Tinkerbell INFORMASI DARIKU: Analisis Cerpen Berideologi Gender 'Dari Perselingkuhan Suamiku'
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Rabu, 04 Juni 2014

Analisis Cerpen Berideologi Gender 'Dari Perselingkuhan Suamiku'


BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Analisis gender merupakan analisis yang dianggap baru dan mendapat tanggapan positif akhir-akhir ini. analisis gender turut mempertajam analisis-analisis sosial yang telah ada. Analisis gender berkembang berkat gerakan perempuan atau feminisme.
Menurut Saptari dan Holzner dalam Darma (2009:194) ada dua tujuan kajian perempuan atau analisis gender yaitu sebagai berikut. (1) untuk memperoleh pemahaman tentang perkembangan mekanisme hubungan yang asimetris atas dasar jenis kelamin, ras dan kelas dalam suatu masyarakatdan pelestarianya. (2) Untuk mencari  strategi mengubah situasi tersebut ke situasi yang mewujudkan hubungan yang lebih simetris.
Berdasarkan fenomena dalam latar belakang yang telah penulis uraikan terdahulu maka, analisis gender pada sebuah wacana perlu dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah ideologi gender dalam sebuah teks sastra seperti cerpen, novel, dan roman. Dengan demikian penulis beranggapan bahwa dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” terdapat ideologi gender. Ideologi gender tersebut bisa berupa kesetaraan gender, ketidakadilan gender atau ketimpangan gender.
1.2  Masalah
Berdasarkan fenomena dan latar belakang yang telah penulis uraikan terdahulu maka dapat diformulasikan masalah dalam analisis gender ini sebagaiberikut.
  1. Apakah yang Dimaksud dengan Analisis Wacana Kritis?
  2. Bagaimanakah Model Analisis Wacana Kritis Sara Milis?
  3. Bagaimanakah Model Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough?
  4. Bagaimanakah Analisis Wacana Kritis pada Cerpen Berideologi Gender “Dari Perselingkuhan Suamiku”?
1.3  Tujuan
  1. Untuk Mengetahui Analisis Wacana Kritis.
  2. Untuk Mengetahui Model Analisis Wacana Kritis Sara Milis.
  3. Untuk Mengetahui Model Analisis Wacana Kritis Norman Fairclough.
  4. Untuk Mengetahui Hasil Analisis Wacana Kritis pada Cerpen Berideologi Gender “Dari Perselingkuhan Suamiku”.

BAB 2 PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Analisis Wacana Kritis
Analisis Wacana kritis berideologi gender. Analisis gender merupakan analisis yang dianggap baru dan mendapat tanggapan positif akhir-akhir ini. analisis gender turut mempertajam analisis-analisis sosial yang telah ada. Analisis genderberkembang berkat gerakan perempuan atau feminisme.
Pemanfaatan Analisis Wacaba Kritis selanjutnya disebut AWK didasarkan atas pandangan bahwa wacana sastra dapat dipandang sebagai wacana. AWK mempelajari tentang dominasi suatu ideologi serta ketidakadilan dijalankan dan dioperasikan melalui wacana. AWK melihatwacana sebagai bentuk dan praktik sosial (Fairclough dalam Darma 2009:195).
Ada beberapa model AWK yang dilakukan oleh para ahli analisis wacana. Dalam penelitian ini akan dibahas dua model, yaitu model yang dikemukakan oleh Sara Milis dan Norman Fairclough. Model ini diambil berdasarkan kenyataan bahwa wacana cerpen berideologi gender akan dapat dikupas dengan lebih mendalam.
Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan. Sifat dikonstruksikan secara sosial dan kultural. Perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan yang dikonstruksikan secara sosial bukan kodrat atau ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia melalui proses sosial yang panjang.

2.2  Model AWK Sara Milis
a.       Posisi Subjek dan Objek
Milis menempatkan presentasi sebagian penting dari analisisnya, yaitu bagaimana satu pihak, kelompok, orang, gagasan atau peristiwa ditampilkan secara tertentu dalam wacana yang memengaruhi pemaknaan ketika diterima oleh pembaca.gagasan Milis berbeda dengan linguistis kritis. Linguis kritis memusatkan perhatian pada struktur kata, kalimat, atau kebahasaan, dan pengaruhnya pada pemaknaan pembaca. Sedangkan milis melihat pada bagaimana posisi dari berbagaifaktor sosial, posisi gagasan, atau peristiwaitu ditempatkan pada wacana.
b.      Posisi pembaca
Posisi pembaca diperkenalkan oleh Milis sebagai sesuatu yang penting. Milis berpandangan bahwa posisi pembaca harus diperhitungkan. Milis menolak pandngan paraahli yang menempatkan dan mempelajari konteks sisi penulis saja, semantara sisi pembaca diabaikan.
Pembaca tidaklah dianggap pihak yang hanya menerima teks, tetapi juga ikut melakukan transaksi. Kelebihan model ini yaitu: (1) secara komperhensif melihat teks bukan hanya berhubungan dengan faktor produksi tetapi juga resepsi, (2) posisi pembaca ditempatkan pada posisi penting teks secara langsung berkomunikasi dengan penulis.
Konteks analisis wacana Sara Milis


 


Kerangka Analisis Milis
Tingkat
Yang Ingin Dilihat
Posisi  subjek penceritaan-objek penceritaan
Bagaimana peristiwa dilihat, dari kacamata siapa peristiwadilihat, siapa yang diposisikan sebagai subjek dan siapa yang menjadi objek yang diceritakan. Apakah masing-masing aktor dan kelompok sosial mempunyai kesempatan untuk menampilkan dirinya sendiri, gagasanya, dan kehadiranya, ataukah ditampilkan oleh orang/kelompok lain.
Posisi penulis-pembaca
Bagaimana posisi pembaca di tampilkan dalam teks. Bagaimana pembaca memosisikan dirinya dalam teks yang ditampilkan. Kepada kelompok manakah pembaca mengidentifikasi dirinya.

2.3  Model AWK Norman Fairclough
Model AWK yang dikemukakan oleh Fairclough pada dasarnya menganalisis wacana dalam tiga dimensi yaitu sebagai berikut. (1) datalinguistik, (2) praktik-praktik diskursif dan (3) praktik-praktik sosial. Komponen linguistik dan sosial dianggap mempunyai hubungan timbal balik. Untuk mengeksplorasihubungan ini, AWK mengungkap tiga tahap analisis, yaitu deskripsi, interpretasi daneksplanasi.
Tahap deskripsi adalahanalisis linguistik terhadap teks. Pada tahap ini AWK menganalisis tiga area besar yaitu kosakata,tatabahasa, dan struktur teks. Tahap interpretasi dan eksplanasi berangkat dari asumsi bahwa hubungan antara teks dengan struktur sosial bersifat tidak langsung. Hubungan tidak langsung tersebut harus dijembatani oleh wacana, tempat teks itu berkait dan juga oleh konteks sosial dari kemunculan wacana tersebut. Mediasi oleh wacana merupakan kajian interpretasi sedangkan midiasioleh konteks sosial merupakan kegiatan tahap eksplanasi.
Interpretasi terhadap teks melibatkan dua elemen dasar, yaitu teks dan penafsiranya. Interpretasi muncul lewat kombinasi antara apa yang terdapat pada teks dengan apa yang ada di kepala penafsirnya. Ada pun ciri-ciri fisik dari teks, dijadikan petunjuk yang menstimulasi penafsir mengenali dari memori pengetahuanya yang relevan dengan teks.
Tahap eksplanasi mengkaji hubungan antara teks denganstruktur sosial lewat mediasi konteks sosial tempat terciptanya wacana. Tahap ini bertujuan untuk menempatkan wacana sebagai bagian dari proses sosial. Karena fokus yang ditarik dalamAWK ini adalah kekuasaan maka yang ditarik-uluradalah kekuasaan.
2.4  Modifikasi Model Analisis Wacana Kritis
Pola AWK yang dimodifikasi ini berbentuk model untuk menganalisis wacana-wacana kritis. Pola ini dilatarbelakangi oleh pola AWK Sara Milis dan Norman Fairclough. Model AWK ini bisa digunakan di setiap wacana yang mempresentasikan kekuasaan, contohnya politik, ras, hegemoni. Kelas sosial, gender, dan lain-lain.
1.      AWK merupakan media wacana yang akan dianalisis
2.      Kriteria ideologi, tentukan kriterianya mengapa media wacana itu ditentukan.
3.      Wacana-wacana kritis, tentukan media wacana yang akan dianalisis.
4.      Medan wacana teks/wacana kritis
5.      Subjek penceritaan
6.      Objek penceritaan
7.      Deskripsi bahasa
8.      Interpretasi
9.      Eksplanasi.
Model analisis wacana kritis ideologi gender


 




Untuk melakukan AWK diperlukan beberapa keterampilan. Analisis yang terbaik tergantung pada perspektif serta interpretasai penganalisis sendiri yang dilatarbelakangi ilmu pengetahuan yang luas dan nalar yang memadai. Metode akan muncul sewaktu penganalisisan memusatkan pemikiran untuk melakukan AWK.
Ada pun langkah-langkah untuk melakukan analisis ideologi gender yaitu: (1) pembacaan secara kritis-kreatif terhadap sumber data. (2) pengidentifikasian data dalam hal ini yang sudah diberi kode. (3) penyajian data yang telah diidentifikasi adanya ideologi gender yang meliputi profil gender dan identitas gender, peran gender dan relasi gender, jenis ideologi genderdan ketidakadilan gender (4) penafsiran makna. Dan (5) menyimpulkan makna, dan (6) hasil profil gender dan identitas gender, peran gender dan relasi gender, jenis ideologi genderdan ketidakadilan gender.

2.4 Analisis Wacana Kritis Dalam Kajian Cerpen Berideologi Gender
  1. Cerpen Berideologi Gender
Cerpen yang akan dianalisis di bawah  ini adalah cerpen karya Nensinur  dengan jiudul “Dari Perselingkuhan Suamiku” yang diposting pada blognya dengan alamat http://diksi28.blogspot.com/2011/12/dari-perselingkuhan suamiku.html pada hari Senin, 26 Desember 2011. Alasan dipilihnya cerpen ini sebagai karya sastra juga diharapkan akan mengungkap permasalahan perempuan dengan gamblang dan transparan dalam menggambarkan persoalan ideologi gender dan ketidak adilan gender. Analisis ideologi gender dalam cerpen ini menggunakan pisau bedah AWKIG (Analisis Wacana Kritis Ideologi Gender) sebagai berikut.
Identitas cerpen berideologi gender
Judul               : “Dari Perselingkuhan Suamiku”
Pengarang       :  Nensinur
  1. Ikhtisar
Cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” bercerita tentang kehidupan seorang pemuda tampan yang mencintai dua gadis sampai berkeluarga. Galang dan andin adalah sepasang kekasaih yang saling mencintai. Namun setelah delapan tahun menjalani masa pacaran ternyata galang hanya memiliki rasa kasihan kepada Andin yang hidup sebatangkara karena ia seorang anak tunggal yang kedua orangtuanya telah meninggal. Di sela-sela kesedihan Andin karena baru saja kehilangan Ibunya, Galang mengizinkan Andin berlibur ke Kuala lumpur.
Selamaberjam-jam Galang menunggu kepaulangan Andin dari Kuala lumpur ia bertemu dengan seorang gadis bernama Alika secara tidak sengaja. Galang tersentak merasa kesakitan karena sepatu berhak tinggi yang dipakai Alika mengijakkaki kiri Galang. Ternyata galang dan Alika saling mengenal. Antara keduanya seperti terdorong oleh kekuatan gaib sehingga mereka langsung berpelukan ketika keduanya menyatakan saling mengenal.
Dalampertemuan itu, galang berbohong kepada Alika. Sebenarnya Galang tidak menunggu teman bisnis tetapi menunggu kekasihnya, Andin. Pertemuan itu semakin sering mereka lakukan tanpa sepengetahuan Andin karena kebohongan yang Galang Lakukan.
Sepulang Andin dari Kualalumpur, ia menginginkan Galang mampir kerumahnya. Namun Galang beralasan tidak bisa lama-lama sebab ia sudah berjanji pada Alika untuk bertemu di sebuah Restoran yang mewah di kota itu. dengan ketulusan sepenuh hati, Andin tidak menaruh rasacurigasedikitpun kepada Galang. Ia memaklumi profesi Galang sebagai pengusaha yang sukses. Andin menyiapkan jas dan sepatu untuk dipakai galang. Jas dan sepatu itu adalah oleh-oleh yang ia bawa untuk Galang dari Kualalumpur.
Beberapa tahun kemudian, Andin dan Galang resmi menikah atas permohonan Ibu Andin sebelum meninggal karena terserang kangker. Pada usia tiga bulan pernikahanya dengan Galang, Andin kembali menangis dalam pelukan Galan di rumahsakit. Andin terserang penyakit kista yang menyebabkan rahimnya yang sedang mengandung janin berusia enam Minggu harus diangkat. Selain kehilangan calon anak Andin juga kehilangan kesempatan untuk mengandung lagi.
Kehidupan rumah tangga Andin dan Galang menjadi tidak romantis. Andin sering pulang malam dan Galang juga selalu sibuk dengan pekerjaanya di Singapura. Suatu malam Andin pulang membawa bayi yang ia adopsi tanpa sepengetahuan Galang dan Galang tak merespon tindakan Andin tersebut. Bayi itu bernama  Raheila.
Suatu hari, Andin menelfon Galang meminta di antar ke rumah sakit karena Rahelia tiba-tiba demam. Namun galang tidak juga pulang apalagi mengantar Andin. Andin pun memutuskan membawa Rahel ke rumah sakit.  Selama Andin di rumah skit ia lupa bahwa ia adalah seorang Dosen yang menjadi pembimbing Mahasiswanya menyusun Tesis sehingga Mahasiswa Andin menyusul Andin ke rumah sakit. Galang merasa marah kepada andin dan menyuruh Andin pulang dengan alasan Mahasiswanya datang meminta untuk dibimbing dalam membuat Tesis. Di sela kesedihan Andin menanti kesembuhan Rahel di rumah sakit, ia mendenga rseorang wanita menggendong bayi berusia mingguan sedang menelfon dan memanggil nama Galang suaminya. Andin tetap tidak curiga, malah ia membodohkan dirinya sendiri dengan alasan laki-laki bernama galang bukan hanya suaminya.
Selama Rahel di rumahs akit, Andin tinggal di rumah sepupunya bernama Dinda. Galang terus menyuruh Andin pulang namun Andin berhenti berkomunikasi dengan galang. Dinda yang melihat sepupunya bersedih mengajak Andin menghadiri acara sukuran atas kelahiran anak temanya. Sesampainya di rumah teman Dinda, Andin merasa sudah mengenal teman Andin karena dia adalah wanita yang membuyaran konsentrasinya saat di rumah sakit. Teman Dinda bernama Alika. Sebelum acara dimulai Dinda menanyakan suami Alika yang tidak pernah dilihtnya. Namun sebelum suami Alika sampai tiba-tiba Rahel demam dan menangis didekapan Andin. Andin meminta Dinda untuk segera pulang dan mengantarnya ke rumah sakit. Sebelum keluar dari halaman rumah Alika, Dinda melihat sedan silver yang pengemudinya memiliki wajah yang tidak asing bagi Dinda.
Ternyata, Rahel meninggal. Andin terus bersedih dan Dinda terus menenangkan Andin. Di tengah perjalanan pulang dari pemakaman Rahel terjadi kemacetan yang amat luar biasa. Andin bertanya kepada supirnya. Supirnya menjelaskan ada kecelakaan suara letupan keras dari sedan silver yang terjungkir. Riuh gemuruh masyarakat meminta tim evakuasi memecahkan kaca sedan tersebut karena mereka mengetahui ada bayi di dalamnya. Supirnya berteriak memberi tahu bahwa yang mengalami kecelakaan adalah majikanya, suami Andin bersama Alika dan bayinya. Tidak lain dan tifak bukan ternyata penyebab kecalakaan itu adalah Dinda yang merasa benci kepada Galang dan Alika. Dinda pun menyerahkan diri kepada polisi dan menyatakan semoga Anjelita dapat menggantikan Dinda dan Galang dalam hidup Andin.
  1. Profil Gender dan Identitas Gender
Pengarang dalam cerpen ini berperan sebagai pengamat. Profil yang dipresentasikan dalam cerpen ini ialah dua gadis sebagai wanita karir dan seorang lelaki pengusaha.
  1. Gadis pertama bernama Andin. Profil Andin digambarkan sebagai seorang gadis berparas anggun dan berpenampilan santun dan sederhana. Andin adalah seorang dosen di sebuah universitas ternama Jakarta. Dalam cerpen ini Andin sebagai pemeran utama. Pernyataan tentang Andin terdapat pada paragraf ke tiga dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Seorang gadis berparas anggun dan berpenampilan santun menyambutnya di tangga teras dengan senyum sedikit dipaksakan. Gadis itu tampak lebih dewasa dari usianya yang kira-kira duapuluh limatahunan, tampak dari penampilannya yang masih berseragam dosen sebuah universitas ternama di kota itu. Potongan rambutnya yang sederhana ditambah wajahnya yang agak pucat semakin mempersendu pandangan siapapun di sekelilingnya.(paragraf 3)

  1. Sementara itu, gadis ke dua bernama Alika. Profil Alika digambarkan oleh pengarang sebagai seorang gadis berparas cantik yang ahli di bidang kesting karena ia menyelesaikan kuliahnya pada jurusan kesting di jerman. Alika dalam cerpen ini berperan sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Alika terdapat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” paragaraf ke delapan saat pertemuan antara Alika dengan Galang dan pada paragraf ke delapanbelas.

Galang tampak takjub dengan pertemuannya dengan gadis cantik bernama Alika itu.(paragraf 8)
“Ya, aku memang ke Jerman, aku kuliah dan ambil jurusan kesting.”(paragraf 18)

  1. Selanjutnya profil tokoh laki-laki dalam cerpen ini yaitu Galang. Profil galang oleh pengarang digambarkan sebagai seorang laki-laki yang pekerja keras, penyayang, cuek serta pembohong sebagai tokoh tambahan. Galang juga seorang pengusaha di perusahaan minyak. Ia membagi cintanya untuk Andin dan Alika. Andin adalah kekasihnya selama delapan tahun dan menjadi istri pertama Galang. Alika adalah adik kelas di SMA Galang sekaligus teman sepesial baginya dan menjadi istri kedua Galang. Peryataan tentang galang tercantum dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.

Galang tampak bingung, memang sudah seminggu ini dia harus membagi perhatian antara pekerjaan dengan kesibukan menemani Andin yang kehilangan mamanya.(paragraf 5)
Sesudah mengantarkan Andin sampai di rumahnya, Galang langsung menuju kantor, setumpuk pekerjaan dia selesaikan lebih cepat seakan berlomba dengan parakariawannya.(paragraf 10)
Galang pun tampak tak merespon hangat keputusan sepihak isterinya itu, dia tampak acuh bahkan sepertinya tak peduli tindakan apapun yang dilakukan Andin.(‘paragraf 22)
“A, Aku sedang nunggu teman, dia teman bisnisku dari, eh, Kualalumpur”, Dengan sedikit gugup Galang berbohong. (paragraf 8)

  1. Mulan, profil Mulan pengarang gambarkan sebagai gadis muda dan cantik sebagai sekretaris galan di perusahaanya. Mulan dalam cerpen ini sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Mulan terdapat pada paragraf ke dua.

“Mulan! Saya harus pulang, agenda tamu yang tersisa kensel jadi besok pagi yah”! Sambil merapikan jasnya lelaki tampan itupun berpamitan pada sekretarisnya yang melongok di depan pintu. Gadis muda nan cantik itupun hanya mengangguk.(paragraf 2)

  1. Dinda, profil Dinda oleh pengarang digambarkan sebagai gadis yang suka menghibur, menghormati yang lebih tua dan gadis yang cantik dan sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Dinda terdapat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.

“Sudah mbak! Jangan ditangisi terus mas Galang, mungkin dia sedang banyak masalah pekerjaan”! Hibur Dinda adik sepupu Andin yang meninggali rumah itu.(paragraf 31)
Tak mereka sadari sedari tadi tiga orang polisi berjaga di belakang mereka.“Ada keterangan yang belum jelas pak”? Tanya Andin heran melihat para polisi itu. “Tidak bu! Saya ada keperluan dengan saudari Dinda”. “Ada apa dengan saudara saya”? “Biar Dinda sendiri yang menjelaskannya bu”! Andin menatap mata Dinda yang sendu. Gadis Cantik yang sangat menghormatinya itu tampak tenang, didekatinya Andin, diciumnya keningnya dengan lembut. “Mudah-mudahan Anjel bisa jadi pengganti aku dan mas Galang di hidupmu mbak”. Tak sempat berkata, Dinda menyerahkan kedua tangannya pada polisi untuk kemudian punggungnya menghilang di balik pintu mobil baja.(paragraf 40)
  1. Rama, profil Rama dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” oleh pengarang digambarkan sebagai mahasiswa yang  tampan, cerdas dan penyabar serta sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Rama terdapat pada cerpen “ Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Rama salah satu mahasiswa yang sedang menyusun tesis itu memang tanggung jawabnya sebagai dosen pembimbing. Pemuda tampan nan cerdas itu kini telah sampai di Jakarta sehubungan belum ditandatanganinya lembar pengesahan tesis yang akan disidangkannya akhir minggu ini. “Kalau begitu saya permisi bu! Maaf saya mengganggu kesibukan ibu di sini”!
  1. Rahelia, profil Rahelia oleh pengarang digambarkan sebagai bayi yang diadopsi oleh Andin dan sakit-sakitan sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang Rahelia terdapat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Hingga suatu hari Andin pulang sambil membawa sesosok bayi yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan.(paragraf 6)
“Kenapa dengan Rahel mbak”? Dinda memandang wajah Rahel yang pucat dan menangis keras di pangkuan Andin. “Aku juga gak tahu Din, mungkin Rahel sakit lagi, bibirnya aja membiru gini”.(paragraf 34)
  1. Ajenjelita, profil Anjelita oleh pengarang digambarkan sebagai bayi Alika dan Galang sebagai tokoh tambahan. Pernyataan ini terdapat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
“Halo! Mas Galang! Aku udah selesai periksa Enjel nih! Mas jemput sekarang yah”! Wanita cantik yang sedang bicara di telpon itu tampak melangkah pergi, di belakangnya seorang perawat menggendong sesosok bayi yang masih merah, mungkin bayi perempuan itu berusia sekitar satu minggu.(paragraf 26)
  1. Suster, profil suster oleh pengarang digambarkan sangat ramah dan melayani pasien dengan baik dan sebagai tokoh tambahan. Pernyataan tentang suster dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
“Maaf Bu, bayi ibu harus ditangani dokter yang sudah terbiasa menanganinya, karena penyakit bayi ibu ini tidak bisa ditangani oleh sembarang dokter, sebaiknya ibu membawa dia pada dokter yang sejak lahir merawatnya”. Tapi saya tidak tahu dokternya Sus, sebab saya baru mengadopsi dia seminggu yang lalu”. Jawab Andin tampak panik. “Dokter yang merawat bayi ini dokter Renaldi, tapi dia sudah dipindahkan ke rumahsakit anak di Jakarta”.(paragraf 6)
  1. Polisi, profil polisi dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” berperan sebagai tokoh tambahan.

  1. Peran Gender dan Relasi Gender
Dari pemerian cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” tergambar bahwa peranan tokoh utama Andin berperan ganda. Yakni berperan sebagai ibu rumah tangga, dalam arti harus mengurus rumah tangganya dan bekerja sebagi seorang dosen di Universitas ternama di Jakarata. Andin bekerja sebagai dosen karena melanjutkan pekerjaanya sebelummenikah dengan Galang. Dalam penggambaranya pengarang mengondisikan Andin berperan ganda sebagai tuntutan zaman yang semakin maju.
Pekerjaan Alika (istri ke dua Galang) sebagai ibu rumah tangga yang sangat menyayangi suami dananaknya. Sikapnya yang manja dan lembut terhadap semua orang. Pengarang mengondisikan peran Alika sebagai ibu rumah tangga yang sempurna bagi Galang.
Pekerjaan Galang (suami Andin) sebagai pengusaha minyak di Singapur. Galang menjadi kurang perhatian bahkan cuek kepada Andin karena pertemuanya dengan Alika serta kebencianya kepada Andin yang tidak dapat memberi anak untuknya. Selain itu, Galang juga membagi cintanya untuk Andin dan Alika. Dalam penggambaranya, pengarang mengondisikan peran Galang sebagai laki-laki yang bertanggungjawab namun pembohong.
Pekerjaan tokoh tambahan Mulan dalam cerpen ini sebagai sekretasis Galang. Pengarang mengondisikan peran Mulan sebagai sekretaris Galang yang membantu pekerjaan galang di kantor.
Pekerjaan tokoh tambahan Dinda dalam cerpen ini sebagai sepupu Andin. Pengarang mengondisikan peran Dinda sebagai sosok yang menguatkan hati Andin. Selain itu, Dinda juga merupakan tokoh yang menyelesaikan permasalahan antara Andin, Alika dan Galang.
Pekerjaan tokoh tambahan Rama dalam cerpen ini sebagai mahasiswa Andin. Pengarang mengondisikan peran Rama sebagai mahasiswa Andin yang tampan dan cerdas. Selainitu juga mengondisikan Rama  pada tuntutan zaman maju dalam bidang pendidikan.
Peran tokoh tambahan Rahelia dan Anjelita. Pengarang menggambarkan peran Rahelia sebagai anak angkat Andin dan Galang. Sedangkan Anjelita sebagai anak Alika dengan Galang yang akhirnya menjadi anak yang di asuh oleh Andin.
Tokoh tambahan suster dalam cerpen ini bekerja di rumah sakit. Pengarang mengondisikan peran suster sebagai tuntutan bidang kesehatan yang modern. Dan tokoh polisi dalam cerpen ini dikondisikan oleh pengarang sebagai perkembangan zaman yang maju di bidang keamanan.

  1. Jenis Ideologi Gender dan Ketidakadilan Gender
Cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” ini membahas tentang representasi posisi berbagai aktor sosial, posisi gagasan, dan peristiwa. Berdasarkan analisis wacana kritis ideologigender pada cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” representasi ideologi dalam cerpen tersebut menampilkan Andin dan Alika sebagai “objek” penceritaan dan Galang sebagai Subjek penceritaab. Dalam cerpen tersebut pengarang Nensinur berperan sebagai pengamat yang mengamati kehidupan tokoh-tokoh dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku”. Selain itu, pengarang juga mengungkap jenis-jenis ideologi gender dari cerpen tersebut.
  1. Idiologi Partiarki
Andin sebagai tokoh utama memiliki peran ganda. Yakni sebagai ibu rumah tangga sekaligus sebagai dosen yang membantu suami mencari nafkah. Hal ini Andin lakukan karena melanjutkan pekerjaanya sebagai Dosen di sebuah Universitas ternama di Jakarta sebelum menjadi istri Galang.
Dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” tokoh Andin menampilkan dirinya sendiri sebagai ibu rumah tangga yang mengurus anak angkatnya dan menjadi seorang dosen di Universitas ternama di Jakarta. Selain itu, Andin juga menampilkan keinginanya bersama sang suami yang dicintainya. Hal ini tercantum dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Seorang gadis berparas anggun dan berpenampilan santun menyambutnya di tangga teras dengan senyum sedikit dipaksakan. Gadis itu tampak lebih dewasa dari usianya yang kira-kira duapuluh limatahunan, tampak dari penampilannya yang masih berseragam dosen sebuah universitas ternama di kota itu. Potongan rambutnya yang sederhana ditambah wajahnya yang agak pucat semakin mempersendu pandangan siapapun di sekelilingnya.(paragraf 3)
“Sudah seminggu Mama pergi, tapi aku masih begini mas, aku masih saja terpukul, bahkan saat mengawasi mahasiswaku ujian saja aku sulit sekali konsentrasi”.(paragraf 5)
Di tempat yang berbeda, Andin tengah panik merawat bayinya yang mendadak demam tinggi. ....”(paragraf 24)
Andin tampak terkantuk-kantuk di kursi depan ruangan tempat bayinya tengah diperiksa, sudah dua hari dia di Jakarta dan mengurusi bayi itu. Tiba-tiba dia merasa sangat kangen dengan Galang,sudah berpuluh kalinya dia menelpon Galang tapi tak pernah nyambung.(paragraf 25)
Tingkah lau Galang yang berubah menjadi cuek , pemarah dan suka membentak Andin, membuat Andin ingin berhenti berkomunikasi dengan Galang.
“Mas! Kamu dari mana aja sih? Kok kamu gak ada kabar”?  “Kan aku udah bilang! Kamu sebaiknya pulang ke Surabaya! Memangnya aku gak tahu kalau mahasiswa kamu sampai datang ke sini menyusul? Itu artinya kamu sudah menelantarkan mereka Andin”! Hardik Galang dengan wajah tak suka. “Tapi kamu gak usah marah-marah begitu mas! Aku kan udah bilang kondisi Rahel sekarang gak memungkinkan dirawat di Surabaya”! Andin tak mau kalah dengan hardikan suaminya. “Ah! Terserah lah! Pokoknya aku gak mau tahu! Secepatnya kamu harus pulang ke Surabaya”! “Mas! Kamu mau kemana lagi sih? Kamu kan baru aja datang”! Andin mengejar Galang yang sudah menstater mobilnya, tapi Galang tak peduli, dia buru-buru meninggalkan rumah itu tampa menoleh sedikitpun pada Andin. (paragraf 30)

 “....Galang luar biasa marah, dia terang-terangan meminta agar Andin kembali ke Surabaya secepatnya dengan alasan dokter di Surabayapun masih banyak yang mampu. Untuk beberapa waktu Andin tak lagi menghubungi Galang yang dianggapnya sudah keterlaluan itu.”

Gambaran tokoh Galang melakukan ketidak adilan gender. Ketidakadilan yang Galang lakukan yaitu berselingkuh bahkan menikah dengan Alika dan mempunyai anak  tanpa sepengetahuan Andin. Hal ini tersirat dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Seorang gadis cantik duduk di meja yang menghadap ke luar jendela. Senyumnya mengembang saat Galang memasuki restoran dan mendekatinya. “Alika! Sudah lama menunggu yah”? Dia menarik kursi di depan Alika. “Belum lama kok mas”, sambil tersipu dia menerima uluran bukep mawar merah dari tangan Galang. “Mudah-mudahan bunganya suka ya Lika”? (paragraf 17 menggambarkan perselingkuhan Galang)
Malam itu dia tampak berdiri anggun di teras rumah, rambutnya terurai di pinggang tampak tergerai tertiup angin. Senyum manisnya mengembang saat mobil suaminya memasuki pekarangan rumah. Sebuah kado cantik tampak di tangannya saat keluar dari dalam mobil itu.  “Sudah bawa kado lagi? Gak bosen beli kado terus”? sambutnya manja saat lelaki itu menaiki anak tangga. “Kado ini khusus untuk ibunya, yang kemarin-kemarin kan untuk jagoan kecil papa”! lelaki itu mengusap perut wanita itu sambil menggandengnya memasuki rumah.(paragraf 23, secara tersirat menggambarkan hubungan pernikahan Galang dengan Alika)

  1. Idiologi Familialisme
Sebagai seorang istri, Andin adalah seorang perempuan yang sangat bertanggungjawap terhadap kehidupan rumahtangganya. Karena suaminya sibuk bekerja dan tidak memiliki banyak waktu untuk dirinya dan anakangkatnya, Andin senantiasa selalu menjaga keharmonisan keluarganaya. Andin selalu menanyakan kabar Galang yang kadang tidak jelas dimana posisinya dan selalu merawatanak angkatnya yang sakit-sakitan.
Peran ganda Andin sebagai dosen dan Ibu rumah tangga tidak dihargai oleh Galang. Hal ini terbukti ketika Andin membutuhkan Galang saat anaknya sakit. Galang memarahi Andin dan lebih memilih menjemput istri keduanya Alika yang jelas-jelas berada di rumah sakit yang sama dengan Andin tanpa sepengetahuan Andin. Pernyataan ini terbukti dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” sebagai berikut.
Pernah suatu hari dia menelpon kantor Galang di Surabaya dan kebetulan hari itu Galang sedang ada, Andin meminta Galang untuk menyusulnya ke Jakarta, namun tak disangkanya, reaksi Galang luar biasa marah, dia terang-terangan meminta agar Andin kembali ke Surabaya secepatnya dengan alasan dokter di Surabayapun masih banyak yang mampu.(paragraf 28)
“Halo! Mas Galang! Aku udah selesai periksa Enjel nih! Mas jemput sekarang yah”! Wanita cantik yang sedang bicara di telpon itu tampak melangkah pergi, di belakangnya seorang perawat menggendong sesosok bayi yang masih merah, mungkin bayi perempuan itu berusia sekitar satu minggu. “Mas Galang”? perempuan itu menyebutkan nama mas Galang? Ah! Bodoh benar aku ini, nama Galang kan ada beribu di dunia ini”, Gumamnya dalam hati meskipun batinnya sedikit teriris mengingat Galang suaminya telah banyak berubah. (paragraf 26)

  1. Ideologi Ibuisme
Munculnya simbol “Ibu” kemudian diikuti  dengan paham “Ibuisme”. Paham ini membawa arti sempit terhadap peran perempuan karena perananya dibatasi oleh hal-hal mengenai rumahtangga. Ideologi ibuisme menuntut perempuan berperan sebagai ibu yang baik, pendamping suami yang baik, mengurus anak dan ikut mencari nafkah tambahan. Memosisikan perempuan seperti itu menunjukan adanya diskriminasi terhadap kehidupan perempuan. Sebab, tidak ada tuntutan sebanyak itu untuk laki-laki dalam keluarga. Laki-laki hanya berperan sebagai kepala keluarga dan pencari nafkah.
Dalam cerpen ini tergambar sangat jelas peran Andin sebagai seorang ibu yang baik, mendampingi suami, mengurus anak serta ikut mencari nafkah. Berbeda dengan tokoh Alika yang berperan sebagai selingkuhan dan istri ke dua Galang. Alika hanya mendampingi suami dan mengurus anak tanpa ikut serta mencari nafkah atau tanpa memiliki peran ganda dalam rumah tangga.
Penggambaran tokoh Galang dalam pemberian penghargaan terhadap ideologi ibuisme yang dilakukan oleh Andin tidak pernah ia hargai. Hal ini terbukti dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” dimulai dari paragraf duapuluh dua yang menyatakan kecuekan dan ketidak acuhan Galang atas keinginan andin sebagai seorang ibu yang menginginkan seorang anak sampai paragraf ke tiga puluh (bisa di baca pada lampiran) yang menyatakan kerinduan andin pada suaminya, Galang.
Penghargaan tersebut ditukar dengan ketidak adilan gender oleh galang. Galang memilih pergi ke rumah istri ke duanya, Alika. Perselingkuhan antara Galang dan Alika tidak pernah Andin ketahui meski ada sedikit rasa curiga kepada Alika karena penggunaan nama Aditama sebagai akhiran nama anjelita anak Alika. Dari perselingkuhan galang dan Alika akhirnya Andin mendapat seorang anak hasil kebohongan suaminya.
“Mas! Kamu dari mana aja sih? Kok kamu gak ada kabar”?  “Kan aku udah bilang! Kamu sebaiknya pulang ke Surabaya! Memangnya aku gak tahu kalau mahasiswa kamu sampai datang ke sini menyusul? Itu artinya kamu sudah menelantarkan mereka Andin”! Hardik Galang dengan wajah tak suka. “Tapi kamu gak usah marah-marah begitu mas! Aku kan udah bilang kondisi Rahel sekarang gak memungkinkan dirawat di Surabaya”! Andin tak mau kalah dengan hardikan suaminya. “Ah! Terserah lah! Pokoknya aku gak mau tahu! Secepatnya kamu harus pulang ke Surabaya”! “Mas! Kamu mau kemana lagi sih? Kamu kan baru aja datang”! Andin mengejar Galang yang sudah menstater mobilnya, tapi Galang tak peduli, dia buru-buru meninggalkan rumah itu tampa menoleh sedikitpun pada Andin.(paragraf 30)
. “... “Mudah-mudahan Anjel bisa jadi pengganti aku dan mas Galang di hidupmu mbak”. Tak sempat berkata, Dinda menyerahkan kedua tangannya pada polisi untuk kemudian punggungnya menghilang di balik pintu mobil baja.” (paragraf 40).

  1. Ideologi Umum
Ideologi umum menunjukkan adanya penekanan bagi perempuan yang dilakukan oleh laki-laki. Hal ini terjadi karena adanya kepemimpinan bagi laki-laki. Dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” pengarang melibatkan tokoh tambahan seperti Mulan sekretaris Galang, Rama mahasiswa Andin, Dinda adik sepupu Andin, Rahelia anakangkat Andin dan Galang, Anjelita (anak Galang dan Alika), Suster,dan Polisi.
Mulan Dengan tuturan sebagai berikut.
“Pak Galang kangen banget kayanya sama bu Andin, sampai-sampai kerja kaya kesetanan gitu”.( paragraf 3)
Dinda dengan tuturan sebagai berikut.
“Sudah mbak! Jangan ditangisi terus mas Galang, mungkin dia sedang banyak masalah pekerjaan”! Hibur Dinda adik sepupu Andin yang meninggali rumah itu.(paragraf 31)
Rama dengan tuturan sebagai berikut.
 “Maaf bu Andin, saya Rama mahasiswa bimbingan tesis ibu”! (pada paragraf 28)
Suster dengan tuturan sebagai berikut.
“Maaf Bu, bayi ibu harus ditangani dokter yang sudah terbiasa menanganinya, karena penyakit bayi ibu ini tidak bisa ditangani oleh sembarang dokter, sebaiknya ibu membawa dia pada dokter yang sejak lahir merawatnya”.(paragraf 24)
Polisi dengan tuturan sebagai berikut.
“Tidak bu! Saya ada keperluan dengan saudari Dinda”.
“Biar Dinda sendiri yang menjelaskannya bu”!

BAB 3 PENUTUP
3.1 Simpulan
Dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” pengarang berperan sebagai pengamat. Pengarang mengamati sekaligus menceritakan adanya ketidakadilan gender pada suatu peristiwa yang dituangkan dalam karyanya yaitu cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku”. Ketidakadilan gender dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” disebabkan adanya ketidak sanggupan tokoh Galang menolak keinginan ibu Andin dan ditambah dengan tidak sempurnanya peran seorang istri bagi suami yaitu tidak memberikan anak.
Subjek dalam cerpen “Dari Perselingkuhan Suamiku” diperankan oleh tokoh Galang. Sedangkan objek dalam cerpen “DariPerselingkuhan Suamiku” diperankan oleh Andin (istri pertama Galang) dan Alika (istri ke dua Galang) berupa perselingkuhan yang dilakukan oleh tokoh Galang. Perbuataan (predikat) yang dilakukan oleh tokoh Galang (Subjek) terhadap Andin (Objek1) dan Alika (Objek2) berupa ketidakadilan gender karena berupa perselingkuhan tanpa sepengetahuan Andin dan Alika (sebagai objek penceritaan.

3.2 Saran
Kami selaku penulis makalah yang berisis analisis wacana kritis berideologi gender menyarankan kepadapembaca untuk memahami perbedaan antara kesetaraan gender, ketidakadilan gender dan ketimpangan gender. Hal ini penulis sarankan agar pembaca tidak melakukan penyalahan gender.



Daftar Rujukan
Darma, Yoce Aliah. 2009. Analisis Wacana Kritis. Bandung: Yrama Widya.
Nensinur.2011.“Dari Perselingkuhan Suamiku”. http://diksi28.blogspot.com/2011/12/dari-perselingkuhan suamiku.html. 26 Desember 2011.

Lampiran
Dari Perselingkuhan Suamiku
Usai menutup telpon di meja kerjanya, Galang kembali pada setumpuk dokumen di hadapannya, tapi kali ini wajahnya sedikit gelisah. Tumpukan dokumen yang dua jam lalu dicermatinya kini cukup saja dibolak-balik dan kesimpulannya dia tak lagi berkonsentrasi. Suara Andin yang parau di sebrang telpon tadi jelas mengharuskan dirinya segera angkat kaki dari kantor pukul dua siang itu.
“Mulan! Saya harus pulang, agenda tamu yang tersisa kensel jadi besok pagi yah”! Sambil merapikan jasnya lelaki tampan itupun berpamitan pada sekretarisnya yang melongok di depan pintu. Gadis muda nan cantik itupun hanya mengangguk. Tak butuh waktu lama menuju rumah Andin, Galang tengah memarkir mobil mewahnya di depan rumah mungil bercat hijau itu.
Seorang gadis berparas anggun dan berpenampilan santun menyambutnya di tangga teras dengan senyum sedikit dipaksakan. Gadis itu tampak lebih dewasa dari usianya yang kira-kira duapuluh limatahunan, tampak dari penampilannya yang masih berseragam dosen sebuah universitas ternama di kota itu. Potongan rambutnya yang sederhana ditambah wajahnya yang agak pucat semakin mempersendu pandangan siapapun di sekelilingnya.
“Asalamualaikum”! Galang menaiki teras sambil mengucapkan salam yang sangat terbiasa pada gadis itu.  “Waalaikum salam”. Andin menjawab lirih sambil mempersilahkan Galang masuk. Sesaat kemudian, mereka telah terlibat obrolan serius di ruang tamu ditemani minuman hangat yang baru disajikan seorang pembantu. Wajah Andin sudah berlinang air mata, dipergelangan tangan Galang dia menangis tersedu-sedu, sedangkan Galang tak terlalu banyak berkata, dia hanya mencoba menenangkan gadis yang sudah lebih dari delapan tahun itu jadi kekasihnya dengan membelai rambutnya.
“Sudah seminggu Mama pergi, tapi aku masih begini mas, aku masih saja terpukul, bahkan saat mengawasi mahasiswaku ujian saja aku sulit sekali konsentrasi”. Galang tampak bingung, memang sudah seminggu ini dia harus membagi perhatian antara pekerjaan dengan kesibukan menemani Andin yang kehilangan mamanya. Mama Andin sudah dua tahun menderita kangker di kepalanya, dan seminggu lalu dia meninggal di rumah sakit di Jakarta.
Andin adalah anak satu-satunya, Ayahnyapun telah meninggal saat dia duduk di bangku SMA. Kini kekasihnya itu sebatangkara, Masih terngiang benar di kepalanya, saat menjelang kepergiannya wanita berwajah teduh itu meminta Galang segera menikahi putri tunggalnya dan saat itu Galang tak punya pilihan lain selain berkata ya untuk menenangkan wanita yang amat dihormatinya itu.
“Bersabarlah Din, jika kamu begini terus mama gak akan tenang di sana, dan kamu gak usah khawatir, kan ada aku di sini, aku yang akan selalu menemani kamu”. “Sepertinya aku harus pergi berlibur mas, kalau terus di sini rasanya aku tak sanggup, sebab harus selalu mengenang mama”. Andin sudah cukup tenang, dia meneguk teh sambil menyandarkan kepalanya di bahu Galang.  Seminggu kemudian, di ruang tunggu Galang tampak terkantuk-kantuk dengan leptopnya.
Pesawat yang ditumpangi Andin mengalami keterlambatan sampai satu jam. Setadinya dia berniat untuk kembali ke kantor, tapi janjinya pada Andin yang sedari malam diumbarnya terpaksa mengharuskan dia duduk di sana. “Mohon perhatian! Pesawat Garuda dengan nomor penerbangan 6116-B dari Singapura telah mendarat”! Beberapa orang yang sedang menunggu penumpang dari pesawat yang diumumkan tersebut tampak bersiap-siap. Galang tak bergeming, dia tetap duduk sambil berharap pesawat yang membawa Andin segera tiba.
“Aw”! Tiba-tiba dia tersentak sambil menarik sebelah kakinya, Baru saja sebuah sepatu berhak tinggi menginjak kaki kirinya. Pekikan tertahanpun keluar
dari bibir gadis di hadapannya. “Maaf Mas! Maaf”! Timpal gadis itu seraya menyentuh pergelangan Galang, dia terlihat sangat gugup.” ”Alika! kamu Alika kan”? Galang berdiri sambil menatap gadis di hadapannya lurus-lurus.
“Mas Galang? Ia ini aku, Alika”! Seperti ada kekuatan gaib, tiba-tiba mereka sudah dalam keadaan berpelukan, bahkan Galang tampak takjub dengan pertemuannya dengan gadis cantik bernama Alika itu.  “Mas Galang lagi nunggu siapa”? Alika bertanya sambil merapikan rambutnya.  “A, Aku sedang nunggu teman, dia teman bisnisku dari, eh, Kualalumpur”, Dengan sedikit gugup Galang berbohong. Entah kenapa tiba-tiba ide bohong itu muncul begitu saja dari kepalanya.  “Oh, yaudah, kalau gitu sampai ketemu ya Mas, kebetulan aku juga harus cepet sampai di tempat kerja. Oya kalau gak sibuk kita ketemu lagi ya mas”!  “ok! Nanti aku hubungi lagi”! jawab Galang sambil tersenyum. Kemudian Alika pergi.
Dalam mobilnya Galang tampak lebih pendiam, dia sesekali tersenyum saja saat menanggapi cerita-cerita seru Andin saat liburannya di Kualalumpur.
“Mas, kok kayanya mas Galang gak seneng gitu sih ketemu ma aku? Mas sibuk banget yah di kantor? Kalau emang sibuk mas gak perlu jemput aku”,
“Ah, gak kok, aku Cuma agak kesel aja pesawat kamu terlambat, kan lumayan aku nunggu sampai dua jam”. Galang mengelak, sebenarnya dalam hatinya dia sangat senang dengan keterlambatan pesawat itu karena dia bisa bertemu Alika.
Sesudah mengantarkan Andin sampai di rumahnya, Galang langsung menuju kantor, setumpuk pekerjaan dia selesaikan lebih cepat seakan berlomba dengan parakariawannya. Mulan gadis manis yang sudah dua tahun ini menjadi sekretarisnya ikut terheran-heran melihat pemimpinnya terburu-buru ingin menyelesaikan pekerjaannya, dengan terpaksa, diapun harus turut sibuk ini-itu sampai dua jam sebelum waktunya bubar kantor, Galang telah cabut dengan sunggingan senyuman di bibirnya.
“Pak Galang kangen banget kayanya sama bu Andin, sampai-sampai kerja kaya kesetanan gitu”, gunjing beberapa kariawan yang berpapasan dengannya.
Di dalam mobilnya Galang menekan sebuah nomor yang tadi dicatatnya di bandara. Entah kenapa sepertinya dia tak sabar mendengar jawaban di sebrang sana. “Halo”! Benar saja, tak cukup lama suara setengah serak itupun muncul.
“Halo, Alika! Ini aku Galang, kita jadi ketemu malam ini kan”? Senyum itu tampak mengembang dari bibir galang, saat telpon yang baru saja dimasukan dalam saku jasnya kembali berdering. Nama Andin tertera di layar.
Di telpon Andin memintanya untuk mampir ke rumah karena dia telah menyiapkan minuman hangat yang dibawanya dari Kualalumpur.
“Maaf sayang, aku gak bisa lama nih, jam tujuh ini aku ada ketemuan dengan teman bisnisku dari Singapur”, Galang menjatuhkan badannya di sofa di ruang
tengah.  “ya, gak apa kok, aku ngerti, kalau gitu, biar gak buru-buru, kamu mandi di sini aja ya mas! Nanti aku siapin baju dan jas kamu”. “Baju sama jas aku? Emang aku pernah ninggalin di sini yah”? Galang menatap kekasihnya itu bingung. “Udah, pokoknya mas mandi aja duech”! Tak cukup mengerti Galang segera menuju kamar mandi, dan begitu dia keluar, Andin telah berdiri sambil menyiapkansatu stel pakayan lengkap dengan jas dan sepatu yang berkilat terkena sinar lampu.
Jelas semua masih tampak baru. “Lihat mas! Keren kan pilihanku? Ini udah aku cocokkan dengan badan kamu kok, ukurannya pasti pas”. Galang menatap dirinya di cermin, diamatinya sepatu, celana, kemeja, jas dan dasi mahal yang dibelikan Andin. Tentu saja, sangat pas dan sangat serasi dengan kulitnya yang terang. wajar saja sih, sudah lebih dari delapan tahun mereka menjalin hubungan, Andin sebagai sosok wanita yang sangat teliti, tak perlu sulit untuk mengenali model fisik kekasihnya itu.
“Waw! Keren banget kamu mas! Gak sia-sia aku menguras otak membayangkan dirimu saat memilih pakaian ini”! Pekik Andin yang sedang menyiapkan minuman di meja. Galang Cuma tersenyum sambil duduk dan memindahkan saluran televisi. “Oya Mas? Teman bisbis kamu itu laki-laki atau perempuan? Emang acaranya formil banget yah, sampai aku gak bisa ikut”? Galang tampak gugup, dia memang tak cukup punya waktu untuk mengatakan kebohongan pada Andin. “Ah! Laki-laki! Makanya sayang juga aku serapi ini”! Jawabnya sambil matanya lurus pada televisi, dia takut sekali matanya tak bisa bohong di depan Andin.
“Oh, ya kalau gitu gapapa dong, biar bagaimanapun perusahan kamu itu juga terletak pada bagaimana penampilan kamu, meskipun kecakapan dan kecerdasan itu paling menunjang, tapi kan kalau kamunya juga menjaga penampilan orang akan semakin simpati sama perusahaan kamu”. Andin tersenyum, senyumnya sangat tulus, tak nampak sedikitpun ada kecurigaan di matanya. “Sebenarnya aku juga pingin ngajak kamu ikut, tapi sayangnya kita ketemuan di kafe yang kebanyakan pengunjungnya laki-laki, jadi aku malah khawatir kamu gak nyaman, lagi pula kan kamu baru aja datang, mending kamu istirahat aja di rumah”.  “Ia bener juga, mending aku istirahat aja, soalnya badan aku juga masih agak cape, titip salam aja yah buat teman bisnis kamu, dan semoga urusan kamu sama dia berjalan lancar”.
Sebelum menaiki mobilnya Andin sempat menyemprotkan parfum ke baju kekasihnya itu, masih oleh-olehnya dari Kualalumpur. “ok! Selamat bersenang-senang yah”! Andin mencium kening Galang, entah ada rasa sedikit tak enak di hatinya saat mobil Galang meninggalkan halaman rumahnya.
Restoran itu adalah restoran cukup mahal di Surabaya. Orang-orang yang datang ke tempat ini tentu bukan orang sembarangan. Kebanyakan mereka datang dengan urusan yang paling penting, kalau tidak dalam urusan bisnis, tentu acara kumpul keluarga atau bahkan pasangan muda yang ingin menikmati kebersamaan dengan sentuhan mewah dan romantis.  Mobil mewah Galang memasuki parkiran beriringan sebuah mobil yang tak kalah mewah di belakangnya.
Seorang gadis cantik duduk di meja yang menghadap ke luar jendela. Senyumnya mengembang saat Galang memasuki restoran dan mendekatinya.
“Alika! Sudah lama menunggu yah”? Dia menarik kursi di depan Alika.
“Belum lama kok mas”, sambil tersipu dia menerima uluran bukep mawar merah dari tangan Galang. “Mudah-mudahan bunganya suka ya Lika”?
Sebentar kemudian mereka sudah terlibat percakapan hangat dengan hidangan makan malam yang telah dipesan. “Sejak lulus SMA kita gak pernah ketemu lagi, bahkan acara from night itu juga gak nyangka bakal jadi perpisahan kita”. “Ya, sebenarnya setelah acara itu aku sering banget kepikiran kamu lo Lik”,
“Emangnya waktu itu Mas Galang langsung tinggal di Surabaya yah”? Alika menyibakan rambut yang menutupi sebagian matanya. ”Oh! Gak, aku langsung ke Bandung, aku kuliah di ITB, kamu juga kan tahu kalau aku pingin banget jadi ahli dalam perminyakan”. “Oya, pantas perusahan minyak punya mas Galang itu kelihatannya berkembang pesat sekali, aku ikut seneng lo mas”!
“Kamu sendiri gimana Lik? Setelah lulus dari SMA aku dengar kamu ke Jerman yah”? “Ya, aku memang ke Jerman, aku kuliah dan ambil jurusan kesting”.
“Loh? Bukannya kamu pingin banget ambil kedokteran yah? Kok malah jadi kesting”? Kali ini Galang sedikit tertawa. “Aku memang pingin jadi dokter, tapi semenjak aku sering kena alergi kalau melihat darah, aku mundur duech”! keduanya lalu tertawa sambil membahas kejadian lucu ketika Alika duduk di kelas satu dan Galang di kelas tiga, ketika salahsatu teman galang terluka di lapang basket dan dari hidungnya mengeluarkan darah, Alika yang ditugaskan merawat di UKS malah pingsan tak kuat melihat darah yang mengalir deras dari hidung teman Galang.
Selanjutnya mereka terus bercakap-cakap sambil bercanda hingga larut malam. “Setelah ini kamu akan tinggal dimana?” Galang merapikan dasinya sambil memandang Alika “Aku akan pulang ke Jakarta, kebetulan aku sudah bekerja di salahsatu perusahan tabloit nasional sambil aku juga melepas kangen sama keluarga”. “Oh, syukur lah, yang jelas kamu gak kan kembali ke Jerman kan”? “Ya gak lah mas! Rumahku kan di Jakarta, di jerman itu Cuma tempatku kuliah”! Sambil tersenyum Alika menepuk pergelangan Galang yang sedang mempermainkan mawar di atas meja.
Tiga bulan setelah itu, di sebuah ruangan dalam sebuah rumahsakit, Tangis Andin kembali pecah dalam dekapan Galang. Kenyataan pahit yang baru saja titerimanyadari dokterkandungan pribadinya yang mengatakan bahwa ada kista di rahimnya sehingga menyebabkan rahimnya yang sedang mengandung enam minggu buah pernikahannya harus diangkat.  Artinya selain harus siap kehilangan calon bayinya, Andinpun kehilangan kesempatan untuk bisa mengandung lagi.
Dari hari kehari, minggu keminggu dan sudah hampir satu tahun Galang menjalani rumahtangganya bersama Andin, jelas dalam keadaan yang diluar harapan mereka. Ketidakhadiran anak dalam keluarga kecil mereka menjadikan keduanya sering kali lepas kendali. Andin sering sekali pulang larut dan banyak menghabiskan waktunya di kampus ketimbang menunggu kepulangan Galang dari kantor. Begitupun dengan Galang, beberapa bulan terakhir ini dia sering sekali bolak-balik Surabaya Jakarta entah dalam kepentingan apa, yang pasti berlatarbelakangkan pekerjaan. Rumah mewah mereka tampak cenderung sepi dan kosong, Cuma beberapa pembantu rumah tangga yang sering kebingungan tampak di sana.
Hingga suatu hari Andin pulang sambil membawa sesosok bayi yang diadopsinya dari sebuah panti asuhan. Galang pun tampak tak merespon hangat keputusan sepihak isterinya itu, dia tampak acuh bahkan sepertinya tak peduli tindakan apapun yang dilakukan Andin. Rumah mungil itu terletak di pinggiran kota Jakarta, meski tak terlalu besar, tapi nuansa kemewahan dan sentuhan glamor tampak kental dari karakter penghuninya yang baru satu bulan menempati bangunan baru itu. Yang jadi nyonya rumah adalah seorang wanita muda berwajah cantik yang tampak sedang hamil tua. Sepertinya tinggal menghitung hari dia akan segera melahirkan putra pertamanya.
Malam itu dia tampak berdiri anggun di teras rumah, rambutnya terurai di pinggang tampak tergerai tertiup angin. Senyum manisnya mengembang saat mobil suaminya memasuki pekarangan rumah. Sebuah kado cantik tampak di tangannya saat keluar dari dalam mobil itu.  “Sudah bawa kado lagi? Gak bosen beli kado terus”? sambutnya manja saat lelaki itu menaiki anak tangga.
“Kado ini khusus untuk ibunya, yang kemarin-kemarin kan untuk jagoan kecil papa”! lelaki itu mengusap perut wanita itu sambil menggandengnya memasuki rumah.
Di tempat yang berbeda, Andin tengah panik merawat bayinya yang mendadak demam tinggi. Beberapa kali dikontaknya Galang untuk diminta mengantar ke dokter spesialis anak, tapi telpon Galang selalu mati. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi membawa bayinya dengan taksi. “Maaf Bu, bayi ibu harus ditangani dokter yang sudah terbiasa menanganinya, karena penyakit bayi ibu ini tidak bisa ditangani oleh sembarang dokter, sebaiknya ibu membawa dia pada dokter yang sejak lahir merawatnya”. Tapi saya tidak tahu dokternya Sus, sebab saya baru mengadopsi dia seminggu yang lalu”. Jawab Andin tampak panik. “Dokter yang merawat bayi ini dokter Renaldi, tapi dia sudah dipindahkan ke rumahsakit anak di Jakarta”.
Andin tampak terkantuk-kantuk di kursi depan ruangan tempat bayinya tengah diperiksa, sudah dua hari dia di Jakarta dan mengurusi bayi itu. Tiba-tiba dia merasa sangat kangen dengan Galang,sudah berpuluh kalinya dia menelpon Galang tapi tak pernah nyambung. Ditanya ke kantornya juga sekretaris dan kariawan lain tak ada yang tahu Galang dimana, mereka hanya mengatakan Galang sedang ke luar kota. Lamunannya mendadak buyar ketika seseorang berbicara di telpon persis di sebelahnya. 
“Halo! Mas Galang! Aku udah selesai periksa Enjel nih! Mas jemput sekarang yah”! Wanita cantik yang sedang bicara di telpon itu tampak melangkah pergi, di belakangnya seorang perawat menggendong sesosok bayi yang masih merah, mungkin bayi perempuan itu berusia sekitar satu minggu. “Mas Galang”? perempuan itu menyebutkan nama mas Galang? Ah! Bodoh benar aku ini, nama Galang kan ada beribu di dunia ini”, Gumamnya dalam hati meskipun batinnya sedikit teriris mengingat Galang suaminya telah banyak berubah.
“Ibu, saya harus katakan ini pada ibu, sehubungan kondisi putri ibu yang harus ditangani secara intensif, terpaksa dalam waktu dua atau tiga minggu ini
dia harus mendapat perawatan dengan diperiksa setidaknya seminggu tiga kali”. Dokter Renaldi menerangkandengan serius pada Andin yang terisak. Sejak hari itu Andin memutuskan tinggal di Jakarta untuk sementara waktu, dia tinggal bersama saudara sepupunya yang menempati rumah keluarganya sewaktu
tinggal di Jakarta.
Pernah suatu hari dia menelpon kantor Galang di Surabaya dan kebetulan hari itu Galang sedang ada, Andin meminta Galang untuk menyusulnya ke Jakarta, namun tak disangkanya, reaksi Galang luar biasa marah, dia terang-terangan meminta agar Andin kembali ke Surabaya secepatnya dengan alasan dokter di Surabayapun masih banyak yang mampu. Untuk beberapa waktu Andin tak lagi menghubungi Galang yang dianggapnya sudah keterlaluan itu. “Halo! Mas galang”! Andin yang baru saja menidurkan bayinya tampak terburu-buru mengangkat gagang telpon. “Maaf bu Andin, saya Rama mahasiswa bimbingan tesis ibu”! “oh, maaf! Ada yang bisa saya bantu Ram”? Sedikit rasa kecewa Andin menutup telponnya.
Rama salah satu mahasiswa yang sedang menyusun tesis itu memang tanggung jawabnya sebagai dosen pembimbing. Pemuda tampan nan cerdas itu kini telah sampai di Jakarta sehubungan belum ditandatanganinya lembar pengesahan tesis yang akan disidangkannya akhir minggu ini. “Kalau begitu saya permisi bu! Maaf saya mengganggu kesibukan ibu di sini”! Rama tampak santun saat berpamitan pada Andin yang mengantarnya sampai teras rumah. “Saya yang minta maaf Ram, karena urusan pribadi saya sampai lupa kalau masih ada beberapa mahasiswa yang bimbingan dengan saya sampai-sampai harus datang ke Jakarta”. “Oh, tak masalah kok bu, saya doakan semoga Rahel cepat sembuh dan ibu bisa kembali ke kampus. Saya juga titip salam buat Bapak”.  Ya, semoga sidangnya lancar dan kamu bisa lulus dengan memuaskan ya Ram”! Andin menarik nafas panjang saat mobil Rama meninggalkan rumahnya. Sebelum dia membalikan badan, mobil Galang memasuki pekarangan disusul Galang yang berjalan cepat ke arahnya.
“Mas! Kamu dari mana aja sih? Kok kamu gak ada kabar”?  “Kan aku udah bilang! Kamu sebaiknya pulang ke Surabaya! Memangnya aku gak tahu kalau mahasiswa kamu sampai datang ke sini menyusul? Itu artinya kamu sudah
menelantarkan mereka Andin”! Hardik Galang dengan wajah tak suka.
“Tapi kamu gak usah marah-marah begitu mas! Aku kan udah bilang kondisi Rahel sekarang gak memungkinkan dirawat di Surabaya”! Andin tak mau kalah dengan hardikan suaminya. “Ah! Terserah lah! Pokoknya aku gak mau tahu! Secepatnya kamu harus pulang ke Surabaya”! “Mas! Kamu mau kemana lagi sih? Kamu kan baru aja datang”! Andin mengejar Galang yang sudah menstater mobilnya, tapi Galang tak peduli, dia buru-buru meninggalkan rumah itu tampa menoleh sedikitpun pada Andin.
“Sudah mbak! Jangan ditangisi terus mas Galang, mungkin dia sedang banyak masalah pekerjaan”! Hibur Dinda adik sepupu Andin yang meninggali rumah itu. “Mending sekarang kita jalan-jalan yuk mbak! Kebetulan sore ini temen kantor Dinda ngadain syukuran anaknya. Rumahnya di daerah Bintaro, tempatnya indah loh! Sekalian kita cari udara segar aja biar gak suntuk di rumah terus”. Ajak Dinda sambil menaburkan bedak di badan Rahel yang baru dimandikan.
Tak lama kemudian, Andin yang menggendong Rahel bersama Dinda sampai di halaman rumah yang sudah cukup ramai itu. Terlihat beberapa kendaraan telah terparkir menandakan sudah banyak yang hadir.  Andin turun dari dalam mobil disusul Dinda. Seorang wanita cantik keluar dari rumah dengan senyum ramahnya.
“Hai Din! Sama siapa”? Andin sedikit terkejut. Wanita muda itu adalah wanita yang membuyarkan lamunannya tempo hari di rumah sakit.
“Ini mbak Andin, dia sepupuku dari Surabaya, katanya dia jenuh di rumah jadi aku ajak sekalian, gak apa-apa kan”? “Oh, ya gak apa-apa dong! Aku senang kok, silahkan masuk Din! Mbak! Oh ya siapa nama putrinya? Cantik banget”!
“Namanya Rahelia”. Jawab Andin sambil mengikuti langkah nyonya rumah itu.
“Oya Lik! Mana suamimu? Sejak kalian nikah aku gak pernah ketemu”!
“Oh ya jelas, abisnya dia kan punya perusahaan di Surabaya, jadi jarang juga di Jakarta, tapi dia ada kok, tadi sih bilangnya masih di jalan”.
Andin dan Dinda bergabung dengan tamu lainnya di ruangan yang telah disediakan. “Halo! Aku udah mau sampai Lika”! Galang menjawab telpon itu sambil mengebudikan mobilnya. “Kamu bisa mampir dulu ke toko sumfenir gak mas? Itu loh yang di jalan Anggrek”! “Ya bisa! Aku mampir dulu buat ambil sisanya kan? Paling duapuluh menit lagi aku sampai”! “Kenapa dengan Rahel mbak”? Dinda memandang wajah Rahel yang pucat dan menangis keras di pangkuan Andin. “Aku juga gak tahu Din, mungkin Rahel sakit lagi, bibirnya aja membiru gini”.
Andin tampak panik. “Kita pulang aja mbak, kasihan Rahel, aku takut ada apa-apa sama dia, mbak tunggu di sini, biar aku pamitan sama Alika dulu yah”! Dinda berjalan menghampiri Alika yang sedang bercakap-cakap dengan beberapa kerabatnya. “Loh! Acaranya kan belum mulai kok udah mau cabut sih”?
“Ponakanku sakit Lika, kami harus pulang sekarang”. “Tapikan kamu belum ketemu suamiku Din”! “Ya, besok aja aku ke sini lagi duech, oya selamat buat lahirnya anak kamu yah, siapa namanya”? Tanya Dinda sambil melirik Bayi cantik di gendongan Alika. “Anjelita Aditama”. Andin yang saat itu sudah berdiri di belakang Dinda terhenyak luar biasa. Pantas saja, sebab Aditama yang jadi kepanjangan dari Anjelita itu adalah kepanjangan dari nama suaminya Galang Aditama. “ok duech, sampai besok yah, salam buat suamimu”! Merekapun melangkah menuju mobil yang terparkir di halaman.
Rahel tampak tak tenang, dia menangis kencang dalam pelukan Andin, sementara Dinda mulai menghidupkan mesin mobil dan berlahan-lahan meninggalkan rumah Alika. Sebelum mobil itu keluar dari pintu gerbang, sebuah Sedan silver yang akan memasuki rumah itupun seketika jadi perhatiannya. Betapa tidak? Wajah yang berada di belakang kemudi itu jelas tertangkap mata dinda yang segera terlonjak “Dinda! Cepetan dong! Kasihan Rahel nih! Ucapan sedikit keras Andin tampak membuyarkan keheranan Dinda. Andin memang tak sempat melihat pemilik mobil yang berpapasan itu, karena dia sibuk menenangkan Rahel. “Ia mbak, iah”. Dinda gugup, dia segera mempercepat laju mobilnya melesat meninggalkan rumah Alika.
“Sabar ya mbak, kita harusnya mengiringi kepergian Rahel dengan ikhlas, dan mbak harus bisa terima takdir ini, karena ini sudah merupakan yang terbaik
dari Allah”. Dinda mengelus punggung Andin yang masih terisak meski sudah kembali dari pemakaman. “Sekarang mbak ssendiri lagi Din! Rahel sudah gak ada lagi, mbak gak bisa denger suara tangisnya lagi, tawa lucunya lagi”, “Mbak bisa adopsi bayi lagi kan”? “Gak mungkin Din! Mbak rasanya masih belum bisa melupakan Rahel, lagi pula mas Galang gak kan setuju”. Dinda terdiam. Lamunannya kembali pada sedan silver itu, wajah di balik kemudi itu bukan wajah yang asing baginya.
“Ada apa pak”? Andin gelisah karena mobilnya sudah hamper setengah jam tak bergerak. “Sepertinya ada kecelakaan bu”! Jawab sopirnya yang juga gelisah. Beberapa puluh meter di depan sebuah sedan silver tampak mengeluarkan asap, diikuti ledakan yang memekakan telinga. Puluhan polisi berusaha keras mengeluarkan penumpangnya. “Pecahkan saja kaca mobilnya pak! Kasihan bayinya”! Seorang lelaki berteriak pada polisi saat menangkap bayangan sesosok bayi di dalam mobil tersebut.
“Bu! Bapak bu”! Andin terkejut luar biasa, ketika melihat siapa orang yang di efakuasi dari dalam mobil tersebut. Seorang lelaki dan perempuan sudah dalam keadaan tak bernyawa. Beruntung sesosok bayi merah berhasil diselamatkan setelah kaca bagian depan dipecahkan. Andin terpekur tak jauh dari kuburan suaminya. Dalam dekapannya Anjelita tertidur tenang. Sementara Dinda tampak khusuk menaburkan bunga di atas dua makam yang merah itu sambil sesekali menyeka air matanya. 
Tak mereka sadari sedari tadi tiga orang polisi berjaga di belakang mereka.
“Ada keterangan yang belum jelas pak”? Tanya Andin heran melihat para polisi itu. “Tidak bu! Saya ada keperluan dengan saudari Dinda”. “Ada apa dengan saudara saya”? “Biar Dinda sendiri yang menjelaskannya bu”! Andin menatap mata Dinda yang sendu. Gadis Cantik yang sangat menghormatinya itu tampak tenang, didekatinya Andin, diciumnya keningnya dengan lembut. “Mudah-mudahan Anjel bisa jadi pengganti aku dan mas Galang di hidupmu mbak”. Tak sempat berkata, Dinda menyerahkan kedua tangannya pada polisi untuk kemudian punggungnya menghilang di balik pintu mobil baja.

Diposkan oleh Nensinur. Sastra. di 10.38
Senin, 26 Desember 2011












Tidak ada komentar:

Posting Komentar