Tinkerbell INFORMASI DARIKU: Teori Retorika
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Sabtu, 29 Maret 2014

Teori Retorika


TEORI RETORIKA
  1. Pengertian Teori Retorika
Teori retorika adalah cara menggunakan seni berbahasa yang berpusat pada pemikiran mengenai retorika (gaya berbahasa/seni berbahasa), yang disebut oleh Aristoteles sebagai alat persuasi yang tersedia. Maksudnya, seorang pembicara yang tertarik untuk membujuk khalayknya harus mempertimbangkan tiga bukti retoris yaitu logika (logos), emosi (pathos) dan etika/kredibilitas (ethos). Khalayak merupakan kunci dari persuasi yang efektif, dan silogisme retoris, yang memandang khalayak untuk menemukan sendiri informasi yang kurang lengkap dari suatu pidato, yang tidak seluruhnya didengar. Sehingga, dapat diambil kesimpulan bahwa teori retorika adalah teori yang yang memberikan petunjuk untuk menyusun sebuah presentasi atau pidato persuasive yang efektif dengan menggunakan alat-alat persuasi yang tersedia.

  1. Asumsi-asumsi  Teori Retorika
Asumsi teori retorika adalah landasanberfikir yand dapat digunakan dalam menggunakan retorika, asumsi teori retorika terdiri atas:


  1. Pembicara yang efektif harus mempertimbangkan khalayak. Asumsi ini menekankan bahwa hubungan antara pembicara-khalayak harus dipertimbangkan. Para pembicara tidak boleh menyusun atau menyampaikan sebuah gagasan atau pidato dengan seni berbahasa yang dimilikinya tanpa mempertimbangkan atau memperhatikan khalayakn, tetapi harus berpusat pada khalayak. Dalam hal ini, khalayak dianggap sebagai sekelompok besar orang yang memiliki motivasi, keputusan, pilihan dan bukan sebagai sekelompok besar orang yang memiliki watak yang sama dan serupa. Asumsi ini menggarisbawahi definisi retorika atau komunikasi sebagai sebuah proses transaksional. Agar suatu pidato efektif harus dilakukan analisis khalayak (audience analysis), yang merupakan proses mengevaluasi suatu khalayak dan latar belakangnya serta menyusun pidato sedemikian rupa sehingga para pendengar memberikan respon sebagaimana yang diharapkan pembicara.
  2. Pembicara yang efektif menggunakan beberapa bukti dalam presentasi. Asumsi ini berkaitan dengan apa yang dilakukan pembicara dalam persiapan penyampaian gagasan atau pidato mereka dan dalam pembuatan pidato tersebut. Bukti-bukti yang dimaksudkan ini merujuk pada cara-cara persuasi yaitu: ethos, pathos dan logos. Ethos adalah karakter, intelegensi, dan niat baik yang dipersepsikan dari seorang pembicara. Logos adalah bukti logis atau penggunaan argument dan bukti dalam sebuah pidato. Pathos adalah bukti emosional atau emosi yang dimunculkan dari para anggota khalayak.

  1. Kanon Teori Retorika
Kanon merupakan tuntunan atau prinsip-prinsip teori retorika yang harus diikuti oleh pembicara agar penyampaian gagasan atau pidato menjadi efektif, yaitu:
  1. Penemuan (invention), didefinisikan sebagai konstruksi atau penyusunan dari suatu argument yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato. Dalam hal ini perlu adanya integrasi cara berfikir dengan argumen dalam pidato. Oleh karena itu, dengan menggunakan logika dan bukti dalam pidato dapat membuat sebuah pidato menjadi lebih kuat dan persuasive.
  2. Pengaturan (arrangement), berhubungan dengan kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan gagasan atau pidato yang disampaikanya. Pidato secara umum harus mengikuti pendekatan yang terdiri atas tiga hal yaitu pengantar (introduction), batang tubuh (body), dan kesimpulan (conclusion). Pengantar merupakan bagian pembukaan dalam suatu pidato yang cukup menarik perhatian khalayak, menunjukkan hubungan topik dengan khalayak, dan memberikan pembahasan singkat mengenai tujuan pembicara. Batang tubuh merupakan bagian isi dari pidato yang mencakup argument, contoh dan detail penting untuk menyampaikan suatu pemikiran. Penutup  atau epilog merupakan bagian kesimpulan isi pidato yang ditujukan untuk merangkum poin-poin penting yang telah disampaikan pembicara dan untuk menggugah emosi khalayak.
  3. Gaya (style), merupakan kanon retorika yang mencakup penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide-ide di dalam sebuah penyampaian  gagasan atau pidato. Dalam penggunaan bahasa harus menghindari glos (kata-kata yang sudah kuno dalam pidato), akan tetapi lebih dianjurkan menggunakan metafora (majas yang membantu untuk membuat hal yang tidak jelas menjadi lebih mudah dipahami). Penggunaan gaya memastikan bahwa suatu pidato dapat diingat ide-ide dari pembicara.
  4. Penyampaian (delivery), adalah kanon retorika yang merujuk pada presentasi nonverbal dari ide-ide pembicara. Penyampaian biasanya mencakup beberapa perilaku seperti kontak mata, tanda vokal, ejaan, kejelasan pengucapan, dialek, gerak tubuh, dan penampilan fisik. Penyampaian yang efektif mendukung kata-kata pembicara dan membantu mengurangi ketegangan pembicara.
  5. Ingatan (memory) adalah kanon retorika yang merujuk pada usaha-usaha pembicara untuk menyimpan informasi untuk sebuah pidato. Dengan ingatan, seseorang pembicara dapat mengetahui apa saja yang akan dikatakan dan kapan mengatakannya, meredakan ketegangan pembicara dan memungkinkan pembicara untuk merespons hal-hal yang tidak terduga.

  1. Jenis-jenis Teori Retorika
Jenis-jenis teori retorika adalah salah satu ragam retorika yang telah dikelompokan berdasarkan fungsinya, situasai yang tepat dan ketepatan menggunakan jenis retorika dalam penyampaian gagasan atau penyampaian pidato, dengan mengetahui  jenis-jenis retorika maka teori retorika akan lebih mudah dipahami dan dilaksanakan bagi orator atau pembicara. Jenis-jenis retorika terdiri atas:
  1. Retorika forensic (forensic rhetoric), berkaitan dengan keadaan dimana pembicara mendorong timbulnya rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak. Pidato forensic atau juga disebut pidato yudisial biasanya ditemui dalam kerangka hukum. Retorika forensic berorientasi pada masa waktu lampau. Contoh retorika forensic yaitu retorika atau seni berbahasa yang digunakan oleh seorang hakim dalam menimbang keputusan tentang salah atau tidak seorang tersangka dalam perkara yang disidangkan dilihat dari perbuatanya di masalalu.
  2. Retorika epideiktik (epideictic rhetoric), adalah jenis retorika yang berkaitan dengan wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan. Pidato epideiktik sering disebut juga pidato seremonial. Pidato jenis ini disampaikan kepada publik dengan tujuan untuk memuji, menghormati, menyalahkan dan mempermalukan. Pidato jenis ini berfokus pada isu-isu sosial yang ada pada masa sekarang.
  3. Retorika deliberative (deliberative rhetoric), adalah jenis retorika yang menentukan tindakan yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh khalayak. Pidato ini sering disebut juga dengan pidato politis. Pidato deliberative berorientasi pada masa waktu yang akan datang. Contohnya pidato yang disampaikan oleh calon ketua partai dalam kampanye.


  1. Kesimpulan
1.      Teori retorika adalah cara menggunakan seni berbahasa yang berpusat pada pemikiran mengenai retorika (gaya berbahasa/seni berbahasa), yang disebut oleh Aristoteles sebagai alat persuasi yang tersedia yaitu ethos, pathos dan logos.
2.      Asumsi teori retorika meliputi: memperhatikan khalayak saat akan berbicara dan menggunakan bukti untuk memperkuat argumen yang dibicarakan.
3.      Kanon atau prinsip teori retorika yaitu:
1)      Penemuan (invention), didefinisikan sebagai konstruksi atau penyusunan dari suatu argument yang relevan dengan tujuan dari suatu pidato.
2)      Pengaturan (arrangement), berhubungan dengan kemampuan pembicara untuk mengorganisasikan gagasan atau pidato yang disampaikanya.
3)      Gaya (style), merupakan kanon retorika yang mencakup penggunaan bahasa untuk menyampaikan ide-ide di dalam sebuah penyampaian  gagasan atau pidato.
4)      Penyampaian (delivery), adalah kanon retorika yang merujuk pada presentasi nonverbal dari ide-ide pembicara.
5)      Ingatan (memory) adalah kanon retorika yang merujuk pada usaha-usaha pembicara untuk menyimpan informasi untuk sebuah pidato.
4.      Jenis-jenis teori retorika terdiri atas:
1)      Retorika forensic (forensic rhetoric) atau pidato yudisial, berkaitan dengan keadaan dimana pembicara mendorong timbulnya rasa bersalah atau tidak bersalah dari khalayak.
2)      Retorika epideiktik (epideictic rhetoric), adalah jenis retorika yang berkaitan dengan wacana yang berhubungan dengan pujian atau tuduhan.
3)      Retorika deliberative (deliberative rhetoric), adalah jenis retorika yang menentukan tindakan yang harus dilakukan atau yang tidak boleh dilakukan oleh khalayak.


Daftar Rujukan
Adriyanto, Krisna.2010. “Teori Komunikasi:Retorika Aristoteles”. http://mysteriouxboyz90.blogspot.com/2010/08/teori-komunikasi-retorika-aristoteles.html. Jumat, 06 Agustus 2010. 15.17 WIB.
Setiano, Yearry Panji. 2008. “Teori Retorika Aristoteles” http://yearrypanji.wordperr.com/2008/04/26/teori-retorika-aristoteles. 2008.
Harmayani. 2012. “Retorika dalam Teori Komunikasi”. http://gunnaharmyani.blogspot.com/2012/06/retorika-dalam-teori-komunikasi.html. 10 Juni 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar