Tinkerbell INFORMASI DARIKU: Maret 2014
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Sabtu, 29 Maret 2014

Cerita Bagan siapi-api Kota Ikan Batu


 Tugas Kelompok 9
Enni Melita, Leni, Nuning Surya Lestari dan Siti Suratmi

ﺒﺎﻛﻦ ﺴﻴﺌﺎﻔﻲ- ﺌﺎﻔﻲ ﻜﻮﺖ ﺍﻳﻛﻦ ﺒﺎﺗﻭ
ﻜﻮﺖ ﺒﺎﻜﻦ ﺴﻴﺌﺎﻔﻲ- ﺌﺎﻔﻲ  ﺍﺪﻠﻪ ﻛﻭﺖ ﻳﻎ ﺒﺛﻖ ﻣﻐﻬﺳﻳﻠﻜﻦ ﺍﻴﻜﻦ٫ ﻫﻠ ﺍﻳﻦ ﺪﺴﻳﺒﺒﻜﻦ ﺍﻮﻠﻳﻪ ﻠﺗﻘﺙ ﺪ ﻔﻳﻐﻜﻳﺮ ﻓﻮﻻﻮ ﺴﻭﻣﺎﺗﺮﺍ ﺪﺍﻦ ﺒﺮﻬﺪﺍﻔﻥ ﻠﻐﺳﻮﻍ ﺪﻏﻥ ﺴﻳﻠﺖ ﻣﻼﻚ, ﺍﻳﻧﻠﻪ ﻜﺮﻨﺎ  ﺍﻠﻠﻪ ﺴﺒﺤﺎﻦ ﻫﻭﻭﺍﺗﻌﺎﻞ ﻳﻎ  ﺪﻓﺮﺍﻭﻧﺗﻮﻗﻦ ﺒﺎﻜﻲ ﺪﺌﻴﺮﻩ ﺍﻳﻥ ﺪﻴﻟﻳﻬﺖ ﺪﺍﺭﻱ ﻜﻮﻥﺪﻳﺳﻲ ﻛﻳﺋﻮﻛﺭﺍﻔﻴﺲ  ﻣﺎﻚ ﺒﺎﻛﻦ ﺴﻴﺌﺎﻔﻲ- ﺌﺎﻔﻲ  ﺒﺮﻓﻮﺗﻨﺳﻲ ﺴﻴﺑﺎﻜﻲ ﻛﻮﺖ ﻣﺎﺲ ﺪﻴﻓﻦ ﺒﻳﺪﻍ ﻓﺮﺪﻜﺎﻏﻦ
        
ﺒﺮﺪﺴﺮﻜﻦ ﺍﻮﻨﺩﻍ-ﺍﻮﻨﺩﻍ ﺮﻳﻔﻮﺒﻠﻳﻖ ﺍﻨﺩﻮﻨﺴﻳﺎ ﻨﻮﻣﻮﺮ   ۵۳ ﺗﺎﻫﻮﻦ    ١٩۹۹ ﺘﻳﻨﺘﻎ ﻔﻣﺒﻨﺘﻮﻜﻦ ﻜﺒﻮﻔﺎﺘﻳﻦ ﺭﻮﻜﻦﻫﻳﻠﻳﺭ, ﻣﺎﻚ ﺪﺍﻠﻢ ﻫﻞ ﺘﺭﺴﺒﻮﺖ ﺭﻮﻜﻦﻫﻴﻠﻴﺭ ﺪﺘﺘﻔﻜﻦ ﺴﺒﺎﻜﻲ ﺪﺌﻴﺭﻩ ﺌﻮﺘﻮﻨﻮﻣﻲ ﺪﺍﻦ ﻣﻨﻳﺘﻔﻜﻦ ﺌﻮﺟﻮﻍ ﺘﻨﺟﻮﻍ ﺴﻴﺒﺎﻜﻲ ﺍﻴﺒﻮ ﻜﻮﺘﺎث. ﻨﺎﻣﻮﻦ ﻜﺮﻨﺎ ﺒﻴﻠﻮﻢ ﺪﺪﻮﻜﻮﻍ ﺍﻮﻠﻴﻪ  ﺍﻨﻓﺮﺍ ﺴﻴﺘﺮﻮﻜﺘﻮﺮ ﺴﺮﺍﻦ ﺪﺍﻦ ﻓﺮﺴﺮﺍﻦ ﻴﻎ ﻻﻴﻚ, ﻣﺎﻚ ﺍﻮﻨﺘﻮﻖ ﻓﻴﻠﻴﺎﻧﻦ ﺘﻴﻨﻐﻜﺕ ﻜﺑﻮﻓﺎﺘﻴﻦ ﺮﻮﻜﻦﻫﻴﻟﻴﺮ ﺪﻠﻜﺳﻨﺎﻜﻦ ﺪﻜﻭﺕ ﺑﺎﻜﻦ ﺳﻴﺌﺎﻔﻲ- ﺌﺎﻔﻲ.
ﺩﻏﻦ ﺩﺘﺘﻔﻜﻦ ﻔﻴﻠﻴﺎﻧﻦ ﺘﻴﻐﻜﺕ ﻜﺑﻭﻔﺎﺘﻦ ﺩﻜﻮﺕ ﺑﺎﻜﻦ ﺳﻴﺋﺎﻔﻲ- ﺋﺎﻔﻲ ﻣﻣﺑﻮﺍﺕ ﻜﻮﺕ ﺍﻴﻦ ﺑﺭﻜﻣﺑﻎ ﺩﺍﻦ ﻣﺎﺟﻮ, ﺑﺣﻜﻦ ﻜﻮﺕ ﺳﺎﺋﺕ ﺍﻳﻦ ﻣﻮﺩﻩ ﺩﺟﻐﻜﺋﻮ, ﻜﺭﻧﺎ ﺗﻳﻠﻪ ﺩﺒﺎﻏﻮﻦ ﺟﺎﻠﻦ- ﺟﺎﻠﻦ ﻣﻳﻧﻮﺟﻮ ﻜﻮﺕ ﺒﺎﻜﻦ ﺳﻳﺌﺎﻓﻲ- ﺌﺎﻓﻲ.

ﻜﺮﻧﺎ ﻜﻭﺖ ﺑﺎﻛﻦ ﺳﻳﺋﺎﻓﻲ- ﺋﺎﻓﻲ ﺍﺩﺍﻟﻪ ﻓﻮﺳﺖ ﻓﻳﻟﻳﺎﻧﻦ ﺗﻳﻐﻛﺕ ﻛﺑﻭﻓﺎﺗﻳﻥ ﺭﻭﻛﻥ ﻫﻳﻟﻳﺭ ﻣﺎﻙ ﺩﻳﻛﻭﺕ ﺍﻳﻦ ﺟﻭڬ ﺗﻳﺭﺩﺍﭭﺕ ﻛﻧﺗﻭﺭ- ﻛﻧﺗﻭﺭ ﺩﻳﻧﺱ ﺩﺍﻥ ﺑﺎﺩﻥ - ﺑﺎﺩﻥ ﻟﺋﻳﻧث ﺳﻳﺑﺎﻛﻲ ﺩﺌﻳﺭﻩ ﺌﻭﺗﻭﻧﻭﻣﻲ ﭭﻳﻣﻳﺭﻳﻧﺗﻪ ﻛﺑﻭﭭﺎﺗﻳﻥ ﺭﻭﻛﻥ ﻫﻳﻟﻳﺭ ﻣﻣﭭﻭﻧﺎﺋﻲ ﻛﻳﻭﻳﻧﺎﻏﻥ ﺩﺋﻳﺭﻩ ﻣﻳﻧﭼﺎﻛﻭﻒ ﺳﻳﻟﻭﺭﻭﻩ ﺑﻳﺩﻍ ﻓﻳﻣﻳﺭﻳﻧﺗﺎﻫﻥ ﺗﺭﻣﺎﺳﻭﻚ ﻛﻳﻭﻳﻧﺎﻏﻥ ﻭﺍﺟﻳﺐ ﺑﺎﺌﻳﻚ ﺳﻭﺳﻳﺋﻝ ﻣﺋﻭﻓﻭﻥ ﺑﻭﺩﺍﻱ.
ﺠﻳﻙ ﻛﻳﺕ ﻣﻳﻐﻭﻧﺠﻭﻏﻲ ﻛﻭﺕ ﺑﺎﻛﻥ ﺳﻳﺋﺎﻓﻲ۔ ﺋﺎﻓﻲ ﻣﺎﻙ ﻛﻳﺕ ﺍﻛﻥ ﺩﺍﻓﺕ ﻣﻳﻟﻳﻬﺕ ﻛﻳﺋﻳﻧﺩﺍﻫﻥ ﻛﻳﺩﻭﻍ ﺍﺗﺋﻭ ﻛﻧﺗﻭﺭ- ﻛﻧﺗﻭﺭ ﻓﻳﻣﻳﺭﻳﻧﺗﻪ  ﺩﺍﻥ ﺠﺎﻟﻥ ﺩﻭﺍ ﺠﺎﻟﻭﺭ ﺳﺭﺕ ﻛﻳﺑﺭﺳﻳﻬﻦ ﻛﻭﺕ ﻳﻎ ﺗﻳﺗﻒ ﺩﻳﺠﺎﻛ ﺩﺍﻥ ﺩﻓﻳﻟﻳﻬﺎﺭ   ﺍﻭﻟﻳﻪ ﻣﺸﺭﺍﻛﺕ ﺑﺎﻛﻥ ﺳﻳﺋﺎﻓﻲ۔ ﺋﺎﻓﻲ.
ﺍﻭﻧﺗﻭﻕ ﻣﻳﻧﺠﺋﻐﻛﺋﻭ ﻛﻭﺕ ﺑﺎﻛﻥ ﺳﻳﺋﺎﻓﻲ - ﺋﺎﻓﻲ ﺩﺍﻓﺕ ﺩﻳﺗﻣﻓﻭﻩ ﻣﻳﻼﻟﻭﺌﻲ ﺠﺎﻟﻥ ﺩﺍﺭﺕ ﺩﻏﻥ ﺠﺎﺭﻙ ﺗﻣﻓﻭﻩ ﺩﺍﺭﻱ ﻓﻳﻛﻧﺑﺎﺭﻭ ﻟﻳﺑﻳﻪ ﻛﻭﺭﻍ ۵ ﺠﺎﻢ ﻓﻳﺭﺠﻼﻧﻦ.    




Teori Retorika


TEORI RETORIKA
  1. Pengertian Teori Retorika
Teori retorika adalah cara menggunakan seni berbahasa yang berpusat pada pemikiran mengenai retorika (gaya berbahasa/seni berbahasa), yang disebut oleh Aristoteles sebagai alat persuasi yang tersedia. Maksudnya, seorang pembicara yang tertarik untuk membujuk khalayknya harus mempertimbangkan tiga bukti retoris yaitu logika (logos), emosi (pathos) dan etika/kredibilitas (ethos). Khalayak merupakan kunci dari persuasi yang efektif, dan silogisme retoris, yang memandang khalayak untuk menemukan sendiri informasi yang kurang lengkap dari suatu pidato, yang tidak seluruhnya didengar. Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa teori retorika adalah teori yang yang memberikan petunjuk untuk menyusun sebuah presentasi atau pidato persuasive yang efektif dengan menggunakan alat-alat persuasi yang tersedia.

  1. Asumsi-asumsi  Teori Retorika
Asumsi teori retorika adalah landasanberfikir yand dapat digunakan dalam menggunakan retorika, asumsi teori retorika terdiri atas:


  1. Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak. Asumsi ini menekankan bahwa hubungan antara pembicara-khalayak harus dipertimbangkan. Para pembicara tidak boleh menyusun atau menyampaikan sebuah gagasan atau pidato dengan seni berbahasa yang dimilikinya tanpa mempertimbangkan atau memperhatikan khalayakn, tetapi harus berpusat pada khalayak. Dalam hal ini, khalayak dianggap sebagai sekelompok besar orang yang memiliki motivasi, keputusan, pilihan dan bukan sebagai sekelompok besar orang yang memiliki watak yang sama dan serupa. Asumsi ini menggarisbawahi definisi retorika atau komunikasi sebagai sebuah proses transaksional. Agar suatu pidato efektif harus dilakukan analisis khalayak (audience analysis), yang merupakan proses mengevaluasi suatu khalayak dan latar belakangnya serta menyusun pidato sedemikian rupa sehingga para pendengar memberikan respon sebagaimana yang diharapkan pembicara.
  2. Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi. Asumsi ini berkaitan dengan apa yang dilakukan pembicara dalam persiapan penyampaian gagasan atau pidato mereka dan dalam pembuatan pidato tersebut. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu: ethos, pathos dan logos. Ethos adalah karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara. Logos adalah bukti logis atau penggunaan argument dan bukti dalam sebuah pidato. Pathos adalah bukti emosional atau emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak.

  1. Kanon Teori Retorika
Kanon merupakan tuntunan atau prinsip-prinsip teori retorika yang harus diikuti oleh pembicara agar penyampaian gagasan atau pidato menjadi efektif, yaitu:
  1. Penemuan (invention), didefinisikan sebagai konstruksi atau penyusunan dari suatu argument yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato. Dalam hal ini perlu adanya integrasi cara berfikir dengan argumen dalam pidato. Oleh karena itu, dengan menggunakan logika dan bukti dalam pidato dapat membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasive.
  2. Pengaturan (arrangement), berhubungan dengan kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan gagasan atau pidato yang disampaikanya. Pidato secara umum harus mengikuti pendekatan yang terdiri atas tiga hal yaitu pengantar (introduction), batang tubuh (body), dan kesimpulan (conclusion). Pengantar merupakan bagian pembukaan dalam suatu pidato yang cukup menarik perhatian khalayak, menunjukkan hubungan topik dengan khalayak, dan memberikan pembahasan singkat mengenai tujuan pembicara. Batang tubuh merupakan bagian isi dari pidato yang mencakup argument, contoh dan detail penting untuk menyampaikan suatu pemikiran. Penutup  atau epilog merupakan bagian kesimpulan isi pidato yang ditujukan untuk merangkum poin-poin penting yang telah disampaikan pembicara dan untuk menggugah emosi khalayak.
  3. Gaya (style), merupakan kanon retorika yang mencakup penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide-ide di dalam sebuah penyampaian  gagasan atau pidato. Dalam penggunaan bahasa harus menghindari glos (kata-kata yang sudah kuno dalam pidato), akan tetapi lebih dianjurkan menggunakan metafora (majas yang membantu untuk membuat hal yang tidak jelas menjadi lebih mudah dipahami). Penggunaan gaya memastikan bahwa suatu pidato dapat diingat ide-ide dari pembicara.
  4. Penyampaian (delivery), adalah kanon retorika yang merujuk pada presentasi nonverbal dari ide-ide pembicara. Penyampaian biasanya mencakup beberapa perilaku seperti kontak mata, tanda vokal, ejaan, kejelasan pengucapan, dialek, gerak tubuh, dan penampilan fisik. Penyampaian yang efektif mendukung kata-kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.
  5. Ingatan (memory) adalah kanon retorika yang merujuk pada usaha-usaha pembicara untuk menyimpan informasi untuk sebuah pidato. Dengan ingatan, seseorang pembicara dapat mengetahui apa saja yang akan dikatakan dan kapan mengatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk merespons hal-hal yang tidak terduga.

  1. Jenis-jenis Teori Retorika
Jenis-jenis teori retorika adalah salah satu ragam retorika yang telah dikelompokan berdasarkan fungsinya, situasai yang tepat dan ketepatan menggunakan jenis retorika dalam penyampaian gagasan atau penyampaian pidato, dengan mengetahui  jenis-jenis retorika maka teori retorika akan lebih mudah dipahami dan dilaksanakan bagi orator atau pembicara. Jenis-jenis retorika terdiri atas:
  1. Retorika forensic (forensic rhetoric), berkaitan dengan keadaan dimana pembicara mendorong timbulnya rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak. Pidato forensic atau juga disebut pidato yudisial biasanya ditemui dalam kerangka hukum. Retorika forensic berorientasi pada masa waktu lampau. Contoh retorika forensic yaitu retorika atau seni berbahasa yang digunakan oleh seorang hakim dalam menimbang keputusan tentang salah atau tidak seorang tersangka dalam perkara yang disidangkan dilihat dari perbuatanya di masalalu.
  2. Retorika epideiktik (epideictic rhetoric), adalah jenis retorika yang berkaitan dengan wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan. Pidato epideiktik sering disebut juga pidato seremonial. Pidato jenis ini disampaikan kepada publik dengan tujuan untuk memuji, menghormati, menyalahkan dan mempermalukan. Pidato jenis ini berfokus pada isu-isu sosial yang ada pada masa sekarang.
  3. Retorika deliberative (deliberative rhetoric), adalah jenis retorika yang menentukan tindakan yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh khalayak. Pidato ini sering disebut juga dengan pidato politis. Pidato deliberative berorientasi pada masa waktu yang akan datang. Contohnya pidato yang disampaikan oleh calon ketua partai dalam kampanye.


  1. Kesimpulan
1.      Teori retorika adalah cara menggunakan seni berbahasa yang berpusat pada pemikiran mengenai retorika (gaya berbahasa/seni berbahasa), yang disebut oleh Aristoteles sebagai alat persuasi yang tersedia yaitu ethos, pathos dan logos.
2.      Asumsi teori retorika meliputi: memperhatikan khalayak saat akan berbicara dan menggunakan bukti untuk memperkuat argumen yang dibicarakan.
3.      Kanon atau prinsip teori retorika yaitu:
1)      Penemuan (invention), didefinisikan sebagai konstruksi atau penyusunan dari suatu argument yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato.
2)      Pengaturan (arrangement), berhubungan dengan kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan gagasan atau pidato yang disampaikanya.
3)      Gaya (style), merupakan kanon retorika yang mencakup penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide-ide di dalam sebuah penyampaian  gagasan atau pidato.
4)      Penyampaian (delivery), adalah kanon retorika yang merujuk pada presentasi nonverbal dari ide-ide pembicara.
5)      Ingatan (memory) adalah kanon retorika yang merujuk pada usaha-usaha pembicara untuk menyimpan informasi untuk sebuah pidato.
4.      Jenis-jenis teori retorika terdiri atas:
1)      Retorika forensic (forensic rhetoric) atau pidato yudisial, berkaitan dengan keadaan dimana pembicara mendorong timbulnya rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak.
2)      Retorika epideiktik (epideictic rhetoric), adalah jenis retorika yang berkaitan dengan wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan.
3)      Retorika deliberative (deliberative rhetoric), adalah jenis retorika yang menentukan tindakan yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh khalayak.


Daftar Rujukan
Adriyanto, Krisna.2010. “Teori Komunikasi:Retorika Aristoteles”. http://mysteriouxboyz90.blogspot.com/2010/08/teori-komunikasi-retorika-aristoteles.html. Jumat, 06 Agustus 2010. 15.17 WIB.
Setiano, Yearry Panji. 2008. “Teori Retorika Aristoteles” http://yearrypanji.wordperr.com/2008/04/26/teori-retorika-aristoteles. 2008.
Harmayani. 2012. “Retorika dalam Teori Komunikasi”. http://gunnaharmyani.blogspot.com/2012/06/retorika-dalam-teori-komunikasi.html. 10 Juni 2012.

Jumat, 28 Maret 2014

Analisis Wacana Teks Dialog


Teks Dialog
Tema: Pasar
Judul : Penjamberet di Pasar Kaget
Tokoh:
  1.  Royan Purnawanis     : Petugas keamanan pasar
  2. Roza Nofitra Sari        : Pembeli 1                 
  3. Semrayanti                  : Pembeli 2                 
  4. Siti Rohmatun             : Pedagang daging     
  5. Siti Suratmi                 : Penjambret 1            
  6. Taufik                          : Penjambret 2            
  7.  Triska Wahyuni          : Pedagang sayur
  8. Urva Muria                  : Pedagang buah         
Prolog
Pada sore itu, suasana yang ramai di pasar kaget. Terjadilah interaksi rutin antara pedagang dan pembeli. Ditengah terjadiny proses jual beli tiba-tiba sesuatu membuat suasana yang ramai menjadi sangat gaduh. Kegaduhan tersebut dipicu oleh kemarahan para pembeli dan para pedagang kepada dua orang  penjambret.
Sebelum kejadian. Para pedagang berteriak menawarkan daganganya kepada pembeli yang ada di pasar.
  1. Triska  : “Sayur... sayur....... tempenya... bayamnya...... Dik bayamnya”
  2. Siti R.  : “Daging, daging segar, dagingnya bu.........”
  3. Urva    : “Buah...buah, buah...  buah dik...”
Kemudian, dari banyaknya pembeli mendekatlah dua orang pembeli yang ingin membeli sayur, buah dan daging.
  1. Roza    : “Bara sayur ko saikek?” (memilih sayuran)
5.                                Triska               : “Tigo ikek limo ribu!” (memasukan sayur yang dipilih pembeli ke dalam kantong plastik)
6.                                                                                    Roza    : (membayar sayur yang dibelinya)
  1. Urva    : “De, buahnya Dek....”
  2. Semra  : “Duku sekilo berapa bu?”
  3. Urva    :  “Limo ribu.”
10.     Semra  : (membayar buah yang dibelinya)
11.                                 Siti R.: “Daging... daging.. dagingnya Dek..” (mengipasi daging agar terhindar dari serangan lalat)
12.     Semra  : “Ini daging sapi apa daging kerbau Bu?”
13.                                 Siti R.  : “Ini daging sapi, yang itu dagig kerbau.” (menunjuk onggokan daging sapi dan daging kerbau)
14.     Semra  : “Beli daging sapi ya?”
15.                                 Roza  : “Ya ya....”
16.                                 Semra: “Satu kilo ya buk.”
  1. Siti R.    : (mengambil daging sapi dan menimbangnya)

Dari kejauhan terlihat gadis kumel memakai kaos oblong bolong-bolong warna putih. Gadis itu berjalan mendekati Roza dan Semra.
  1. Siti S.  : “Suit suit suit.........” (bersiul)
Tiba-tiba
  1. Roza    : (panik)  “Jambrettttt.... jambrettttt.” (menunjuk Siti S. Yang terus berlari)
  2. Siti S.  : “Hah.... huh... huh....”  (berlari dan melemparkan uang hasil jambretanya kepada Taufik)
  3. Royan  : “Ada apa, kenapa berteriak?” (memegang pundak Roza)
  4. Roza    : “Ada jambret Bang... Jambret...” (menunjuk ke arah Siti S.)  
  5.  Royan: “Woy.... jambret... tunggu...”  (berlari dan menarik kaos Siti S.), “Jambret kau, jangan macem-macem..!!”
  1. Siti S   : “Eh.. apa mau kau Bang?”
  2. Royan  : “Saya mau kau balikin uangnya!!!!”
  3. Siti S. : (menggeleng)
Di tngah kericuhan di pasar antara Royan dan Siti, datanglah taufik yang melerai
  1. Taufik  : “Apaan ni woy... main tarik-tarik adik saya?” (mendorong Royan)
  2. Royan  : “Adik kau tu penjambret!, cewek kok jadi penjambret!!!”
  3. Taufik  :  “Jangan sembarangan ngomong.” (melotot)
Roza, Semra bersama para pedagang menghampiri mereka.
  1. Roza    : “Heh... kau jambret! kembalikan piti den.” (melotot ke arah Siti S.)
  2. Semra  : “Kembalikan uang kami!”
  3.  Royan  : “Tuh benarkan semua orang melihat, adik kamu menjambret, adik ini korbannya!” (menunjuk Roza dan berusaha menggeledah Siti S.)
  1. Para pedagang : “Tangkap saja penjambret tu Bang!” (bersamaan)
Para pedagang turut serta menggeledah Siti S. mencari uang Roza yang telah dijambretnya. Namun mereka tidak menemukan uang sepeserpun, walau demikian petugas keamanan tetap menangkap Siti S. atas permintaan para pembeli dan para pedagang karena sudah merasa risau dengan aksi si Siti S. yang suka menjambret. Tiba-tiba.....
  1. Taufik  : “Woy, adik aku gak salah, jangan main hakim sendiri!”
  2. Siti R.  : “Eh... jangan-jangan kau penjambret juga ya!!?”
Semua orang menoleh ke arah Taufik
  1. Urva    : “Geledah saja dia!” (menarik Taufik )
  2. Para pedagang :           : “Mari!...”
Semua pedagang dan pembeli menyaksikan penggeledahan yang dilakukan kepada Taufik. Tidak nihil, ditemukan sejumlah uang yang sama dengan uang Roza yang telah dijambret. Akhirnya Siti dan Taufik ditangkap karena ditemukan barang bukti hasil menjambret dan semua orang yang berada di pasar melihat Siti dan taufik bekerja sama dalam menjambret.



Analisis  Wacana Teks Dialog berjudul Penjambret di Pasar Kaget
Kerja Sama Partisipan
  1. Maksim kualitas
4.      Roza          : “Bara sayur ko saikek?”
5.      Triska        : “Tigo ikek limo ribu!”
dalam percakapan nomor 4 dan 5 terjadi pelanggaran maksim kualiatas karena Triska memberi informasi berlebih dari informasi yang diinginkan Roza. Roza menanyakan harga satu ikat sayuran bukan harga tiga ikat sayuran.
8.      Semra        : “Duku sekilo berapa bu?”
9.      Urva          :  “Limo ribu!”
12.  Semra        : “Ini daging sapi apa daging kerbau bu?”
13.  Siti R.        : “Ini daging sapi, yang itu daging kerbau.”
Pada dialog 12 dan 13 terjadi pelanggaran maksim, seharusnya Siti R. Hanya menjawab salah satunya antara sapi atau kerbau.
  1. Maksim kuantitas
24.  Siti S         : “Eh.. apa mau kau Bang?”
25. Royan        : “Saya mau kau balkikin uangnya, mana uangnya!!!!”
27.     Taufik       : “Apaan ni woy... main tarik-tarik adik saya?”
28.     Royan       : “Adik kau tu penjambret!, cewek kok jadi penjambret!!!”
  1. Maksim relasi
21.  Royan  : “Ada apa, kenapa berteriak?”
22.  Roza    : “Ada jambret Bang... Jambret...”
1)      Tindak tutur (Speech Act)
a.      Tindakan komisif
14.  Semra        : “Beli daging sapi ya?”
15.  Roza          : “Ya ya...”
b.      Tindak ekspresif
29.          Taufik  : “Jangan sembarangan ngomong.”
32.     Royan    : “Tuh benarkan semua orang melihat, adik kamu menjambret, adik ni korbanya!”
2)      Tindak tutur lokusi
9. Urva         : “Limo Ribu.”
32. Royan     : “Tuh benarkan, semua orang melihat adik kamu menjambret, adik ni korbanya.”
35. Siti R.     : “Eh... jangan-jangan kau penjambret juga ya!!?”
Penggalan Pasangan Percakapan
1.      Tegur sapa
1.      Triska        : “Sayur... sayur....... tempenya... bayamnya...... Dik bayamnya.”
2.      Siti R.        : “Daging, daging segar, dagingnya bu.........”
3.      Urva          : “Buah...buah, buah...  buah dik...”
2.      Panggilan dan jawaban
a.       panggilan
6.      Urva         : “De, buahnya dek..”
10.    Siti R.: “Daging... daging.. dagingnya Dek..”
b.      Jawaban
5. Triska          : “Tigo ikek limo ribu.”
9. Urva                        : “Limo ribu.”
13. Siti R.         : “Ini daging sapi, yang itu dagig kerbau.”
15. Roza          :”Ya ya....”
25. Royan        : “Saya mau kau balkikin uangnya!!!!”
28. Royan        : “Adik kau tu penjambret!, cewek kok jadi penjambret!!!”
3.      Tuduhan dan pengingkaran
a.       Tuduhan
35.  Siti R.        : “Eh... jangan-jangan kau penjambret juga ya!!?”
4.      Peringatan atau perhatian
39.Taufik        :  “Jangan sembarangan ngomong.”
5. Permohonan atau Persetujuan
25.Royan   : “Saya mau kau balkikin uangnya!!!!”
30.Roza           : “Heh... kau jambret! kembalikan piti den.”
31. Semra        : “Kembalikan uang kami!”

Pembukaan dan penutupan percakapan
4.Roza : “Bara sayur ko saikek?” (pembuka)
37. Para Pedagang       : “Mari!..” (penutup)
3)     Kesempatan Berbicara
            Menurut sifatnya, kesempatan berbicara dapat dibagi dalam dialog otomatis, hal ini tekait dengan jumlah peserta dialog.
11.Siti R.         : “Daging... daging.. dagingnya Dek..”
12.  Semra       : “Ini daging sapi apa daging kerbau Bu?”
      13. Siti R.        : “Ini daging sapi, yang itu dagig kerbau.”
4)      Sifat Rangkaian Tuturan
Pertama, rangkaian berantai berbentuk setiap pertanyaan dari customer diikuti oleh jawaban server.
Kedua, rangkaian bergantung, terbentuk dari pertanyaan T1dari customer yang dijawab dengan J1 oleh S dan dilanjutkan dengan T2 oleh S kemudian dijawab oleh J2 oleh S.
Seperti percakapan berikut:
4. Roza      : “Bara sayur ko saikek?”
5.Triska     : “Tigo ikek limo ribu”
8.Semra     : “Duku sekilo berapa bu?”
9. Urva      :  “Limo ribu.”
                  12. Semra  : “Ini daging sapi apa daging kerbau Bu?”
13.Siti R.  : “Ini daging sapi, yang itu daging kerbau.”
Ketiga, rangkaian melingkar (emberting). Bentuk pertanyaan ini C menyatakan T lalu S mereaksi C dengan jawaban T1
23.  Siti S         : “Eh.. apa mau kau Bang?”
24.  Royan        : “Saya mau kau balikin uangnya!!!!”
25.  Siti S.        : (menggeleng)
5)      Keberlangsungan Percakapan
Dalam keberlangsungan percakapan ada tindakan yang menciptakan situasi percakapan.
6. Roza             : (membayar sayur yang dibelinya)
10.Semra         : (membayar buah yang dibelinya)
17. Siti R.         : (mengambil daging sapi dan menimbangnya)
26.Siti S.         : (menggeleng)
6)      Topik Percakapan
Adapun topik percakapan yang terjadi dalam dialog tersebut yaitu :
1.      Menjajakan dagangan
2.      Ingin mengetahui harga dagangan para pedagang
3.      Terjadi penjambretan saat pembeli membayar belanjaan
4.      Terjadi kericuhan
5.      Keamanan pasar mengejar penjambret
6.      Keamanan pasar menuduh penjambret
7.      Penjambret menyangkal tuduhan keamanan pasar
8.      Semua pedagang berkumpul menyalahi penjambret
9.      Penggeledahan jambret
10.  Penangkapan jambret
Analisis Alih Kode
            Dalam pemakaiannya, terutama dalam percakapan, alih kode sering dipakai berganti-ganti secara sadar maupu tidak karena adanya komponen-komponen tertentu. Contohnya dalam percakapan ini adalah sebagai berikut :
7.      Urva          : “De, buahnya Dek....”
8.      Semra        : “Duku sekilo berapa bu?”
9.      Urva          :  “Limo ribu.”
Keterjalinan dan Keterkaitan (Kohesi dan Koherensi)
Nomor Percakapan
Penggalan
1,2,3,7,11
Menjajakan dagangan
4,5,9
Ingin mengetahui harga dagangan para pedagang
19,20
Terjadi penjambretan saat pembeli membayar belanjaan
21,22
Terjadi kericuhan
23
Keamanan pasar mengejar penjambret
24,25,26
Keamanan pasar menuduh penjambret
27,28,29
Penjambret menyangkal tuduhan keamanan pasar
30,31
Semua pedagang berkumpul menyalahi penjambret
32,33,34,35
Penggeledahan jambret
36,37
Penangkapan jambret



Daftar Pustaka
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis  Wacana Kritis. Bandung : Yrama Widya