Tinkerbell INFORMASI DARIKU: Mei 2014
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Kamis, 22 Mei 2014

PERTALIAN ANALISIS SINTAKSIS PADA BENTUK WACANA BERTEKS JAWA Oleh M. Suryadi



Dosen Pengampu : Ermawati, S.Pd., M.A.

PERTALIAN ANALISIS SINTAKSIS PADA BENTUK WACANA BERTEKS JAWA
Sintaksis Bahasa Indonesia Lanjut

Disusun Oleh Kelompok  8
1        Ranti Tri Utari
2        Royan Purnawanis
3        Siti Suratmi
4        Yasni
5        Zunnurul Laila

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN  BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
       Syukur Alhamdulillah penulis ucapkan kehadirat Allah Swt., yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pertalian Analisis Sintaksis Pada Bentuk Wacana Berteks Jawa”. Makalah ini tidak hanya untuk memenuhi tugas mata kuliah Sintaksis melainkan untuk menambah wawasan penulis dan pembaca. Penulis  mengucapkan terimakasih kepada:
  1. Ermawati, S.Pd., M.A. selaku dosen pengampu mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia Lanjut yang telah membimbing dan memberi arahan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
  2. M. Suryadi yang telah menulis jurnal dengan judul “Pertalian Analisis Sintaksis Pada Bentuk Wacana Berteks Jawa” sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
  3. Teman-teman yang telah membantu dan memberi masukan kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini.
Semoga Allah Swt., membalas segala bentuk bantuan tersebut dengan pahala yang berlipat ganda. Penulis telah berusaha menyusun makalah ini dengan sesuai dengan prosedur yang berlaku. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.
                                                                         
Pekanbaru , 18 Mei 2014

Penulis,

 
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Pertalian analisis sintaksis dalam jurnal ini ditekankan pada dimensi minat, niat, dan daya ikat konsentensial dalam wacana berteks jawa. Dalam upaya memahami wacana tidak lepas dari memahami seluk beluk satuan lingual yang berupa kalimat. Begitu juga setiapbertutur sapa, berkisah atau apa pun bentuk tuturan itu silakukan dengan urutan-urutan kalimat. Tampaknya yang menjadi sentral dalam satuan lingual adalah kalimat.
Kalimat adalah bagian terkecil ujaran atau teks/wacana yang dapat mengungkapkan pikiran secara utuh.Kalimat-kalimat itu dirangkai, dijalin, ditenun sedemikian rupa sehingga berfungsi optimal bagi penutur dalam upaya mengembangkan akal budinya dan memelihara kerjasamanya dengan mitra tutur sehingga minat, niat, daya ikat dapat tersentuh dan terjalin di antra kedua peserta tutur tersebut. Berdasarkan fenomena yang telah penulis paparkan, penulis beranggapan bahwa penelitian pemerian sintaksis pada bentuk wacana berteks jawa sangat menarik dan perlu untuk dipahami.
1.2   Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan maka dapat diformulasikan rumusan masalah dalam makalah ini yaitu:
1.2.1         Apakah yang Dimaksud dengan Minat, Niat dan Daya Ikat?
1.2.2        Bagaimanakah Pemerian Sintaksis Pada Bentuk Wacana Berteks Jawa?
1.2.3        Bagaimanakah Daya Ikat dalam Paragraf Pada Wacana Berteks Jawa?

1.3  Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang telah penulis sampaikan terdahulu, maka dapat ditnetukan tujuan dari penulisan makalah ini yaitu:
1.3.1        Untuk Mengetahui Minat, Niat, dan Daya Ikat.
1.3.2        Untuk Mendeskripsikan, Menganalisis dan Meyimpulkan Pemerian Sintaksisi Pada Wacana Berteks Jawa.
1.3.3        Untuk Mendeskripsikan, Menganalisis dan Meyimpulkan Daya Ikat dalam Paragraf Pada Wacana Berteks Jawa.


BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Minat, Niat, dan Daya ikat Konsentensial
2.1.1 Minat
Minat selalu berkaitan dengan realitas yang ditangkap. Realitas yang diungkapkan kadangkala tidak sesuai dengan jumlah dan jenis unsur yang muncul. Seringkali terjadi unsur realita lebih banyak tetapi dimunculkan dalam kalimat lebih kecil. Perhatikan realita di bawah ini.
(1)   Paman Sam     ‘Paman Sam’
(2)   golek               ‘mencari’
(3)    mungsuh         ‘musuh’
Unsur yang dimunculkan dalam kalimat lebih sedikit, yakni Paman Sam golek musuh (Paman Sam mencari musuh). Dimungkinkan pula unsur yang dimunculkan dalam kalimat lebih banyak, yakni Buktine saiki paman Sam golek musuh maneh(Buktinya sekarang Paman Sam mencari musuh lagi.). dengan demikian, untuk dapat memahami satuan lingual sintaksis dengan baik maka minat harus dapat ditangkap.
2.1.2 Niat
Niat berkaitan dengan tujuan penutur yang harus sampai. Bila berada dalam satuan lingual kalimat berkaitan dengan penempatan unsur-unsur dalam rangkaian kalimat yang dimunculkan, hal ini tidak lepas dari prespektif penuturnya.
2.1.3 Daya Ikat Konsentensial
Daya ikat Konsentensial dipengaruhi oleh ikatan antar kalimat yang ada di dalam wacana. Dengan titik pandang bawha kalimat yang muncul dipengaruhi oleh kalimat sebelumnya (kalimat berikutnya tidak lepas dari kalimat sebelumnya).
2.2 Pemerian Sintaksis Pada Bentuk Wacana Berteks Jawa
Untuk pemerian kalimat ini, penulis jurnal mengambil data pada Kalawarti Minggon Basa Jawa Penjebar Semangat  no. 13, tanggal 26 Maret 2005 dengan judul “Mungsuh anyare Paman Sam”, data lingual diambil dari pargraf pertama.
Data:
Mungsuh Anyare Paman Sam
Senjata nuklir, tembung iki biyen dienggo pawadan kanggo nyerang Irak. Saiki tembung kang padha genti dienggo alasan kanggo mojokake Iran.

Data tersebut terdiri atas:
(1)   Judul               : Mungsuh Anyare Paman Sam
(2)   Kalimat 1        : Senjata nuklir.
(3)   Kalimat 2        : Tembung iki biyen dienggo pawadan kanggo nyerang Irak.
(4)                                                     Kalimat 3       : saiki tembung kang padha genti dienggo alasan kanggo mojokake Iran.
Data (1): Mungsuh anyare Paman Sam
Mugsuh           anyar   -e         Paman Sam
   Inti               artibut
            Inti                              artibut
            Termilik                       pemilik
            Frasa benda endosentris artibutif
Judul paragraf di atas “Mungsuh anyare Paman Sam” (musuh barunya Paman Sam) berwujud penjajaran kata, yakni berbentuk frasa benda ensosentris artibutif. Frasa tersebut tersusun secara bertingkat. Tahap pertama, mungsuh anyar + -e + Paman Sam         mungsuh anyare Paman Sam (musuh barunya Paman Sam). Penjajaran kata tersebut membentuk frasa benda endosentris artibutif, pertalian tersebut semakin erat dengan ditandai konstituen –e  “kata ganti orang ketiga tunggal, -nya” maka, frasa tersebut terbagi dua. Pertama sebagai termilik sekaligus sebagai unsur pusat dan kedua sebagai pemilik yang sekaligus sebagai unsur pemeri, yakni Paman Sam.
Frasa Mugsuh anyare Paman Sam menunjukan jelas antara minat dan niat. Minat sebagai realitas yang ditsngksp tercermin dalam penempatan unsur-unsur penjajaran kata yang berbentuk frasa endosentris artibutif. Ini terlihat pada proses pembentukan frasa tersebut. Proses pembentukaan frasa tersebut dilakukan dengan dua tahap dan tahap terakhir diperkuat dengan adanya konstituen i –e sebagai kepemilikan, yang sekaligus memperlihatkan pertalian daya ikat  antara termilik dan pemilik.
Data (2): Senjata nuklir
# Senjata // nuklir #
Sesuai dengan pernyataan bila didahului huruf kapital da di akhiri tanda intonasi final, konstituen tersebut disebut kalimat. Konstituen senjata nuklir yang terletak pada awal paragraf dapat dikatakan sebagai sebuah kalimat. Penentuan sebagai sebuah kalimat dengan cara memanfaatkan intonasi alunan titinada yang berupa jeda sedang diantara dua konstituen tersebut. Jeda sedang memisahkan senjata dan  nuklir menempati fungsi predikat.
Melihat wujud kalimat senjata nuklir, tampaknya dari sisi minat terlihat bahwa realitas yang diungkap tidak sesuai dengan jumlah dan jenis unsur yang muncul. Namun demikian informasi yang ditangkap masih sama. Lihat rekonstruksi di bawah ini:
Minat (1) senjata berbahan nuklir      (2) senjata berhulu ledak nuklir
                      1            2          3                  1            2            3      4
               Senjata         o     nuklir          senjata        o             o    nuklir






 

            Niat:                senjata nuklir                             senjata nuklir

Tampak pada sekema di atas bahwa realitas yang diungkap dimungkinkan terdapat 3 atau 4 konstituen namun jumlah unsur yang muncul hanya 2 konstituen dan sekaligus terjadi penempatan unsur yang dipilih oleh penuturnya.
Data (3): Tembung iki biyen dienggo padawan kanggo nyerang Irak
Tembung iki   biyen   dienggo  (minangka) padawan   kanggo   nyerang   Irak
            S          K3           P                    prep        ket          prep            P1        O1








 

                                                             Frasa preposisi                        Sub-klausa
                                                                                   
                                                                      K1                                    K2


 

                          Klausa utama                                                            Klausa preposisi


 

Kalimat majemuk bertingkat
Kalimat Tembung iki   biyen   dienggo  (minangka) padawan   kanggo   nyerang   Irak ‘kalimat ini dulu dipakai (sebagai) alasan untuk menyerang Irak’ berbentuk kalimat majemuk bertinkat berpola S    +K3+P+ K1+K2 (P1+P2). Bila diruntut sesuai cabang pohon, kalimat majemuk bertingkat tersebut terdiri atas dua klausa, yakni kalusa utama dan klausa preposisi.
(1)   Klausa Utama
Klausa utama Tembung iki   biyen   dienggo  (minangka) padawan ‘kalimat ini dulu dipakai (sebagai) alasan’ terdiri atas 4 konstituen yakni:
(1)   tembung iki            ‘kalimat ini’         : fungsinya sebagai subjek
(2)   dienggo                              ‘dipakai’   : fungsinya sebagai predikat
(3)   (minangka) pawadan   ‘alasan’           : fungsinya sebagai keterangan
(4)   Biyen                                 ‘dahulu’    : fungsinya sebagai keterangan
Konstituen tembung ini ‘kalimat ini’ menduduki fungsi subjek yang ditandai dengan partikel iki ‘ini’. tampaknya partikel iki sekaligus sebagai anaforis antar klausa terhadap konstituen senjata nuklir. Pertautan ini memperlihatkan bahwa kalimat kedua memiliki daya ikat terhadap kalimat pertama senjata nuklir.
Konstituen dienggo ‘dipakai’ menduduki fungsi predikat. Verba ini dalam perilaku sintaksisnya cukup membutuhkan sebuah argument nominal yang berada di depanya, yakni fungsi subjek tembung iki ‘kalimat ini’. daya ikat pada pertalian relasi S-P. Dengan demikian pertalian dengan konstituen di belakangnya agak longgar. Manakala hubungan itu longgaf dapat dipastikan konstituen di belakang fungsi predikat bukanlah fungsi objek, melainkan keterangan.
Konstituen pawadan ‘alasan’ menduduki fungsi keterangan dan lebih jelas lagi bila konstituen ini ditambahkan preposisi minangka ‘sebagai’, sehingga menjadi frasa preposisi. Pencantuman nomor pada fungsi keterangan sebagai tanda urutan kelonggaran letak pertalian. Jadi, K3 lebih longgar pertalianya daripada K2 dan seterusnya.
(2)   Klausa Preposisi
Klausa preposisi kanggo nyerang Irak ‘untuk menyerang Irak’ yang bersetatus sebagai klausa pendamping/klausa terikat terdiri atas tiga konstituen yakni:
(1)   kanggo ‘untuk’      : fungsinya sebagai preposisi
(2)   nyerang ‘menyerang’: fungsinya sebagai predikat
(3)   Irak            Irak’      : fungsinya sebagai objek
Dikatakan kalausa terikat karena semua konstituennya hanya mengisi satu fungsi, yakni fungsi keterangan. Bila fungsi keterangan diurai lagi terdapat unsur verba nyerang ‘menyerang’ menduduki fungsi predikat dengan argument nomina Irak ‘Irak’yang menduduki fungsi objek.
Kalimat di atas mewujudkan terjadinya keselarasan antara minat dan niat. Minat sebagai realitas yang diungkap telah dinyatakan melalui penempatan unsur-unsur dalam rangkaian kalimat.
Data (4): Saiki tembung kang padha genti dienggo alasan kanggo mojokake Iran.
Kalimat Saiki tembung kang padha genti dienggo (minangka) alasan kanggo mojokake Iran ‘sekarang kalimat yang sama ganti dipakai sebagai alasan untuk memojokkan Iran’ berbentuk kalimat majemuk bertingkat. Ada pun pola kalimatnya yaitu K3+S+P+K1+K2(P1+o1). Bila diruntun sesuai cabang pohon, kalimat majemuk bertingkat tersebut terdiri atas dua klausa yakni klausa utama dan klausa preposisi.
(1)   Klausa Utama
Klausa utama saiki tembung kang padha ganti dienggo (minangka) alasan.
Sekarang kalimat yang sama ganti dipakai (sebagai) alasan”, terdiri atas 4 bagian, yakni :
(1)   tembung kang padha               ‘kalimat yang sama’    : fungsi subyek
(2)   ganti dienggo                          ‘ganti dipakai’             : fungsi predikat
(3)   (minangka) alasan                  ‘(sebagai) alasan’         : fungsi keterangan
(4)   Saiki                                        ‘sekarang’                    : fungsi keterangan
Konstituen tembung kang padha ‘kalimat yang sama’ menduduki fungsi subjek yang berupa frasa benda endosentris atributif. Konstituen tembung “kalimat” pada farasa itu berkategori nominayang sekaligus menjadi unsur pusatnya, sedangkan konstituen padha ‘sama’ berkategori adjektiva berkategori pemeri. Parikel kang ‘yang’ sebagai perangkai yang memperjelas pertalian antara kata tembung kalimat drngan kata pada ‘ sama’, sekaligus membatasi unsur pusat dan pemerinya.
Tampaknya konstituen yang mengisi fungsi subyek ini mempertahankan informasi yang terkandung pada kalimat (1) dab (2) yakni berisi penegasan minat penutur atas (penggunaan) senjata nuklir. Minat ini terwujud dalam niat melalui penempatan unsur. Penempatan unsur tembung iki ‘kalimatini’ pada kalimat (2) dan tembung kang pada ‘kalimat yang sama’ pada kalimat (3) sebenarnya sebagai refleksi senjata nuklir ‘senjata nuklir’ yang terkandung pada kalimat(1). Sekaligus mencerminkan daya ikat konsentensial yang kuat antara kalimat (1), (2), dan (3).
Konstituen ganti dienggo ‘ganti pakai’ mengisi fingsi predikat, yang terdiri atas erba dienggo ‘dipakai’ dan didahului adverbia ganti ‘ganti’  mencermin adanya kekuatan daya ikat dengan kalimat (2). Dengan demikian, konstituen ganti dienggo ‘ganti pakai’ sebagai penegas pada pengisi fungsi predikat kalimat (2). Di  sini terlihat bahwa minat, niat dan daya  ikat terlihat jelaspada pemakaian kata yang samapada unsur pusat di masing-masing kalimat.
Konstituen alasan ‘alasan’ menduduki fungsi keterangan, untuk memperjelas posisinya dapat ditambah preposisinya dan dapat ditambah  preposisi minangka ‘sebagai’  menjadi minangka alasan ‘sebagai alasan’hingga menjadi frasa preposisi. Penempatan kata alasan sebenarnya penegasan pada kalaimat (2) yakni kata pawadan ‘alasan’ yang juga menduduki kata keterangan, hanya unsur yang menduduki fungsi keterangan, hanya unsur yang dimunculkan mengalami perubahan namun memilki makna yang sama, proses sinonimi. Gejala ini memperlihatkan kekuatan niat penutur dalam memilih dan menetapkan unsur-unsurnya untuk memeperoleh tujuan optimal.
(2)   Klausa Preposisi
Kluasa preposisi kanggomojokake Iran ‘untuk memojokkan Iran’ yang berstatus sebagai klausa terikat terdiri atas 3 konstituen, yakni :
(1)   Kanggo                    ‘untuk’                                    : preposisi
(2)   Mojokake                 ‘memojokkan’             : fungsi predikat
(3)   Iran                          ‘Iran’                           : fungsi objek
Dianggap kluasa terikat karena semua kontituennya hanya mengisi satu fungsi saja, yakni fungsi keterangan diurai lagi terdapat unsur verba mojokake ’memojokkan’ menduduki fungsi predikat dengan argument nomina Iran ‘Iran’ yang menduduki fungsi objek.
Pada kalimat terakhir inilah minat yang sebebnarnya ditujukan oleh penuturnya mulai ditampilkan, yang di dalam judul sengaja disembunyikan, bahwa Iran lah target penyerangan paman sam berikutnya, yang dianggap musuh barunya. Perspektif ini terata rapi dari pemberian judul hingga pemilihan dan penempatan unsur dalam rangkain kalimat yang disampaikan.

2.3 Daya Ikat Konsentensial dalam Paragraf Pada Wacana Berteks Jawa
Ikatan antar kalimat yang ada dalam wacana ditunjukkan melalui alur nak panah. Alur ini menunjukkan keterkaitan kalimat yang satu dnegan kalimat yang lain, dengan kata lain bahwa kalimat yang muncul dipengaruhi oleh kalimat sebelumnya.

Mungsuh anyare Paman Sam
Senyata nuklir

Tembung iki biyen dienggo pawadan kanggo menyerang Irak

Saiki tembung kang padha genti dienggo alasan kanggo mojokake Iran

Keterangan :
                      : terkait dengan
                      : berkorelasi
BAB 3 PENUTUP
1.1  Simpulan
          Minat sebagai realitas yang harus ditangkap ditemukan pada kalimat (3) diakhir paragraf. Pada kalimat inilah minat mulai ditampilkan, yang di dalam judul sengaja disembunyikan untuk menarik minat pembaca. Adapun minta yang disampaikan adalah bahwa Iran lah target penyerangan Paman Sam berikutnya, yang dianggap sebagai musuh barunya.
          Niat yang berkaitan dengan tujuan direalisasikan melalui pemilihan dan penempatan kata dalam rangkain kalimat. Kata yang dipilih cukup sederhana dan mengalami perulangan pada kalimat berikutnya baik dengan cara kesamaan leksikal maupun sinomini.
          Daya ikat konsentesialnya cukup kuat karena kalimat yang muncul dipengaruhi oleh kalimat sebelumnya. Kalimat (1) mempengaruhi kalimat (2), kalimat (2) mempengaruhi kalimat (3), dan kalimat (3) berpengaruh terhadap minat yang disampaikan seperti yang tertera dalam judul paragraf. Daya ikat yang dibangun sangat kuat dapat dianalogikan seperti rantai makanan. Dengan demikian, tujuan yang diharapkan dapat dioptimalkan.

3.2 Saran
Sosok kalimat tampak dalam dua wujud, yakni lisan dan tulisan. Sementara itu, untuk mengetahui struktur kalimat kita perlu menguasai sebuah ilmu yang disebut sintaksis. Sintaksis merupakan cabang ilmu linguistik yang mempelajari struktur kalimat. Penulis menyarankan kepada pembaca agar benar-benar memahami ilmu sintaksis agar mengetahui struktur serta unsur pembangun kalimat. Hal ini penulis sarankan agar kita semua terutama Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia mengetahui bahwa ilmu sintaksis memiliki kedudukan yang penting dalam kehidupan kita sehari-hari terutama bagi Mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.


DAFTAR RUJUKAN
Suryadi, M. 2010. “Pertalian Analisis Sintaksis Pada Bentuk Wacana Berteks Jawa”.