Tinkerbell INFORMASI DARIKU: November 2013
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Kamis, 28 November 2013

Orang Hilang 2

Hari ini udaranya cukup sejuk, 10 November 2013 aku harus beramgkat ke Pekanbaru sendiri. Aku sengaja berangkat agak siang karena aku ingin ke rumah Herman. Seperti biasa, sebelum masuk ke rumah Herman aku lebih dulu masuk ke kedai.

Mama Herman meyambutku, " Lo, udah mau berangkat, sama siapa?", belum sempat aku mencium punggung tanganya, air mataku turun menelusuri sudut yang gelap di mataku. "Ma, kalau ada apa-apa pada mas kabarin Tik ya Ma," lirihku saat beliau memeluk tubuhku yang kurus.

Aku kehilangan rasa malu di hadapan orang-orang yang ada di kedai. "Kak, jangan nangis... besok pasti bang Herman sembuh," bisik Via adik Herman. Ku peluk erat tubuh Via sebagai rasa terimakasih telah mencoba menenangkan aku.

Perlahan aku berjalan menemui Herman yang sedang terbaring di atas sepring bad, yang sengaja di pindah ke ruang tamu rumahnya. Aku menangis meratapinya, a awalnya Ia ikut menangis, perlahan ia terlihat lebih tegar dan menenangkanku. Oh Tuhan ingin rasanya aku memeluk hambamu itu.

Betapa lemahnya aku di hadapan Herman yang tak berdaya. "Ayang, makasih ya udah bela-belain pulang wat mas, udah jagain mas dari pagi sampai malem, udah bantu mas wat bangkit melawan sakit ini. Sekarang Ayang harus berangkat, selesaikan kuliah dengan baik agar Mama dan Bapak gak kecewa".

Ku tatap matanya, ada makna tulus dari perkataan terbata-bata yang terucap dri mulutnya untukku. Aku mengangguk paham, mengiyakan keinginanya. Lagi-lagi aku menangis, membuatku tak mampu beranjak meninggalkanya.

Perlahan dan pasti, aku tak akan pernah mampu beranjak jika terus menangis seperti ini. Nenek Herman datang lalu duduk di kursi yammg ada di belakangku. Sambil menenangkan hati, ku dengarkan keluh kesah neneknya tentang masa kecil cucunya yang malang, Herman.

Nada mendayu, suara yang lirig diiringi batuk yang memenggal hampir setiap kalimat yang ia lontarkan dalam bercerita, membuatku menambah intensitas kemampuan mendengar. Panjang dan berurut cerita yang disampaikan, kesimpulan yang ku dapat yaitu Herman memiliki pengalaman yang sama denganku. Pengalaman yang tak akan terlupakan, masa kecil bersama nenek.

Terlena oleh rasa tak ingin meninggalkanya. Bahagia terhadap ketegaranya. Tersenyum kami bersama dalam duka.

Aku beranjak meninggalkan Herman. Ku peluk erat tubuh mamanya dan kucium kedua pipinya setelah aku menyalami dan mencium punggung tangannya dan menyusul mencium punggung tangan Papahnya. Hampir tak percaya, Herman telah berdiri di depan pintu, aku bersalaman denganya, mematung di hadapanya.

"Nduk udah jangan nangis terus, udah bengkak itu matanya." Lirih mamanya padaku yang membuat pembantu di rumah itu terlihat kebingungan karena sedari tadi dia baru selesai mencuci pakaian. "Besok mama kabarin kalo ada apa-apa, jangan nangis terus, pasti sembuh.
"Assalamualaikum" salamku.
  
Tepat pukul 13.30 aku sampai di Jln. Pahlawan Kerja, Gg. Utama Angkasa, Pekanbaru. "Assalamualaikum," ku buka pintu kos yang tak terkunci. Aku melengos masuk tak peduli pada mereka yang menertawakan mataku yang bengkak.

Pagi itu 11 November 2013, aku tercengang namun kemudian tersenyum melihat gambar diriku dengan pose narsis di mading kampus. Teringat hal memalukan yammg disampaikan Nuning malam itu. Aku keluar ruangan setelah lebih dulu meligat rasa tak senang Nuning dan Ayu saat aku membahas masalah jejeran foto aku bersama mereka. Bersama Pita si Ketua sanggar Tuah Karya, aku melepas foto itu.

Hal yang sungguh memalukan saat itu, awalnya ini membuatku benar-benar malas menginjakkan kakiku di sekre HIMA PBI. Setelah aku merenung, aku sadar mereka HIMA PBI peduli padaku. Aku hilangkan pandangan negatifku tentang HIMA PBI.

Aku tau, teman-teman HIMA menganggap aku tak mau lagi gabung dengan mereka karena aku udah sama Herman. Mungkin mereka sebelumny tidak tau sampai ada yang bilang aku tak mau ke sekre karena udah punya pacar ada juga yang bilang pacar aku melarangku pergi ke sekre. Semua salah.

Pertama, aku berpacaran dengan Herman sejak 10 Juni 2007 sampai sekarang, jadi teman-teman salah jika menganggap aku tak mau ke sekre karena aku udah punya pacar. Ke dua, Orangtuaku menginginkan aku mengurangi kegiatanku setelah seminggu aku terbaring sakit menjelang Masa Orientasi Mahasiswa Baru angkatan 2013. Ke tiga, aku malu hadir di sekre, Aku orang hilang tak mungkin datang ke sekre setelah kalian menganggap aku telah hilang.

Makasih wat HIMA PBI dalam hal apapun.

Jujur aku kangen pada temen-temen tapi aku jadi malas karena malu gambar itu membuatku mengurungkan niat pergi ke sekre awalnya aku hanya ingin mengurangi kegiatan di sekre padj malam hari, tapi.... ya sudahlah.

Orang Hilang

    Hari itu, Kamis 7 November 2013 pukul 12.45 WIB aku mendengar keluhan dari mas Herman, orang yang selama ini menjadi orang sepesial dalam hidupku. Keluhan itu berlanjut sampai larut malam, aku bingung harus berbuat apa. Pagi hari 8 November 2013 keputusan pulang ke kampung adalah pilihan pertama.
 
Aku tidak tahu harus bagaimana agar cepat sampai di rumah, aku kemudi sendiri sepeda motorku dengan kecepatan tinggi. Tepat pukul 13.30 aku sampai di rumah. Hanya btuh waktu 30 menit aku beristirahat di rumah karena tepat pukul 14.00 aku sudah sampai di rumah Herman.


   Asalamualaikum, salam terucap dari mulutku dengan suara bergetar yang langsung disambut oleh semua orang yang ada di dalam warung nasi milik ibu Herman. Banyak pertanyaan yang harus ku jawab atas rasa heran yang hadir di benak mereka saat melihat aku yang datang mengenakan celana jeans yang sebelumnya mereka tak pernah melihat aku mengenakannya sambil bersalaman dengan mereka, Nenek, kakak ipar, dan adik herman beserta pembantu dan teman-teman adiknya . Satu pertanyaan yang masih ku ingat "Kapan pulang, libur ya?", aku tersenyum "Jam 2 sampai di rumah, iya libur sendiri Mbk", jawabku pada kakak ipar Herman yang seraya menyuruhku masuk ke dalam rumah, adik herman beranjak dari duduknya, ku sambut uluran tanganya lalu mengantar aku ke dalam rumah.
       
 Aku bingung, bagaikan tersambar petir di siang bolong saat aku melihat orang yang aku kasihi terbaring dengan kondisi lemah tak memiliki kekuatan tuk menyambut kehadiranku. Tidak seperti biasanya. Ingin aku menghilangkan aturan agama agar aku bisa memeluknya, alhamdulillah aku tidak melakukanya. Susan, pembantu di rumah Herman mengantar segelas teh manis dan sebungkus sate ayam untuk Herman yang terbaring di hadapanku.

   Kepergian Susan disusul oleh kehadiran ibu herman yang ku sambut dengan kecupan hangat di punggung tanganya. Beliau meyuruh Herman makan, namun Herman menolaknya dengan alasan tak sanggup lagi menahan sakit saat harus memuntahkan kembali apa yang telah ia makan. Ku sunggingkan senyuman dengan melebarkan bibirku karena berhasil memaksa dan menyuapi Herman makan, senyumku berganti menjadi rasa khawatir ketika mataku harus melihatny muntah, jaga dan lindungi dia untukku ya Allah, harapku dalam lirih.

    Ternyata tidak hanya aku yang menjenguknya, ada beberapa teman Herman yang datang dan menyuruhku untuk membuat minuman kunyit dicampur asam. Tidak lama datang ibu herman membawa seangkir kecil minuman kunyit asam dan semangkok bubur kacang hijau. Aku terus berusaha agar Herman mau meminum air kunyit asam dan memakan bubur kacang hijau tersebut.

   Aku melihat adik Herman dan teman-temanya menghiasi serambi depan rumahny, hatiku bertanya mau ada acara apa ya?. Perlahan aku mendekatinya, ternyata ibu Herman juga bersama mereka. "Mau seneng malah gak jadi nduk, adeknya mau ulangtahun malah Herman sakit," aku tersenyum, "Sabar Ma," usahaku menenangkan. Tidak sengaja ku lihat arloji di tanganku. Pukul 16.46, waktu yang menunjukkan senja akan menjemput malam. Aku pamit pulang. Sampai di rumah, letih, capek dan lapar aku rasakan. Ku buka sebungkus roti sepesial untuk mengisi perutku yang kosong. Lahap, hilanglah lapar, tersisa letih dan capek di tubuhku.
 
      Ba'da Magrib, ku baringkan tubuhku di tempat tidur, ku raih hanpone di atas bantal, ku baca dan ku balas sms dari Nuning, teman tidurku di kos, " Tik, ada hal yang sangat memalukan," balasku "Apa Ning?", tak ku dapatkan balasan. Tergambar kesalahan pada tugas mata kuliah Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.Tak lama Herman menelfonku, mungkin saat itu aku memahammi dan mengerti kalau tak mungkin Ia bernostalgia denganku melalui layang suara sebab Ia tak bisa berbicara saat itu.
 
      Air turun dari sudut mataku yang gelap, aku menanangis seolah-olah aku merasakan apa yang ia rasakan. Tuhan menemani tangisku dengan menurunkan hujan sebagai rahmat-Nya malam ini. Lihat apa yang terjadi dengan semua rencanaku, hancur sudah berantakan, aku tertidur dan melupakan niat menemani herman malam itu.

    Pagi, 9 November 2013 ku buka mata dengan tubuh yang lumayan bugar. Ku pakai jilbab sarung, ku kerjakan apa yang bisa ku kerjakan. Pagi itu berakhir dengan membuat keripik sukun.

    Tepat pukul 14.30, aku pergi menghadiri acara ulangtahun calon adik iparku. Sampai di sana, aku bertemu nenek, ibu dari ayahku. Nenek mengajakku masuk ke rumah Herman, tepat saat itu juga ada jarkep to kuda lumping.

   Sebelum aku sampai di rumah Herman, kak Eti tetangga Herman menyuruhku masuk ke dalam rumahnya. Ternyata ada Herman, aku mengajak nenek, nenek menemani Herman barang sejenak sebelum pergi ke rumah besanya. Ku kira nenek masih menemani herman ternyata sudah di muka orang yang sedang main jarkep.

  Usai pertunjukan jarkep, aku melakukan apa yang bisa kulakukan di rumah Herman. Tepat azan magrib aku baru pulang. Malam minggu ba'da isa, untuk yang pertama aku izin pergi ke rumah Herman pada malam minggu.

   Aku sampai di rumah Herman, aku menemaninya. Herman hanya terbaring di sampingku, dia belum makan aku tahu itu. Ku beli sebungkus sate ayam dengan 8 tusuk sate, aku menyuapinya dan sekali-sekali ikut serta makan bersamanya.

  Aku menangis saat teringat harus berangkat ke Pekanbaru besok pagi. Kak Eti memergoki aku yang sedang menangis, ia tersenyum. Aku terkejut, Herman lari ke kamar mandi karena hendak muntah, aku berlari mengejarnya, Astaghfirullah... ingin aku ikut merasakan sakit yang ia rasakan.

    Tepat pukul 23.00, aku bingung harus bagaimana pulang atau tetap di sini bersama Herman. Herman menyuruhku tidur di sampingnya naun aku tetap bersikukuh untuk tidak tidur, akhirnya aku pamit pulang pada keluarga Herman. Sesampainya di rumah, mama bertanya "Malem bnget pulangnya De?" aku memasang muka melas di hadapan mama "Herman belum sembuh Ma, aku gak tega mau ninggalin tapi gak enak ama tetangga. Aku kan belum halal buat dia," jawabku, mama kembali ke dalam kamar "Sabar, namanya orang hidup, adakalanya sehat ada juga sakit bahkan mati," gumam mama menyabarkan aku sembari menutup pintu kamarnya.

Senin, 18 November 2013

Apa Arti Bunga Tidur

      Semerbak harum kamboja dan daun pandan seakan-akan menyelimuti tidurku malm ini. Aku tak tau ap arti dari semua ini, aku seperti hidup dengan dua mata yang buta. Aku tak perna tau dan tak pernah mengenali wajah perempuan itu, tapi entah kenapa dia bisa hadir dalam bunga tidurku. 
      Satu yang aku yakini, pasti karena dia pernah menjadi orang ke tiga antara aku dan kekasihku. Jujur, aku belum pernah melihatnya. Tuhan izinkan aku bertemu dengan dia tuk menyampaikan rasa terimakasihku padanya, sebab dia pernah membahagiakan orang yang aku kasihi dan aku sayangi, ya Rabb kabulkanlah agar tak ada rasa penasaran pada hatiku yang membuat aku membenci dia dan kekasihku.

Selasa, 12 November 2013

Apapun

Tak di Anggap. Aku ada di hadapan kalian, aku ada buat kalian tapi sayang aku tak di anggap sebagai apa pun oleh kalian.

Selasa, 05 November 2013

Ungkapku


Untuk seorang insan yang ku sayang
Di daerah sepi ini kita bertemu
hubungan akrab mulai terjalin
kita susuri jalan-jalan liku
mencari pelangi indah dalam terang,dalam kabut, dalam gelap tanpa lelah
senyum selalu tersungging di bibir walau menangis di hati
suatu masa kita benar tewas karena tiada restu orang tua
namun kita bangkit dengan sejuta persoalan
siapa dirimu dan siapa diriku
lakonan hiduppun kita atur tuk mencari sebuah kepastian
akhirnya terjawab semua persoalan, pertanyaan dan kegusaran
tepat di usia 6th' hubungan kita, restu ku dapat dari mereka
namun aku kembali menangis
kamu membagi cinta dengan yang lain
sebisa mungkin aku bertahan dengan sepi dan sedihku
kamu kembali dengan semua keininanmu
keinginan yang tak pernah aku mengerti
aku pun memenuhinya
karena aku mencintaimu
walau aku tak lagi berteman.

DCREATED:20131103T211943
LAST-MODIFIED:20131103T211943
END:VNOTE