini sering dinyatakan dalam bentuk perbuatan yang dalam istilah lain disebut behavior. Dalam memantapkan rumusan tujuan khusus , maka berhubungan dengan dua hal yaitu kesesuaian dan kegunaan. Istilah kesesuian menunjukan bahwa tujuan khusus harus sesuai dengan keadaan dan masalah yang dihadapi, sedangkan istilah kegunaan menunjukan bahwa tujuan khusus mesti berguna serta mencerminkan nilai kegunaan dalam interaksi pengajaran.
Tujuan pendidikan yang bersifat umum maupun khusus, umumnya berkisar pada tiga jenis, yakni:
  1. Tujuan kognitif; tujuan yang berhubungan dengan pengertian dan pengetahuan.
  2. Tujuan afektif; tujuan yang berhubungan dengan usaha merubah minat, setiap nilai dan alasan
  3. Tujuan psikomotorik; tujuan yang berkaitan dengan keterampilan dengan menggunakan alat indera.
  
  1. Faktor Bahan Atau Materi Pengajaran
Penguasaan materi oleh guru seyogyanya mengarah pada spesifik atas kecakapan yang diajarkannya. Mengingat isi, sifat dan luasnya ilmu, maka guru harus mampu menguraikan ilmu atau kecakapan dan apa-apa yang akan diajarkannya kedalam bidang ilmu yang bersangkutan. Penetapan/penentuan materi tersebut harus didasarkan pada upaya pemenuhan tujuan pengajaran dan tidak boleh menyimpang dari tujuan yang telah ada.
  1. Faktor Guru Dan Peserta Didik
Guru dan peserta didik adalah dua subjek dalam interaksi pembelajaran. Guru sebagai pengarah dan pembimbing berdasarkan tujuan yang telah ditentukan, sedangkan peserta didik langsung menuju pada arah tujuan melalui aktivitas dan berinteraksi langsung dengan lingkungan sebagai sumber belajar atas bimbingan guru.
Imam Ghazali dalam http://musliemforever.wordpress.com yang ditulis oleh Uci Hidayatul Khafidoh  mengatakan bahwa tugas seorang pengajar atau guru itu sesuatu yang mulia. Kemuliaan ini mengandung dua kemanfaatan yaitu:
1)      Bagi orang yang mengajar (guru) yang menyampaikan ilmu pengetahuan maka ia akan semakin bertambah pengetahuan dan pengalamannya.
2)      Bagi orang yang diberi ilmu pengetahuan (peserta didik) akan semakin bertambah pula pengetahuan dan pengalamnanya hingga mereka dapat mengambil manfaat dari ilmu tersebut.
  1.  Faktor Metode
Metode adalah suatu cara kerja yang sistematik dan umum. Ia berfungsi sebagai alat untuk mencapai suatu tujuan dan tujuan yang akan dicapai tersebut merupakan faktor utama yang menentukan suatu metode. Metode dalam pembelajaran dapat digunakan secara bergantian sesuai dengan pembahasan materi yang diajarkan.
  1. Faktor situasi
Situasi adalah suasana belajar atau suasana kelas pengajaran. Termasuk dalam pengertian ini adalah suasana yang berkaitan dengan peserta didik, seperti faktor kelelahan dan semangat belajar. Juga keadaan cuaca, keadaan guru, keadaan sarana dan prasarana yang memadai yang mungkin mengganggu atau menghambat dalam proses pembelajaran.
Diantara keadaan tersebut ada yang dapat diperhitungkan dan ada pula yang tidak dapat diperhitungkan sebelumnya. Terhadap situasi yang dapat diperhitungkan, guru dapat menyediakan alternatif metode-metode mengajar dengan mengingat kemungkinan-kemungkian perubahan situasi. Sedangkan terhadap situasi yang tidak dapat diperhitungkan yang disebabkan perubahan secara tiba-tiba atau mendadak diperlukan kecekatan untuk mengambil keputusan dengan segera mengenai cara atau metode yang digunakan.

Pola Interaksi dalam Pembelajaran
Dalam proses interaksi antara guru dan siswa memiliki pola yang meliputi sebagai berikut:
  1. Pola dasar interaksi
Dalam pola dasar interaksi belum terlihat unsur pembelajaran yang meliputi unsur guru, isi pembelajaran dan siswa yang mendominasi proses interaksi dalam pembelajaran. Dijelaskan bahwa adakalanya guru mendominasi  proses interaksi, adakalanya isi yang lebih mendominasi, adakalanya juga siswa yang mendominasi interaksi tersebut atau bahkan adakalanya antara guru dan siswanya secara seimbang saling mendominasi.

  1. Pola interaksi berpusat pada isi
Dalam proses pembelajaran terdapat kegiatan guru mengajarkan isi pembelajaran, di satu sisi siswa mempelajari isi pembelajaran tersebut namun kegiatan tersebut masih berpusat pada isi atau materi pembelajaran.
  1. Pola interaksi berpusat pada guru
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata bepusat pada guru, pada umumnya terjadi proses yang bersifat penyajian atau penyampaian isi atau materi pembelajaran. Dalam praktik pembelajaran semacam ini, kegiatan sepenuhnya ada dipihak guru yang bersangkutan, sedangkan siswa hanya menerima dan diberi pembelajaran yang disebut juga siswa pasif.
  1. Pola interaksi berpusat pada siswa
Pada pembelajaran yang kegiatannya semata-mata berpusat pada siswa, siswa merencanakan sendiri materi pembelajaran apa yang akan dipelajari dan melaksanakan proses belajar dalam mempelajari materi pembelajaran tersebut. Peran guru lebih banyak bersifat permisif, yakni membolehkan setiap kegiatan yang dilakukan para siswa dalam mempelajari apapun yang dikehendakinya. Untuk meningkatkan keaktifan proses pembelajaran ini, guru membuat perencanaan sebaik-baiknya dan pelaksanaannya didasarkan atas rencana yang telah dibuat. Dengan cara semacam ini, diharapkan hasil belajar lebih baik lagi sehingga terjadi keseimbangan keaktifan baik dipihak guru maupun dipihak siswa.





 DAFTAR PUSTAKA
A.M., Sardiman. 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Hamalik, Oemar. 2011. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara.
Khafidoh, Uci Hidayatul. 2013. “Interaksi Belajar Mengajar”. http://musliemforefer.wordpress.com. 20 Maret 2013.