Tinkerbell INFORMASI DARIKU: Mei 2013
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Selasa, 21 Mei 2013

KAJIAN PENDIDIKAN DALAM PRESPEKTIF ISLAM MENURUT MUHAMMAD IQBAL


BAB I
  1. Biografi Muhammad Iqbal
Muhammad Iqbal adalah penyair, lahir pada bulan Dzulhijjah 1289 H atau 22 Februari 1873 M di Saikot. Ayahnya bernama Nur Muhammad  seorang sufi, juga seorang penjahit yang cukup berhasil, serta dikenal sebagai seseorang yang memiliki perasaan dalam rasa keingintahuan ilmiah yang tinggi sehingga rekan-rekanya memanggilnya dengan sebutan Sang Filosof tanpa Guru. Ibunda Muhammad Iqbal bernama Imam Bibi yang dikenal sebagai wanita yang sangat religius, dengan kereligiusan yang dimilikinya itulah Muhammad Iqbal diasuh oleh Ibunda tercintanya.
 Pada tahun 1935, istri beliau meninggal dunia. Kematian istrinya sangat membuat kesedihan yang berlarut larut bagi beliau sehingga beliau terserang berbagai penyakit  yang membuatnya lemah, namun beliau tidak menyerah. Beliau terus menguba sajak-sajak dan menulis pikiran-pikiranya. Pada tahun 1938 sakitnya bertambah parah, beliau merasa ajalnya sudah dekat, namun beliau sempat berpesan kepada sahabat-sahabatnya. Pada tanggal 21, April 1938 beliau meninggal dunia dan di makamkan di Masjid Badsahi Lahore. Ada pun fisafat Muhammad Iqbal yaitu:
  1. Ego atau Khudi
  2. Ketuhanan
  3. Materi dan kausalitas
  1. Riwayat Pendidikan Muhammad Iqbal
  1. Pendidikan Muhammad Iqbal yang pertama kali adalah pendidikan yang diajarkan oleh Ayahnya, kemudian Muhammad Iqbal mengikuti pelajaran Al-Quran dan pendidikan islam lainya secara klasik di sebuah Surau. Di dalam pendidikan Muhammad Iqbal sangat cerdas sehingga Beliau mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan pendidikan yang bagus.
  2. Selanjutnya, Iqbal dimasukan oleh ayahnya ke Scotch mission college di Siakot agar ia mendapatkan bimbingan dari Maulawi mir Hasan–teman ayahnya yang ahli bahasa Persia dan arab. Pada tahun 1895 Muhammad Iqbal menyelesaikan study di Scottish dan pergi ke Lahore. Sambil melanjutkan pendidikan sarjananya di Lahor, beliau mengajar Filsafat di Government Colloege.
  3. Pada tahun 1897, Muhammad Iqbal memperoleh gelar B.A., kemudian mengambil program M.A. dalam bidang filsafat. Pada saat itulah beliau bertemu dengan Sir Thomas Arnold, orientalis Inggris yang terkenal mengajarkan filsafat islam di College. Dengan dorongan dan dukungan dari Arnold, beliau terkenal sebagai pengajar yang berbakat dan penyair di Lahor.
  4. Pada tahun1905, beliau belajar di Cambridge pada R.A. Nicholson, seorang spesialis sufisme, dan seorang Neo-Hegelian yaitu Jhon M.E. Mc Tahggart kemudian belajar di Heidilberg dan Munich. Pada tahun 1908 beliau menyelesaikan doktornya dengan disertai The Development of Metafphysics in Persia. Kemudian beliau kembali ke London untuk belajar dibidang keadvokatan sambil mengajar bahasa dan kesusastraan Arab di Universitas london.
  1. Karya-karya Muhammad Iqbal yaitu:
  1. Asrar-I Khudi (Rahasia diri)
  2. Payam-I Masyrik ( Pesan dari Timur)
  3. The Development of Metaphysic in Persia adalah karya disertasinya yang terbit pada tahun 1908 di London. Isi pokok buku itu adalah deskripsi mengenai sejarah pemikiran keagamaan di Persia sejak Zoroaster hingga sufisme Mulla Hadi dan Sabzawar yang hidup pada abad 18. Pemikiran keagamaan sejak yang paling kuno di Persia hingga yang terakhir merupakan kesinambungan pemikiran islamis, bagian kedua menjelaskan kebudayaan Barat dan berbagai manifestasinya, dan bagian ketiga menjelaskan munculnya Islam hingga peran Turki dalam Perang Dunia Pertama dan kemenangan Turki dalam perang kemerdekaan dari Tekanan Barat
  4. Rumuz-i Bikhudi terbit pada tahun 1918 di Lahore. Bahasa Persia sebagai pengantar buku tersebut. Buku ini merupakan kelanjutan pemikiran mengenai insan kamil. Insan kamil harus bekerja sama dengan pribadi-pribadi lain untuk mewujudkan kerajaan Tuhan di bumi. Jika insan kamil hidup menyendiri, tenaganya suatu waktu akan sirna.
  5. Arti leksikal Rumuz-i Bikhudi adalah simbol peniadaan diri.
  6. Bang-i Dara terbit di Lahore pada tahun 1924. Bahasa yang digunakan dalam buku ini adalah bahasa Urdu. Arti harfiah judul buku itu adalah Genta Lonceng. Secara keseluruhan buku ini dibagi tiga bagian. Bagian pertama buku ini bertemakan nasionalistik dan patriotik yang bercorak humanis.
  7. Javid Namah (Kitab Keabadian) tertulis dalam bahasa Persia terkecil pada tahun 1932 di Lahore. Buku ini menjelaskan tentang petualangan rohani ke berbagai planet. Bagian akhir buku ini berisi pesan-pesan kepada anaknya dan generasi baru.
  8. Zarb-i Kalim (Pukulan Nabi Musa) terbit dalam bahasa Urdu di Lahore pada tahun 1937. Pengarang menggambarkan tentang: Islam, wanita, politik, dan seni rupa.
  1. Konsep Pemikiran Muhammad Iqbal Tentang Pendidikan
Ada 8 pandangan Muhammad Iqbal tentang pendidikan dalam rangka melaksanakan gagasan rekonstrusi pemikirannya. Kedelapan pandangan ini adalah:
  1. Konsep individu
Dengan konsep ini iqbal menekankan bahwa hanya manusia yang dapat melaksanakan pendidikan. Oleh karena itu, pendidikan menurut iqbal harus dapat memupuk  sifat-sifat individualitas manusia agar menjadi manusia yang  sempurna. Yang dimaksud manusia sempurna disini adalah manusia yang dapat menciptakan sifat-sifat ketuhanan menjelma dalam dirinya, sehingga ia bisa berprilaku seperti Tuhan.
  1.  Pertumbuhan individu
Muhammad Iqbal berpendapat bahwa manusia sebagai mahkluk individu akan mengalami berbagai perubahan secara dinamis dalam rangka interaksinya dengan lingkungan. Oleh karena itu, pendidikan harus dapat mengarahkan pertumbuhan dan perkembangan individu tersebut kearah yang optimal.
  1.  Keseimbangan jasmani dan rohani
Menurut Iqbal perkembangan individu memiliki implikasi bahwa ia harus dapat mengembangkan kekayaan batin dan eksistensinya. Pengembangan kekayaan batin ini tidak dapat dilaksanakan dengan melepaskannya dari kaitan materi. Oleh karena itu, antara jasmani sebagai realitas dengan rohani sebagai ide harus dipadukan dalam proses pengembangan individu.
  1. Pertautan individu dengan masyarakat.
Pemahaman diatas memberikan pengertian mendalam tentang hakekat pertautan antara kehidupan individu  dengan kebudayaan masyarakat. Masyarakat adalah tempat individu menyatakan keberadaannya. Oleh karena itu, tanpa masyarakat kehidupan individu akan melemah dan tujuan hidupnya menjadi terarah.
  1. Kreatifitas individu
Muhammad Iqbal menolak kausalitas tertutup, yang menyebabkan seolah-olah tidak ada satupun yang baru yang dapat ataupun mungkin terjadi lagi. Sesungguhnya manusia memiliki kreativitas yang perlu dikembangkan secara evolutif.
  1. Pesan intelek dan intuisi
Ada dua cara untuk dapat menangkap realitas. Masing-masing cara mempunyai cara khusus dalam mengarahkan dan memperkaya kreatifitas manusia.
  1. Pendidikan watak
Apabila manusia melengkapi diri dengan sifat individualitas yang dapat berkembang secara optimal, yang kemudian dilandasi dengan keimanan yang tangguh, maka ia dapat menjelma menjadi kekuatan yang tak terkalahkan.
  1. Pendidikan sosial
Muhammad Iqbal menandaskan bahwa kehidupan sosial selayaknya diatas dasar dan prisip tauhid. Tauhid seyogyanya dapat hidup dalam kehidupan intelektual  dan emosional manusia.


 BAB II
Analisis Pembahasan Pendidikan Islam Menurut Muhammad Iqbal
Pendidikan menurut Muhammad Iqbal terdiri dari beberapa komponen yaitu:
  1. Kurikulum
Secara garis besar kurikulum dapat diartikan dengan seperangkat materi pendidikan dan pengajaran yang diberikan kepada murid sesuai dengan tujuan pendidikan yang akan dicapai.
           Isi kurikulum menurut Muhammad Iqbal harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Agama adalah satu kekuatan dari kepentingan besar dalam kehidupan individu juga masyarakat. Apabila pengetahuan dalam arti ini tidak  ditempatkan di bawah agama ia akan menjelma menjadi kekuatan setan. Jadi menurut Muhammad Iqbal, antara agama dan ilmu pengetahuan harus berjalan secara selaras, karena agama mampu menyiapkan manusia modren untuk memikul tanggung jawab yang besar dimana ilmu pengetahuan pasti juga terlibat. Sejarah menurut Iqbal juga penting agar pendidikan islam tidak melenceng dari ajaran sebenarnya yang telah diajarkan oleh Rasulullah begitu juga ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat penting bagi manusia agar manusia mampu mengetahui perkembangan peradaban kehidupan.
Isi kurikulum pendidikan juga harus mencakup pembentukan kepribadian atau watak. Pendidikan watak menurut Muhammad Iqbal  merupakan faktor yang penting dalam pendidikan, untuk mengembangkan watak, menurut Muhammad Iqbal hendaknya memupuk tiga sifat yang merupakan unsur-unsur utama dari pendidikan yaitu:
  1. Kebenaran
  2. Toleransi
  3. Fakir
Sementara konsep kurikulum yang dikemukakan oleh Imam Al-Ghazali dalam Nata. (1998:88-89) terkait dengan ilmu pengetahuan, dimana ilmu pengetahuan dibagi-bagi yaitu:
  1. Ilmu-ilmu yang terkutuk baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu-ilmu yang tidak ada manfaatnya baik di dunia maupun diakhirat, seperti ilmu sihir, ilmu nujum dan ilmu ramalan.
  2. Ilmu-ilmu yang terpuji baik sedikit maupun banyak, yaitu ilmu yang erat kaitanya dengan peribadatan dan macam-macamnya, seperti ilmu yang berkaitan dengan kebersihan diri dari cacat dan dosa serta ilmu yang dapat menjadi bekal bagi seseorang untuk mengetahui yang baik dan melaksanakanya, ilmu-ilmu yang mengajarkan manusia tentang cara-cara mendekatkan diri kepada Allah dan melakukan sesuatu yang diridhai-Nya, serta dapat membekalinya di akhirat.
Sedangkan menurut Muhammad Abduh Sistem pendidikan yang di perjuangkan oleh Muhamad Abduh adalah sistem pendidikan fungsional yang bukan impor yang mencakup pendidikan universal bagi semua anak, laki-laki maupun perempuan. Semua harus memiliki kemampuan dasar seperti membaca, manulis, dan menghitung. disamping itu, semua harus mendapatkan pendidikan agama.

    1. Bagi sekolah menengah, diberikan mata pelajaran syari’at, kemiliteran, kedokteran, serta pelajaran tentang ilmu pemerintah bagi siswa yang berminat terjun dan bekerja di pemerintahan. Kurikulum harus meliputi antara lain, buku pengantar pengetahuan, seni logika, prinsip penalaran dan tata cara berdebat.

    1. Untuk pendidikan yang lebih tinggi yaitu untuk orientasi guru dan kepala sekolah, maka ia mengggunakan kurikulum yang lebih lengkap yang mencakup antara lain tafsir al-quran, ilmu bahasa, ilmu hadis, studi moralitas, prinsif-prinsif fiqh, histogarfi, seni berbicara.

Kurikulum tersebut di atas merupakan gambaran umum dari kurikulum yang di berikan pada setiap jenjang pendidikan. Dari beberapa kurikulum yang dicetuskan Muhamad Abduh, ia menghendaki bahwa dengan kurikulum tersebut diharapkan akan melahirkan beberapa kelompok masyarakat seperti kelompok awam dan kelompok masyarakat golongan pejabat pemerintah dan militer serta kelompok masyarakat golongan pendidik. Dengan kurikulum yang demikian Muhamad Abduh mencoba menghilangkan jarak dualisme dalam pendidikan.

  1. Tujuan Pendidikan
Sebagaimana sesuai dengan apa yang dikatakan oleh Ibn Miskawaih dalam Abuddin (2001), tujuan pendidikan adalah terwujudnya sikap batin yang mampu mendorong secara sepontan untuk melahirkan semua perbuatan yang bernilai baik sehingga mencapai kesempurnaan dan memperoleh kebahagiaan sejati dan sempurna/insan kamil. Tujuan pendidikan menurut Ibn Sina dalam Abuddin (2001) harus diarahkan pada pengembangan seluruh potensi yang dimiliki oleh seseorang kearah perkembangan yang sempurna yaitu perkembangan fisik, intelektual dan budi pekerti, serta harus diarahkan pada upaya mempersiapkan seseorang agar dapat hidup dalam masyarakat secara bersama-sama dengan melakukan pekerjaan atau keahlian yang dipilihnya sesuai dengan bakat, kesiapan, kecenderungan dan potensi yang dimilikinya. Sedangkan menurut Arifin (1989:59) tujuan pendidikan berdasarkan klarifikasi yang bersifat edukatif memiliki taksonomi yaitu: tujuan yang menitikberatkan kekuatan jasmaniah (al-ahdaful jasmaniah), tujuan pendidikan juga dikaitan dengan tujuan pendidikan yang menitikberatkan pada kekuatan rohani (al-ahdaful rohaniah).
Dari uraian pemikiran Muhammad Iqbal dan beberapa para ahli yang lain maka dapat disimpulkan bahwa dalam filsafat ada beberapa tujuan pendidikan diantaranya:
  1. Tujuan umum yang akan dicapai dengan semua kegiatan pendidikan , baik dengan pengajaran atau dengan cara lain tujuan itu  meliputi aspek kemanusiaan yang meliputi sikap, tingkah laku, penampilan, kebiasaan, dan pandangan. Tujuan umum ini berbeda pada setiap tingkat umur, kecerdasan situasi dan kondisi dengan kerangka yang sama ( Daradjat 2006:30). Di samping itu Muhammad Iqbal juga mengemukakan mengenai tujuan diselenggarakanya pendidikan islam. Sebenarnya menurut Muhammad Iqbal pendidikan tidak semata-mata untuk mencapai kebahagiaan hidup di akherat dalam pengenalan jiwa dan akhirat.
  2. Tujuan akhir dari pendidikan yaitu dapat memperkokoh dan memperkuat individualitas dari semua pribadi, sehingga mereka dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat menyadari segala kemungkinan yang dapat saja menimpa mereka. Sedangkan menurut Daradjat (2006:31) tujuan akhir pendidikan islam itu berlangsung selama hidup. maka tujuan akhirnya terdapat pada waktu hidup di dunia telah berakhir.  Al-Attas (1991: 23-24) beranggapan bahwa tujuan pendidikan Islam adalah menanamkan kebajikan dalam “diri manusia” sebagai manusia dan sebagai diri individu. Tujuan akhir pendidikan Islam adalah menghasilkan manusia yang baik, yakni kehidupan materiil dan spirituilnya.
  3. Tujuan pendidikan harus tertuju pada pengembangan keseluruhan potensi manusia yang mencangkup intelektual, fisik dan kemauan untuk maju. Sementara itu rumusan pendidikan dikatakan baik jika tujuan yang dirumuskan itu, sebagaimana dikatakan oleh john Dewey dalam Prasetya (2002:180-181) yang di kutip oleh Hidayat 2012:71, pertama memberi peluang bagi terciptanya perkembangan lebih baik dari kondisi sebelumnya, kedua, dapat menyesuaikan dengan keadaan (fleksibel), dan ketiga, harus mewakili kebebasan aktivitas, yitu menempatkan sasaran-sasaran tujuan di atas mana aktivitas pendidikan akan berakhir.

Untuk memberdayakan sistem pendidkan Islam, Muhamad Abduh menetapkan tujuan, pendididkan islam yang di rumuskan sendiri yakni: Mendidik jiwa dan akal serta menyampaikannya kepada batas-batas kemungkinan seseorang dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan akhirat. Imam Al-Ghazali dalam Nata (1998:86) sependapat dengan Muhammad Abduh yang menyatakan bahwa rumusan tujuan pendidikan islam pada hakikatnya merupakan rumusan fisafat atau pemikiran yang mendalam tentang pendidikan. Tujuan akhir yang ingin dicapai melalui kegiatan pendidikan ada dua, pertama tercapainya kesempurnaan insani yang bermuara pada pendekatan diri kepada Allah, dan kedua, kesempurnaan insani yang bermuara pada kebahagiaan dunia dan akhirat.
3. Fungsi Pendidikan Islam
Melahirkan interaksi yang dinamis dan progresif agar saling bertautan secara serasi. Menurut John S. Brubacher dan Fuad Ihsan dalam Hidayat (2012:70) fungsi yang bersifat normatif, yaitu memberi arah pada proses yang bersifat edukatif, mendorong dan memberi motivasi yang baik, dan memberi pedoman atau kriteria-kriteria tertentu sebagai ukuran untuk mengevaluasi proses pendidikan

  1. Metode pembelajaran
            Dalam pengertian leterlijk, kata ‘metode’ berasal dari bahasa Greek yang terdidri dari ‘meta’ yang berarti melalui dan ‘hodod’ berarti jalan yang dilalui. Metodelogi pendidikan islam memiliki tugas dan fungsi memberikan jalan atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan islam. Sebagai komponen ilmu yang menunjang keberhasilan ilmu pengetahuan metodelogi tidak bisa berbeda tapi harus sejalan dengan substansi  dan tujuan ilmu pendidikan islam. Metodelogi islam dalam penerapanya banyak menyangkut wawasan keilmuan pendidikan bersumber pada Al-Quran dan Al-hadist.
              Menurut Ibn Miskawaih dalam Nata (1996) metodelogi pendidikan dapat diartikan sebagai cara-cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan yaitu perubahan-perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian metode ini terkait dengan perubahan atau perbaikn. Sedangkan menurut Ibn Sina dalam Nata (1996) konsep metode pengajaran yang dinyatakanya terlihat pada setiap materi pembelajaran. Ibn Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada beragam peserta didik hanya dengan satu metode saja, melainkan harus dicapai dengan berbagai cara sesuai dengan perkembangan psikologinya. Adapun metode pendidikan yang sesuai menurut Muhammad Iqbal adalah:
a. Self activity
Metode ini di gunakan untuk mencari potensi diri atau mengembangkan potensi diri peserta didik dengan kebebasan mengembangkan kreativitas sesuai dengan yang di kehendaki.

b. Learning by doing.
Jenis pengajaran yang di kehendakinya adalah menghadapkan siswa pada situasi baru yang mengundang mereka untuk bekerja dengan penuh kesadaran akan tujuan yang digalinya dari sumber yang tersedia dalam lingkungan mereka. Kemudian dengan menjadikan semua pengalaman orang lain sebagai cermin bagi dirinya.

c. Tanya jawab
Pendidikan harus mampu untuk mencetak pribadi yang kritis, yaitu terus bertanya dan tidak begitu saja menerima pandangan atas dasar kepercayaan belaka.

d. Metode proyek atau unit
Adalah cara penyajian pelajaran yang bertitik tolak dari sesuatu masalah, kemudian di bahas dari segi yang berhubungan sehingga pemecahannya secara keseluruhan dan bermakna.

e. Metode pemecahan masalah atau problem solving
Bukan hanya sekedar metode berfikir sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainya yang di mulai dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.

  1. Peranan peserta didik
Pemikiran Muhammad Iqbal tentang pendidikan khususnya pada peranan peserta didik adalah berpangkal pada kebebasan manusia. Manusia merupakan ego yang memiliki kebebasan untuk menentukan pilihan sendiri dengan segala konsekuensinya. Muhammad Iqbal sepenuhnya meyakini besarnya nilai kebudayaan suatu masyarakat terhadap pendidikan serta terhadap hak pengembangan idividu.
Arti kebebasan mengandung arti yang besar. Kebebasan terkadang mengandung arti selain memilih sesuatu yang baik juga bebas untuk nenentukan pilihan yang jahat. Namun yang dimaksud kebebasan disini adalah tugas manusia untuk melaksanakan dan mewujudkan kepercayaan-Nya itu dengan jalan memanfaatkan karunia berupa kebebasan tersebut secara bijaksana dan konstruktif. Sementara itu menurut Syamsu Nizar dalam bukunya filsafat pendidikan islam ; pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis (2002:48) yang dikutip oleh Hidayat (2012:80) mendeskripsikan bahwa, pertama,peserta didik bukanlah miniatur orang dewasa. kedua, peserta didik adalah manusia yang memiliki diferensiasi atau berbeda dari individu yang satu denga indivdu yang lain, Ketiga,peserta didik adalah manusia yang mempunyai kebutuhan jasmani dan rohani. keempat, peserta didik adalah makhluk Allah yang memiliki perbedaan individual baik faktor bawaan maupun lingkungan. kelima,peserta didik merupakan resultan dari dua unsur utama yaitu jasmani dan ruhani dan keenam,peserta didik adalah manusia yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan dan berkembang secara dinamis. Sedangkan menurut KH. Hasyim Asy’ari Bagi seorang peserta didik hendaknya ia memiliki niat yang suci untuk menuntut ilmu, jangan sekali-kali berniat untuk hal-hal yang bersifat duniawi dan jangan melecehkan atau menyepelekannya.

  1. Peranan pendidik
Pendidik dalam islam ialah siapa saja yang bertanggung jawap terhadap anak didik. Dalam islam orang yang sangat bertanggung jawab dalam pendidikan seorang anak didik atau peserta didik  adalah kedua orang tuanya. Tanggung jawab itu disebabkan sekurang-kurangnya oleh dua hal yaitu: pertama, karena kodrat, orang tua ditakdirkan menjadi orang tua dari anak-anaknya, oleh sebab itu orang tua bertanggung jawab mendidik anak-anaknya; kedua, karena kepentingan kedua orang tua, yaitu orang tua berkepentingan terhadap kemajuan perkembangan anaknya, sukses anaknya adalah sukses orang tua juga.
Pendidik dalam menggali dan mengembangkan konsep pendidikannya harus mengkaji dan meneliti hakikat individualitas dan lingkungan. Muhammad Iqbal berpendapat bahwa tumbuh kembangnya individualitas tidak mungkin terjadi tanpa kontak langsung dengan lingkungan yang konkrit dan dinamis. Sedangkan konsep guru menurut Ibn Sina dalam Nata (1996) berkisar tentang guru yang baik, guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam memdidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main di hadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih dan murni.
Sedangkan sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif. Muhammad Iqbal kurang menyetujui pendidikan sistem kelas, maksudnya guru yang mengurung siswanya diantara keempat dinding kelasnya. Karena anak perlu berhubungan dengan alam dalam setiap proses belajarnya, untuk menumbuhkan sikap keingintahuan serta untuk menumbuhkan kreativitasnya.
Al-Abrasyi dalam Ahmad (200:82-83) menyatakan bahwa guru atau pendidik dalam islam sebaiknya memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
Zuhud, Bersih tubuhnya, Bersih jiwanya, Tidak ria, Tidak memendam, Ikhlas, Tidak munafik, Tidak malu mengakui ketidak tahuan, Bijaksana, Tegas, Rendah hati, Pemaaf, Sabar, Berakhlak mulia, Tidak merasa rendah diri dan Bersifat kebapakan. Sejalan dengan Al-Abrasyi, KH. Hasyim Asy’ari  berpendapat Bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya terlebih dahulu tidak semata-mata hanya mengharapkan materi, disamping itu hendaknya apa yangdiajarkan sesuai dengan apa yang diperbuat.



BAB III
Kesimpulan
1.      Pendidikan islam adalah pendidikan yang berdasarkan pada islam, dimana dasar-dasar pendidikan islam berpedoman pada Al-Quran dan Al-Hadist. Jadi pendidikan islam adalah pendidikan yang berisi ajaran yang sesuai dengan Al-Quran dan Al-Hadist.
2.      Menurut Iqbal kurikulum adalah seperangkat rancangan atau aturan dalam proses pelaksanaan pendidikan, dalam pendidikan islam kurikulum harus mencakup agama, sejarah, ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan pendapat Imam Al-Ghazali adalah, kurikulum harus merancang pendidikan untuk memenuhi atau tercapainya ilmu-ilmu yang bermanfaat dan mejelaskan tidak pentingnya ilmu yang tidak bermanfaat agar pendidikan dapat mencapai tujuan yang di tetapkan.
3.      Tujuan pendidikan menurut Muhammad Iqbal yaitu membentuk manusia menjadi insan kamil dan Ibn Al-ghazali, Ibn Khaldun dalam Alavi (2003:72) menyatakan bahwa, tujuan pendidikan islam adalah membuat kaum muslimin percaya dan meyakini Tuhan  melalui mempelajari Al-quran dan ilmu pengetahuan keagamaan. Dengan demikian ilmu pengetahuan islam dan tujuan hidupnya akan sejalan dengan arah ajaran islam dan akan menolongnya menjadi muslim yang baik dan anggota masyarakat yang baik pula.  Sedangkan menurut Darajat (2006:30) bentuk insan kamil dengan pola takwa harus tergambar pada pribadi seseorang yang sudah dididik walau pun dalam ukuran kecil dan mutu yang rendah, sesuai dengan tingkatan-tingkatanya.
4.      Fungsi Pendidikan Islam menurut Muhammad Iqbal yaitu melahirkan interaksi yang dinamis dan progresif agar saling bertautan secara serasi. Menurut John S. Brubacher dan Fuad Ihsan dalam Hidayat (2012:70) fungsi ada yang bersifat normatif, yaitu memberi arah pada proses yang bersifat edukatif, mendorong dan memberi motivasi yang baik, dan memberi pedoman atau kriteria-kriteria tertentu sebagai ukuran untuk mengevaluasi proses pendidikan
5.      Menurut Ibn Miskawaih metodelogi  pendidikan dapat diartikan sebagai cara-cara yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan yaitu perubahan-perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian metodelogi pendidikan terkait dengan perubahan atau perbaikn. Ibn Sina dalam Nata (1996) konsep metode pengajaran yang dinyatakanya terlihat pada setiap materi pembelajaran. Ibn Sina berpendapat bahwa suatu materi pelajaran tertentu tidak akan dapat dijelaskan kepada beragam peserta didik hanya dengan satu metode saja. Sedangkan pendapat Iqbal tentang metode yaitu mengemukakan beberapa metode seperti: Self activity, Learning by doing, Tanya jawab, Metode proyek atau unit dan  metode pemecahan masalah atau problem solving. Kesimpulanya adalah Ibn Miskawaih  lebih menyatakan metode sebagai cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, sedangkan menurut  Ibn Sina metode untuk mencapai tujuan pendidikan akan ditemukan pada setiap materi pendidikan dan untuk mencapai tujuan itu tidak bisa hanya dengan satu metode dan Iqbal sependapat dengan Ibn Sina.
6.      Peserta didik adalah mahluk yang sedang berada dalam proses perkembangan menurut fitrahnya masing-masing, memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju kearah titik optimal kemampuan fitrahnya. Muhammad Iqbal memperlakukan peserta didik berpangkal pada kebebasan yang sejalan dengan Syamsu Nizar yang dikutip oleh Hidayat yang menyatakan bahwa dalam memperlakukan peserta didik ada aturan-aturan karena peserta didik memiliki kebebasan dalam peranya sebagai aktor dalam pendidikan.
7.      Ibn Sina dalam Nata (1996) berkisar tentang guru yang baik, guru yang baik adalah guru yang berakal cerdas, beragama, mengetahui cara mendidik akhlak, cakap dalam mendidik anak, berpenampilan tenang, jauh dari berolok-olok dan main-main di hadapan muridnya, tidak bermuka masam, sopan santun, bersih dan murni.
Sedangkan sikap pendidik yang baik menurut Muhammad Iqbal adalah dengan jalan membangkitkan kesadaran yang sungguh pada anak didiknya berkenaan dengan aneka ragam relasi dengan lingkungannya dan dengan jalan demikian merangsang pembentukan sasaran-sasaran baru secara kreatif. Dalam hal ini Ibn Sina lebih memandang kearah sikap seorang guru yang baik dari segi karakteristik atau kriteria yang menjadi pedoman pendidik sedangkan Iqbal lebih kepada kepribadian pendidik dan kompetensinya sebagai pendidik.


BAB IV
Resensi
Darajat, Zakaria. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.
Nata, Abuddin. 2001. Pemikiran Para Tokoh Pendidikan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Arifin, M. 2009. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.
Iqbal, Muhammad.2002. Rekonstruksi Pemikiran Agama dalam Islam, Yogyakarta:Lazuardi.
Syah, Hidayat.2012. FilsafatPendidikan Islam. Pekanbaru. LP2 Indra Sakti.