Tinkerbell INFORMASI DARIKU: Orang Hilang
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Kamis, 28 November 2013

Orang Hilang

    Hari itu, Kamis 7 November 2013 pukul 12.45 WIB aku mendengar keluhan dari mas Herman, orang yang selama ini menjadi orang sepesial dalam hidupku. Keluhan itu berlanjut sampai larut malam, aku bingung harus berbuat apa. Pagi hari 8 November 2013 keputusan pulang ke kampung adalah pilihan pertama.
 
Aku tidak tahu harus bagaimana agar cepat sampai di rumah, aku kemudi sendiri sepeda motorku dengan kecepatan tinggi. Tepat pukul 13.30 aku sampai di rumah. Hanya btuh waktu 30 menit aku beristirahat di rumah karena tepat pukul 14.00 aku sudah sampai di rumah Herman.


   Asalamualaikum, salam terucap dari mulutku dengan suara bergetar yang langsung disambut oleh semua orang yang ada di dalam warung nasi milik ibu Herman. Banyak pertanyaan yang harus ku jawab atas rasa heran yang hadir di benak mereka saat melihat aku yang datang mengenakan celana jeans yang sebelumnya mereka tak pernah melihat aku mengenakannya sambil bersalaman dengan mereka, Nenek, kakak ipar, dan adik herman beserta pembantu dan teman-teman adiknya . Satu pertanyaan yang masih ku ingat "Kapan pulang, libur ya?", aku tersenyum "Jam 2 sampai di rumah, iya libur sendiri Mbk", jawabku pada kakak ipar Herman yang seraya menyuruhku masuk ke dalam rumah, adik herman beranjak dari duduknya, ku sambut uluran tanganya lalu mengantar aku ke dalam rumah.
       
 Aku bingung, bagaikan tersambar petir di siang bolong saat aku melihat orang yang aku kasihi terbaring dengan kondisi lemah tak memiliki kekuatan tuk menyambut kehadiranku. Tidak seperti biasanya. Ingin aku menghilangkan aturan agama agar aku bisa memeluknya, alhamdulillah aku tidak melakukanya. Susan, pembantu di rumah Herman mengantar segelas teh manis dan sebungkus sate ayam untuk Herman yang terbaring di hadapanku.

   Kepergian Susan disusul oleh kehadiran ibu herman yang ku sambut dengan kecupan hangat di punggung tanganya. Beliau meyuruh Herman makan, namun Herman menolaknya dengan alasan tak sanggup lagi menahan sakit saat harus memuntahkan kembali apa yang telah ia makan. Ku sunggingkan senyuman dengan melebarkan bibirku karena berhasil memaksa dan menyuapi Herman makan, senyumku berganti menjadi rasa khawatir ketika mataku harus melihatny muntah, jaga dan lindungi dia untukku ya Allah, harapku dalam lirih.

    Ternyata tidak hanya aku yang menjenguknya, ada beberapa teman Herman yang datang dan menyuruhku untuk membuat minuman kunyit dicampur asam. Tidak lama datang ibu herman membawa seangkir kecil minuman kunyit asam dan semangkok bubur kacang hijau. Aku terus berusaha agar Herman mau meminum air kunyit asam dan memakan bubur kacang hijau tersebut.

   Aku melihat adik Herman dan teman-temanya menghiasi serambi depan rumahny, hatiku bertanya mau ada acara apa ya?. Perlahan aku mendekatinya, ternyata ibu Herman juga bersama mereka. "Mau seneng malah gak jadi nduk, adeknya mau ulangtahun malah Herman sakit," aku tersenyum, "Sabar Ma," usahaku menenangkan. Tidak sengaja ku lihat arloji di tanganku. Pukul 16.46, waktu yang menunjukkan senja akan menjemput malam. Aku pamit pulang. Sampai di rumah, letih, capek dan lapar aku rasakan. Ku buka sebungkus roti sepesial untuk mengisi perutku yang kosong. Lahap, hilanglah lapar, tersisa letih dan capek di tubuhku.
 
      Ba'da Magrib, ku baringkan tubuhku di tempat tidur, ku raih hanpone di atas bantal, ku baca dan ku balas sms dari Nuning, teman tidurku di kos, " Tik, ada hal yang sangat memalukan," balasku "Apa Ning?", tak ku dapatkan balasan. Tergambar kesalahan pada tugas mata kuliah Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.Tak lama Herman menelfonku, mungkin saat itu aku memahammi dan mengerti kalau tak mungkin Ia bernostalgia denganku melalui layang suara sebab Ia tak bisa berbicara saat itu.
 
      Air turun dari sudut mataku yang gelap, aku menanangis seolah-olah aku merasakan apa yang ia rasakan. Tuhan menemani tangisku dengan menurunkan hujan sebagai rahmat-Nya malam ini. Lihat apa yang terjadi dengan semua rencanaku, hancur sudah berantakan, aku tertidur dan melupakan niat menemani herman malam itu.

    Pagi, 9 November 2013 ku buka mata dengan tubuh yang lumayan bugar. Ku pakai jilbab sarung, ku kerjakan apa yang bisa ku kerjakan. Pagi itu berakhir dengan membuat keripik sukun.

    Tepat pukul 14.30, aku pergi menghadiri acara ulangtahun calon adik iparku. Sampai di sana, aku bertemu nenek, ibu dari ayahku. Nenek mengajakku masuk ke rumah Herman, tepat saat itu juga ada jarkep to kuda lumping.

   Sebelum aku sampai di rumah Herman, kak Eti tetangga Herman menyuruhku masuk ke dalam rumahnya. Ternyata ada Herman, aku mengajak nenek, nenek menemani Herman barang sejenak sebelum pergi ke rumah besanya. Ku kira nenek masih menemani herman ternyata sudah di muka orang yang sedang main jarkep.

  Usai pertunjukan jarkep, aku melakukan apa yang bisa kulakukan di rumah Herman. Tepat azan magrib aku baru pulang. Malam minggu ba'da isa, untuk yang pertama aku izin pergi ke rumah Herman pada malam minggu.

   Aku sampai di rumah Herman, aku menemaninya. Herman hanya terbaring di sampingku, dia belum makan aku tahu itu. Ku beli sebungkus sate ayam dengan 8 tusuk sate, aku menyuapinya dan sekali-sekali ikut serta makan bersamanya.

  Aku menangis saat teringat harus berangkat ke Pekanbaru besok pagi. Kak Eti memergoki aku yang sedang menangis, ia tersenyum. Aku terkejut, Herman lari ke kamar mandi karena hendak muntah, aku berlari mengejarnya, Astaghfirullah... ingin aku ikut merasakan sakit yang ia rasakan.

    Tepat pukul 23.00, aku bingung harus bagaimana pulang atau tetap di sini bersama Herman. Herman menyuruhku tidur di sampingnya naun aku tetap bersikukuh untuk tidak tidur, akhirnya aku pamit pulang pada keluarga Herman. Sesampainya di rumah, mama bertanya "Malem bnget pulangnya De?" aku memasang muka melas di hadapan mama "Herman belum sembuh Ma, aku gak tega mau ninggalin tapi gak enak ama tetangga. Aku kan belum halal buat dia," jawabku, mama kembali ke dalam kamar "Sabar, namanya orang hidup, adakalanya sehat ada juga sakit bahkan mati," gumam mama menyabarkan aku sembari menutup pintu kamarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar