Tinkerbell INFORMASI DARIKU: LAPORAN BACAAN BUKU TEKS
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Selasa, 13 Mei 2014

LAPORAN BACAAN BUKU TEKS


LAPORAN BACAAN BUKU TEKS
A. Pendahuluan
            Pada bagian ini penulis laporan bacaan akan melaporkan identitas buku secara rinci, di antaranya : judul buku, penyusun, penerbit, tahun terbit, cetakan, kota terbit, tebal buku, jumlah halaman, lebar buku, panjang buku, dan garis besar isi buku.
Judul buku                  : MENULIS: Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa
Penyusun                     :  Prof. DR. Henry Guntur Tarigan
Penerbit                       : Angkasa Bandung
Tahun terbit                 :  1986
Cetakan                       :  Kesepuluh
Kota terbit                   :  Bandung
Tebal buku                  :  1 cm
Jumlah halaman           :  197 halaman
Lebar   buku                :  14 cm
Panjang buku              :  20,5 cm
Garis besar isi buku     :
            Buku ini adalah sebuah pegangan bagi mahasiswa tentang salah satu aspek keterampilan berbahasa yaitu menulis. Di dalam buku ini terdapat tujuh bab yang membahas tentang  keterampilan berbahasa, tulisan bernada akrab, tulisan bernada penerangan, tulisan bernada penjelasan, tulisan bernada mendebat, tulisan bernada mengkeritik, dan tulisan bernada otoritatif. Dalam setiap bab membahas tentang makna dan manfaat, tujuan, serta ciri-ciri dari setiap pembahasan dalam bab tersebut.

B. Laporan Bagian Buku
            Pada bagian ini penulis akan melaporkan intisari isi buku yang di dalamnya membahas tujuh bab:

1.      Pendahuluan: komponen keterampilan  berbahasa
Di dalam pendahuluan atau bab satu membahas tentang empat aspek keterampilan berbahasa yaitu: Keterampilan menyimak (listening skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills).
Setiap komponen atau aspek keterampilan di atas sangat berkaitan erat satu sama lain. Dalam memeroleh empat keterampilan berbahasa tersebut, kita harus melalui suatu hubungan atau urutan yang teratur, pada masa kecil kita pertama kali menguasai keterampilan menyimak bahasa yaitu bahasa yang digunakan oleh kedua orang tua atau orang-orang di sekeliling kita, kemudian keterampilan berbicara yang merupakan respon dari menyimak, sesudah itu kita menguasai keterampilan membaca yang dikuasai secara fasih ketika sudah duduk di bangku pendidikan formal yang kemudian dilanjutkan dengan keterampilan menulis. Dari hubungan atau urutan di atas menerangkan bahwa keterampilan berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak latihan, oleh sebab itu setelah melaksanakan praktek dan latihan perlu dilakukan tes untuk mengetahui sampai di mana hasil yang telah dicapai.

1.1.Menulis sebagai suatu keterampilan berbahasa
Dalam buku ini menyatakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang banyak dan teratur. Kegiatan menulis juga digunakan oleh para orang terpelajar untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, dan memengaruhi. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila keterampilan menulis merupakan ciri yang dimiliki oleh orang yang terpelajar.
1)      Hubungan antara menulis dan membaca
Hubungan antara mennnulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dengan pembaca. Pada prinsipnya kita menulis agar tulisan itu dibaca oleh orang lain, paling sedikit dapat kita baca sendiri di waktu yang berbeda. Tugas sang penulis adalah mengatur suaatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam kesan pembaca.
2)      Hubungan antara menulis dan berbicara
Berbicara dan menulis mempunyai banyak kesamaan umum, maka sejumlah ahli memasukan kedua keterampilan berbahasa ini ke dalam retorik sebagai seni penyusunan atau penggubahan kata-kata dan kalimat yang tepat guna dan bertanggungjawab baik dalam tuturan maupun dalam tulisan. Retorik merupakan penggunaan bahasa secara tepat guna untuk mengkomunikasikan perasaan yang sejati dan gagasan-gagasan yang sehat serta masuk akal. Bahasa tuturan adalah bahasa ujaran, perbedaan anatara bahasa ujaran dengan bahasa tulisan yaitu perbedaan primer dan sekunder, perbedaan primer ialah tidak adanya sesuatu yang justru ada pada pihak lain, misaslnya: tanda grafik seperti pastrofe dalam tulisan atau bunyi distingtif seperti aksen dalam ujaran, perbedaan sekunder ialah merupakan akibat dari keharusan untuk membuat pilihan alternatif atau susunan alternatif dengan maksud menutupi kekurangan primer.
1.2.Menulis sebagai cara berkomunikasi
Secara luas dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang terjadi sewaktu-waktu bila manusia atau binatang-binatang ingin berkenalan dan berhubungan dengan satu sama lain. Walaupun komunikasi seringkali merupakan suatu campuran dari dua atau tiga media visual, oral, dan written, tetapi demi kemudahan dan kesederhanaan tiga media tersebut dibicarakan secara terpisah. Dalam kehidupan ini, terdapat situasi yang membutuhkan kedua keterampilan berbahasa yaitu lisan dan tulisan yang sangat erat hubunganya karena sifat penggunaanya dalam berbahasa.
1.3.Batasan, Fungsi, Tujuan Menulis
Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh orang lain, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut. Menulis merupakan satu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan  ekspresi bahasa. Seperti gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.
Pada prinsipnya fungsi utama dari tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Tulisan dapat membantu kita berpikir secara kritis, menjelaskan pikiran-pikiran dan lain sebagainya. Menulis adalah salah satu bentuk berfikir, tapi justru berpikir bagi membaca tertentu dan dalam waktu tertentu.
Yang dimaksud dengan maksud atau tujuan menulis yaitu memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak, menghibur atau menyenangkan, dan mengekspresikan perasaan dan emosi. Memberitahukan itu berarti dengan menulis dapat menyampaikan informasi serta mengajar pembaca, dengan menulis dapat meyakinkann atau mendesak pembaca, dapat menghibur atau menyenangkan pembaca, dan menulis juga dapat dijadikan sarana atau tempat untuk mengekspresikan perasaan dan emosi.
1.4.Ragam tulisan
Ragam tulisan adalah beberapa jenis tulisan yang telah diklasifikasikan. Ragam tulisan ini seperti eksposisi, deskripsi, narasi, dan argumentasi.

2.      Tulisan Bernada Akrab

Dalam buku ini tulisan bernada akrab lebih mengarah pada tulisan pribadi, tulisan pribadi adalah bentuk tulisan yang memberi sesuatu hal yang paling menyenagkan dalam penjelajahan diri pribadi sang penulis. Tulisan membuat kita sadar akan kehidupan, sebab manakala kita menaruh pikiran-pikiran kita mengenai kehidupan ke dalam kata-kata, maka kita menjadi lebih sadar akan kehidupan. Tulisan pribadi dapat juga merupakan terapeutik atau ilmu pemeriksaan dan pengobatan, suatu alat untuk menganalisis diri  yang mengizinkan kita memahami diri kita lebih baik, tulisan pribadi juga mempersiapkan kita bagi penulisan tugas-tugas yang jauh lebih pelik, dengan jalan memudahkan kita menggarap suatu pokok pembicraan yang telah kita pahami benar-benar dan dapat dengan mudah menyusun serta menatanya dalam suatu urutan waktu yang sederhana.
Tulisan pribadi jelas bersifat subyektif keakuan. Tulisan pribadi adalah suatu pernyataan dari gagasan-gagasan serta perasaan-perasaan mengenai pengalaman diri sendiri yang ditulis baik kesenangan kita sendiri atau pun bagi kepentingan dan kenikmatan sanak keluarga atau sahabat karib. Tulisan pribadi dapat berbentuk suatu buku harian, catatan harian atau jurnal, cerita tidak resmi, surat dan puisi.
Selain berdasarkan bentuk tulisan pribadi di atas, tulisan pribadi ditandai dengan penggunaan bahasa yang alamiah, biasa, wajar, sederhana, ujaran yang normal dengan kebiasaan sintaksis sehari-hari. Tulisan pribadi hendaknya hidup, bersemangat, lincah, cemerlang, menarik, memikat, memukau dan menyegarkan. Tulisan pribadi juga harus bersifat ramah tamah, tidak formal, berapi-api penuh semangat, riang-gembira, penuh dengan kegiatan dan keriaan percakapan tetapi tanpa banyak pergaulan, penyimpangan serta tanpa “wah, aduh, dan anda tahu,”.
Apa pun yang menjadi pokok pembicaraan tulisan pribadi yang telah pasti ialah selalu fokus pada pikiran-pikiran dan perasan-perasan sang penulis bukan orang lain. Harus kita sadari bahwa tulisan yang wajar tidak selalu muncul sekali jadi dalam naskah pertama. Kita harus berani membacanya berulang-ulang, memperbaikinya, dan menulis-ulang walau pun mungkin terasa pekerjaan itu sungguh berat.
Sebenarnya yang membuat tulisan mudah dan wajar adalah nada spontanitas yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, kewajaran tidak datang secara wajar atau tidak datang dengan sendirinya. Untuk mendatangkan kewajaran itu harus ada keinginan pada diri kita untuk menulis secara efektif, secara tepat guna dan untuk mencapai hal itu justru dalam tulisan yang mengenai diri kita sendiri.
Menulis menuntut kita bersifat terus terang dan jujur, menuntut kerelaan untuk menelanjangi segala lapisan dalih dan healt serta sifat kepura-puraan untuk menjumpai diri kita yang outentik, diri kita yang sebenarnya. Keterusterangan menuntut kita agar membuang jauh-jauh segala rasa cemas mengenai hal-hal yang disetujui oleh para pembaca yang akan mengejutkan mereka, rasa kasihan dan penyesalan mereka pada kita atau pun kemungkinan menertawakan serta mencibir pada kita. Keterusterangan dan kejujuran menuntut bahkan juga memberi serta mendorong kita agar sungguh-sungguh, berani, berkarya, percaya dan ingin mengemukakan yang sebenarnya mengenai diri kita sendiri.
Bentuk tulisan pribadi yaitu catatan harian atau jurnal, cerita otobiografis dan esei pribadi. Catatan harian atau jurnal adalah catatan yang paling wajar dan jujur. Tujuan menulis catatan harian atau jurnal yaitu dapat menciptakan suatu pemerian yang jelas seperti keadaan yang sebenarnya, menangkap serta merekam esensi, hakekat dan intisari sesuatau, mempunyai kemampuan untuk memberi tanda mata atau oleh-oleh yang dapat menggerakan serta menghidupkan kenangan masa silam.
Tulisan jurnal memiliki ciri-ciri bernada akrab, bersifat pribadi, diperuntukan dibaca orang lain, sanggup menangkap kesan fotografis dalam kata-kata, sanggup mengira-ngira lukisan seseorang, sanggup menangkap kesan dari suatu tempat, mampu menghidupkan atau menciptakan kembali suasana masa lalu, bersifat gamblang, bersemangat, hidup, dan tajam, mempunyai kualitas pengulangan permainan pada saat itu juga, bahasa yang digunakan bersifat wajar, jelas dan lincah. Ada pun beberapa petunjuk menulis jurnal yaitu tulislah suatu kejadian setiap hari, batasilah catatan jurnal dengan satu pokok penting dan luar biasa saja, hendaklah melibatkan diri lebih pada penangkapan setiap seluk-beluk pengalaman, katakan dan ceritakan dengan kata-kata sendiri, sekali-kali bacalah catatan itu sehari atau dua hari kemudian. Petunjuk penulisan jurnal tersebut dapat membantu kita dalam menulis catatan jurnal atau catatan harian dengan baik.
Cerita Otobiografis adalah suatu tulisan yang menceritakan diri kita sendiri dan pengalaman-pengalaman kita. Cerita biografis dapat disamakan dengan tulisan jurnal. Perbedaan anatara tulisan otobiografis dan catatan jurnal ialah jurnal tidak mementingkan bentuk, sedangkan cerita otobiografis  mementingkan bentuk.
Teknik-teknik penulisan cerita otobiografis yaitu dapat menggunakan pendekatan terhadap pokok-pokok pembicaraan dengan dua cara yaitu pendekatan dramatik dan pendekatan deskriptif. Ada pun beberapa petunjuk menulis cerita otobiografis yaitu membatasi tulisan pada satu tindakan saja, menetapkan cara yang paling efektif untuk menata waktu dan secara tetap mengikutinya, harus konsisten dalam menetapkan tokoh, tindakan dan latar dalam cerita, pilihlah perincian-perincian dan peristiwa-peristiwa dengan cermat, dan berusahalah menarik minat dan menambah perasaan tegang dengan cara memasukan beberapa jenis konflik, perselisihan, pertengkaran ke dalam cerita. Dalam cerita otobiografi kita bisa memasukan lelucon yang berhubungan dengan riwayat hidup kita dengan maksud mengalihkan perhatian pembaca pada pokok pembicaraan tersebut.
Esei pribadi hanyalah merupakan salah satu dari jenis esei dalam pengertian yang lebih luas biasanya mempunyai dua bagian atau cabang utama yaitu formal dan informal atau resmi dan tidak resmi secara serius menggarap pokok masalah yang penting dan diberi ciri oleh pembatasan-pembatasan struktural yang ketat biasanya ditulis untuk memberitahukan atau mengatakan sesuatu kepada pembaca. Esei pribadi dapat bergerak menelusuri segala aneka ragam pengalaman manusia, tetapi terutama sekali pada situasi seharai-sehari yang biasa, lazim bagi kita semua dan yang memakan begitu banyak waktu dan pikiran kita. Prmasalahan esei pribadi hampir tidak terbatas namun yang modern pun memperlihatkan ciri-ciri bentuk dan gaya yang bersamaan.
Dalam esei pribadi, biasanya menggunakan nada yang santai, riang, ramah, agak menggelikan dan bersifat menggelikan. Ciri-ciri lain dari sejumlah esei pribadi ialah agak satiris, nada menyindir, membangkitkan kegembiraan yang lemah lembut pada pokok persoalan yang terkandung di dalamnya. Meskipun kehilangan bentuknya, namun esei pribadi menuntut struktur yang lebih banyak daripada cerita otobiografis.
Memulai suatu esei pribadi dalam suatu arah tertentu dan menunjukan suasananya atau pun sikap sang penulis terhadap permasalahan simpatik, tajam, sikap bermusuhan, atau menawan hati. Dalam menulis esei pribadi haruslah penuh dengan kegembiraan, tidak perlu cemas mengenai cara menjelaskan konsep-konsep yang sulit atau hubungan-hubungan yang rumit. Ada beberapa siasat yang dapat digunakan untuk merevisi penggalan tulisan tertentu dalam esei yaitu dengan merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan khusus perencanaan tulisan tersebut.

3.      Tulisan bernada penerangan

Biasanya nada tulisan yang seperti ini bersifat informatif, bernada memberi penerangan kepada orang lain. Nada informasi ini biasanya menghasilkan tulisan yang bersifat deskriptif, melukiskan, atau memerikan, bila dibandingkan di atas kertas. Memerikan sesuatu berarti melukiskanya tanpa menambah atau mengurangi keadaan yang sebenarnya. Apa adanya itulah yang dilukiskan atau diperikan.
Secara lebih tegas dan tepat, tujuan tulisan deskriptif adalah mengajak para pembaca bersama-sama menikmati, merasakan, memahami dengan sebaik-baiknya beberapa obyek atau suasana hati.untuk menarik perhatian para pembaca maka sudah tentu tulisan deskriptif menuntut bebearapa kualitas. Kualitas yang dituntut oleh tulisan deskriptif adalah daya tanggap yang tajam dan kepandaian mempergunakan kosa kata yang memadai. Adapun yang dipilih sebagai pokok pembicaraan, semua indra kita harus siap-siaga sehingga kita dapat merasakan apa yang diperikan dalam tulisan deskriptif.
Ragam tulisan pemerian ditinjau dari segi bentuknya dibedakan menjadi dua yaitu pemerian faktual dan pemerian pribadi. Pemerian faktual beranggapan bahwa orang, tempat, binatang, bangunan, barang, dan pemandangan dapat dilukiskan atau diperikan secara tepat dan obyektif seperti keadaan yang sebenarnya, tanpa menghiraukan presepsi-presepsi, asosiasi-asosiasi, serta kesan-kesan pribadi. Yang penting dalam pemerian faktual adalah kesetiaan atau kejituan terhadap subyek.
Untuk menjaga agar pendekatan tetap obyektif, maka bahasa dalam pemerian faktual mempunyai gaya khusus dan sederhana. Kalimat-kalimatnya relatif sederhana dan singkat. Nada yang digunakan harus sesuai dengan penyajian bahan obyektif dan langsung.
Kalau pemerian faktual secara tegas dan singkat memproklamasikan, pemerian pribadi beranggapan bahwa substansi-substansi material tidak mempunyai realitas sebenarnya karena masing-masing diubah bentuknya oleh pikiran dan perasaan orang. Sebagai tambahan terhadap pernyataan kesan yang berpengaruh dalam pemerian pribadi kita harus mempertimbangkan serta menetapkan apakah kita ingin menjadi seorang pengamat statis atau pengamat yang lincah. Kalau statis kita haruslah memiliki serta mengikuti secara tetap beberapa aturan yang logis seperti halnya dalam pemerian faktual, sedangkan kalau sebagai pengamat lincah kita harus secara jelas memberi tanda kepada para pembaca dengan pertolongan frase-frase  atau kalimat-kalimat yang menandai pergeseran dari satu tempat ke tempat yang lain.
Gaya dalam pemerian pribadi harus menarik, kalimat-kalimat pembuka yang tegas, dramatik, menggugah rasa ingin tahu, yang memancing perdebatan, kontroversial, menghasut, provokatif, dan tentunya dapat menarik minat pembaca, baik pada awal suatu tulisan pemerian pribadi, maupun dalam memperkenalkan pargraf-paragraf pemerian pribadi. Dengan kata lain, tugas utama adalah menarik perhatian pembaca secara menyenangkan, tugas kedua dalah mempertahankan hal itu. Dalam hal inilah kepekaan kita dalam mengamati sesuatu terasa berat, seperti halnya keterampilan kita dalam memanfaatkan indra-indra kita yang lainya.
Perbedaan antara pemerian faktual dan pemerian pribadi yaitu: pemerian faktual bertujuan menyajikan informasi sedangkan pemerian pribadi menyampaikan kesan, pendekatan yang digunakan dalam pemerian faktual adalah obyektif dan tidak memihak sedangkan dalam pemerian pribadi adalah subyektif interpretatif, dalam pemerian faktual daya tarik terletak pada pengertian sedangkan pada pemerian pribadi pada perasaan,  nada dalam pemerian faktual bersifat seadanya dan tidak berbelit-belit sedangkan dalam pemerian pribadi bersifat emosional, cakupan dalam pemerian faktual bersifat lengkap dan pasti sedangkan dalam pemerian pribadi bersifat selektif, bahasa dalam pemerian faktual sederhana dan jelas, sedangkan dalam pemerian pribadi kaya dan sugestif.

4.      Tulisan bernada penjelasan

Tulisan yang bernada penjelasan biasanya disebut tulisan penyingkapan. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa hampir semua yang kita tulis dapat diklasifikasikan sebagai tulisan informatif, tulisan yang bernada memberi penerangan, tetapi ada perbedaan di antara keduanya. Tulisan penyingkapan berbeda dari tulisan penerangan karena tujuanya tidaklah hanya sekedar menceritakan, melakukan, menggambarkan, ataupun meyakinkan. Tujuan utamanya adalah menjelaskan sesuatu pada pembaca.
Tulisan penyingkapan menggunakan berbagai cara untuk mencapai tujuan, misalnya dengan pengklasifikasian, pembatasan, penganalisisan, penjelajahan, penafsiran dan penilaian. Dalam proses penulisan penyingkapan, sang penulis dapat memusatkan perhatian pada salah satu kutub yang ekstrim yang paling obyektif atau subyektif. Perlu dipahami bahwa tulisan penyimgkapan berbeda dari bentuk-bentuk retorik lainya dalam upaya memancing atau menarik responsi yang distingtif.
Tulisan penyingkapan melakukan tugas penyingkapanya dengan jalan memberikan jawaban-jawaban atas sejumlah pertanyaan yang vital. Tulisan penyingkapan merupakan tulisan yang paling unggul untuk memahami dan paling bermanfaat untuk menguasai sesuatu hal. Dengan perkataan lain, harus ada keserasian antara masalah dan penikmat, antara bahan dan pembaca.
Tindakan pertama yang harus dilakukan oleh seorang penulis adalah menyesuaikan tulisan dengan pembaca. Kata-kata yang dipakai, informasi yang dikemukakan,  pendekatan yang dipergunakan, begitu pula butir-butir yang mendapat penekanan akan sangat berbeda. Hal tersebut dikarenakan cara kita menjelaskan pada anaka jelas berbeda dengan cara kita menjelaskan pada teman karib kita.
Dalam tulisan penyingkapan kita harus menganalisis penikmat untuk menyadari apa yang perlu mereka ketahui, apa yang ingin mereka ketahui, dan apa yang perlu mereka ketahui. Pokok pembicaraan penyingkapan tidak ditetapkan dan tidak diatur, oleh sebab itu perlu mempertimbangkan para pembaca dalam memilih judul. Dalam memilih pokok pembicaraan penulis harus mengingat tiga hal yaitu daya penarik, luas dan kerumitan.
Berdasarkan bentuknya daya penyingkapan dapat dibagi atas:
1)   Klasifikasi, pada dasarnya klasifikasi merupakan suatu prosedur penyaringan yang memudahkan para penulis berusaha mengatasi suatu pokok pembicaraan yang haus dengan jalan membagi-baginya menjadi beberapa bagian. Sebagi suatu proses dan keterampilan, maka klasifikasi sangat berguna bagi berbagai hal lain, klasifikasi mungkin berguna sekali dalam merancanakan suatu tulisan. dalam menggarap suatu pokok yang luas yang dapat dipecah-pecah menjadi beberapa kategori atau kelas, maka keterampilan dalam klasifikasi sudah jelas dapat membantu mempersempit cakupan judul.
2)   Definisi, definisi adalah sejenis penyingkapan yang merupakan dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk menjelaskan. Pada hakekatnya definisi merupakan suatu tindakan pembahasan yang hendak memberi penrgertian suatu istilah sejelas mungkin. Jenis definisi dibedakan menjadi tiga yaitu: definisi kamus, logis atu formal dan definisi secara luas.
3)   Analisis, merupakan suatu proses membagi bahan bagi maksud-maksud penyingkapan. Akan tetapi klasifkasi hanya memusatkan perhatian pada pengenalan dan pemerian suatu pokok pembicaraan. Tujuan analisis tidak sekedar membagi-bagi butir pokok menjadi bagian-bagian komponenya, tetapi menelaah serta menilai hubungan antara bagian-bagian tersebut.
4)   Opini, merupakan sebuah pendapat seseorang dalam menanggapi suatu topik pembicaraan. Tulisan opini menuntut perhatian pada hubungan-hubungan logis, maka jelas bahwa susunan tulisan seperti ini sedikit lebih rumit daripada bentuk-bentuk lain yang telah diperbincang-bincangkan seperti tulisan pemerian dan lain sebagainya.

Dalam susunan tulisan penyingkapan ada dua hal yaitu pentingnya susunan logis dalam penyingkapan dan langkah-langkah pengembangan susunan logis. Pentingnya susunan logis menyarankan metode penyusunan cerita pribadi dengan susunan yang kronologis dan pemerian-pemerian dengan susunan teratur berdasarkan ruang dari atas ke bawah, atau dari kiri ke kanan. Dalam penyingkapan atau eksposisi menata gagasan-gagasan berdasarkan urutan waktu dan pengaturan ruang tidak akan mencukupi, kita masih membutuhkan susunan logis, dan organisasi yang logis, sedangkan langkah-langkah pengembangan logis terdiri dari empat langkah yang harus dilalui yaitu: mencari judul, membatasi judul, merumuskan pernyataan tesis dan mengembangkan suatu bagan atau skema organisasi.
Bentuk paragraf penyingkapan, dalam paragraf penyingkapan terdapat komponen-komponen paragraf, pengembangan paragaraf, jenis paragraf dan gerakan paragraf. Komponen paragraf berupa judul atau subyek, pembatasan dan uraian, dalam paragraf yang baik memang selalu terdapat tiga komponen tersebut. Pengembangan paragraf  maksudnya dalah pengembangan dari komponen-komponen paragraf, sedangkan jenis-jenis paragraf yaitu paragraf peralihan dan paragraf penekanan.
Paragraf peralihan mengandung celah uraian yang kosong. Biasanya paragraf peralihan menerangkan dua fungsi yaitu merangkum, menilai bahan atau uraian terdahulu, dan membayangkan bahan atau uraian berikutnya. Paragraf penekanan, paragraf penekanan terdiri dari beberapa kalimat berita singkat yang pada umumnya dimaksudkan untuk mengejutkan para pembaca, menimbulkan reaksi dari mereka, atau memastikan bahwa mereka memperoleh pesan yang jelas dan polos.
Gerakan peralihan ditinjau dari segi urutan , maka paragraf-paragraf dapat dibedakan atas: urutan setara, bertingkat dan campuran. Urutan setara umumnya hanya mengandung dua tingkatan umum. Urutan bertingkat mengandung kalimat-kalimat pada tahap-tahap pengurangan  keumuman, masing-masing bergantung atau terkait pada kalimat yang terdahulu dalam makna dan urutan campuran adalah penggabungan antara urutan setara dengan urutan bertingkat dalam sebuah paragraf.

5.      Tulisan bernada mendebat

Bila seseorang menggunakan nada mendebat maka hasilnya adalah tulisan yang bersifat meyakinkan seperti persuasif dan persuasif logis. Paragraf persuasif adalah tulisan yang dapat menarik perhatian pembaca, yang dapat menarik minat dan dapat meyakinkan mereka bahwa pengalaman membaca merupakan suatu hal yang amat penting. Persuasif logis sering disebut argumentasi, digunakan pada situasi-situasi resmi seperti  perdebatan-perdebatan dan pada pengadilan-pengadilan tinggi tetapi terjadi juga pada diskusi-diskusi serius mengenai masalah penting yang sedang hangat diperbincangkan  dalam buku, majalah, dan dalam artikel serta tajuk-tajuk rencana surat kabar.
Persuasi logis berdasarkan penalaran logis mencakup dua proses dasar berpikir dan organisasi yaitu induksi dan deduksi. Induksi adalah suatu proses pencapaian kesimpulan yang didasarkan pada fakta, pengamatan, observasi, dan kesaksian. Deduksi didasarkan pada asumsi, tidak ada fakta yang dapat dilihat yang mendasari asumsi.
Susunan tulisan yang bersifat meyakinkan hendaklah mempertunjukan jenis hubungan logis yang sama antara proposisi atau masalah dan argumen-argumen penunjangnya yang ada di antara konklusi suatu silogisme dan premis-premis yang secara logis menuju ke sana. Suatu tulisan yang ditulis dari suatu kerangka akan bersamaan dalam keseluruhan rencana yang juga dipakai bagi tulisan penyingkapan. Pokok permasalahan dan pembatasan yang digarap dalam pendahuluan.

6.      Tulisan yang bernada mengkritik

Tulisan yang bernada mengkritik menghasilkan tulisan mengenai sastra. Agar dapat menghasilkan tulisan yang bernada mengeritik dengan baik, maka seseorang harus terlebih dahulu membaca karya kemudian dianalisis secara kritis. Ini merupakan syarat mutlak.
Tanpa membaca karya-karya sastra, kita tidak mungkin membuat analisis kritis yang memuaskan. Itulah sebabnya kegiatan diskusi serta kritis secara analitis dapat meningkatkan keterampilan kita dalam membaca dan menulis. Sebagai konsekuensinya, sastra dan pemahaman terhadapnya bukan saja memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmatinya dalam beberapa jam, menghindarkan dari kerumitan hidup, tetapi juga memberikan kepada kita pengalaman hidup dalam pengertian hidup yang sebenar-benarnya.
Dalam usaha untuk menulis karya yang bernada mengkritik, maka mau tak mau kita harus membaca karya-karya sastra serta harus memahami benar-benar peranan para sastrawan tau para penulis. Para penulis sastra menciptakan suatu dunia baru yang dibatasi oleh ruang dan waktu sesuai dengan maksud khusus. Dalam merancanakan dunia fiksi para penulis memegang peranan yang beraneka ragam yaitu penulis sebagai pemimpin, penulis cerita dan direktur atau pemimpin.
Sebagai sutradara penulis memusatkan perhatian pada aspek-aspek teknis karya mereka. Penulis sebagai penulis cerita, penulis naskah, maka sang sastrawan berhadapan dengan aspek-aspek retorik sesuatu karya sastra, yang terpenting di antara aspek-aspek tersebut yaitu sudut pandang, bahasa, dan penokohan. Penulis sebagai direktur adalah membentangkan tahap-tahap makna yang telah menjadi sifat karya, dengan menggunakan bahasa kiasan, memanfaatkan kedwiartian bahasa dan situasi dan menarik keuntungan dari asosiasi-asosiasi psikologis para pembaca.
Penokohan adalah proses yang digunakan oleh pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Tokoh dibedakan atas tokoh utama/tokoh pusat, tokoh penunjang dan tokoh latar belakang. Ciri-ciri tokoh yaitu tolol, dihormati, lekas marah, sabar, lembut, baik hati, dan idealistis.
Tokoh utama tidak belajar dari pengalaman-pengalaman mereka. Ada atau tidaknya perubahan yang dialami oleh para tokoh  dalam suatu fiksi harus dinyatakan oleh penulis dengan alasan-alasan yang dapat diterima oleh akal sehat para pembaca karyanya. Walaupun dalam sastra yang baik para tokoh merupakan pribadi-pribadi yang rumit, tetapi kebanyakan para tokoh penunjang dan tokoh latar belakang biasanya tidak dapat ditelusuri secermat dan sedalam tokoh utama.

7.      Tulisan bernada otoritatif

Tulisan bernada otoritatif menghasilkan karya ilmiah. Tahap-tahap yang biasa dilalui dalam membuat tulisan ilmiah yaitu:
1)      Memilih pokok atau topik
Memilih topik merupakan hal yang mudah bagi seseorang. Kalau demikian pemilihan topik tidak menjadi masalah. Namun, sebenarnya memilih judul atau topik tidak semudah yang kita bayangkan, sebab ada baiknya jika kita menyediakan waktu dua atau tiga hari untuk merenung, memikirkan, membaca, menyimak, menanyakan serta menuliskan setiap kemungkinan yang menarik hati.
2)      Membaca pendahuluan
Dengan membaca pendahuluan bermaksud untuk memperoleh gambaran umum mengenai pokok permasalahan sehingga kita dapat mengarahkan sarana yang tepat untuk menghasilkan tulisan ilmiah. Konsekuensinya kita harus membenamkan diri dalam ruang referensi, tempat menyimpan karya-karya buku utama, seperti kamus, ensiklopedi, kamus biografis, almanak, buku tahunan dan indeks-indeks. Selain bahan-bahan tersebut, di perpustakaan juga dapat kita manfaatkan katalog-katalog, abstrak-abstrak, pamplet-pamplet serta publikasi-publikasi pemerintah yang hendak kita garap dalam bentuk tulisan.
3)      Bibliografi pendahuluan
Bibliografi adalah daftar sumber mengenai suatu pokok permasalahan. Bibliografi pendahuluan akan menolong kita untuk menunjukan dengan tepat sumber-sumber yang bermanfaat. Dalam tahap ini kegiatanya adalah menyaring sumber-sumber yang dapat menunjang maksud  penulisan karya ilmiah. Sebab sebuah sumber referensi akan membimbing kita pada hal yang ada kaitanya dengan apa yang kita cari.
4)      Kerangka pendahuluan
Kerangka pendahuluan merupakan suatu rencana sementara bagi sebuah tulisan, merupakan suatu petunjuk umum yang mengarahkan langkah kita dan bagaimana caranya kita sampai pada tujuan. Kerangka pendahuluan bukan sebuah hal yang mutlak, tetapi dapat diubah-ubah sesuai dengan perkembangan penulisan.
5)      Membuat catatan
Pembuatan catatan yang tepat guna mencakup pengadaan sistem pemerolehan informasi yang memungkinkan serta memudahkan kita menjumpai suatu catatan khusus secara mudah. Untuk membuat catatan biasanya menggunakan kartu-kartu berukuran 4 x 6 cm. Proses membuat catatan menuntut agar dalam satu kartu termuat informasi hanya dari satu sumber dan hanya mengenai satu aspek dari  masalah,  maka  banyak dari catatan-catatan yang terdiri dari satu atau dua kalimat saja, pembuatan catatan merupakan proses yang mungkin saja terlihat sebagai upaya yang memboroskan waktu tetapi dalam praktek dan kenyataanya justru menghemat waktu.
6)      Menulis naskah pertama
Menulis karya pertama suatu karya ilmiah pada dasarnya sama dengan menulis naskah pertama karya lainya, kecuali dalam satu hal yaitu biasanya lebih sukar. Dalam penulisan karya ilmiah kita sering membuat kutipan, di samping kutipan langsung sesuai dengan aslinya, kita pun dapat membuat kutipan  dengan teknik asimilasi atau reduksi dalam penulisan naskah pertama. Satu hal yang perlu diperhatikan mengenai kutipan-kutipan ialah: kita sebagai penulis harus trampil memadunya dengan sesuatu yang utuh dan tepat guna dalam karya tulis kita.
7)      Dokumentasi
Karya tulis ilmiah membutuhkan dokumentasi guna memudahkan penulis menyatakan serta mengakui jasa para penulis lainya. Dokumentasi bagi psikologi, sosiologi dan sejarah mungkin berbeda, tergantung pada para pengajarnya. Dokumentasi ini biasanya bentuk catatan kaki, mengacu pada sumber yang bersangkutan.
8)      Mengadakan revisi
Sesudah menyelesaikan naskah pertama, maka tugas selanjutnya adalah merevisi naskah tersebut dengan teliti. Meneliti secara cermat kelemahan-kelemahan yang masih mungkin terdapat dalam naskah tersebut, baik kaitanya dengan organisasi, stilistik dan mekanisme.
9)      Menulis naskah akhir
Dalam penulisan naskah akhir, ada empat hal yang perlu diperhatikan yaitu judul, halaman judul, kerangka akhir, dan bibliografi.
10)  Mengoreksi cetakan percobaan
Mengoreksi cetakan percobaan ini sebenarnya sangat penting meskipun sepertinya sangat sepele. Dengan membaca cetakan percobaan secara cermat dan teliti, maka kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan yang tidak perlu terjadi, yang akan mengurangi nilai karya tersebut.

C. Komentar

            Pada bagian ini penulis laporan akan memberikan komentar tentang isi buku dengan menggunakan buku lain sebagai pembanding. Dalam hal ini penulis akan memberikan penjelasan lebih lanjut serta melihat kelebihan dan kekurangan buku yang dilaporkan. Penulis laporan akan membandingkan buku yang dilaporkan dengan karya P. Suparman Natawidjaja berjudul Petunjuk Menyusun Kalimat Efektif dan Tulisan Ilmiah.

            Komentar Penulis
No
Buku yang Dilaporkan
Buku Pembanding
1
Materi yang disajikan mendalam namun juga disertai dengan contoh-contoh
Meteri yang disajikan tidak terlalu mendalam dan disertai dengan contoh-contoh.

2
Lebih mudah untuk dipahami karena dijelaskan secara rinci dan disertai contoh
Lebih sulit untuk dipahami karena dibahas secara tidak mendalam walau pun disertai contoh

Hanya sedikit menggunakan istilah-istilah asing dan istilah tersebut dijelaskan, sehingga mudah untuk dipahami
Banyak menggunakan istilah-istilah asing terutama pada contoh yang membuat pembaca menjadi kesulitan untuk memahaminya karena tidak dijelaskan.

Hanya beberapa bab saja yang disertai dengan rangkuman, guna untuk mempercepat pembaca mengetahui informasi yang disampaikan
Menyajikan kesimpulan pada tiap-tiap akhir pokok pembahasan bab, sehingga pemabaca dapat mengetahui secara cepat pokok masalah yang dibahas

Keunggulannya buku ini adalah dilengkapi dengan kegiatan yang dijelaskan secara bertahab mulai dari awal dan akhir kegiatan untuk pembaca, agar mencapai tujuan yang diinginkan
Tidak dilengkapi dengan kegiatan yang jelas. Sehingga pembaca tidak banyaknya mendapatkan pengetahuan dari buku.

Dilengkapi dengan gambar-gambar untuk menjelaskan hubungan komponen-komponen dalam pembahasan setiap bab dan mendukung penyajian pembahasan dalam setiap bab
Tidak dilengkapi dengan gambar-gambar yang mendukung penyajian pembahasan

D. PENUTUP

            Pandangan penulis terhadap buku yang dilaporkan yaitu buku ini sangat sesuai digunakan bagi guru atau calon guru dibidang apa saja. Hal ini sesuai dengan pembahasan yang di tuliskan dalam buku tersebut yang mengupas secara mendalam tentang bagaimana cara menulis berbagai jenis karangan. Selain itu buku ini juga bisa digunakan untuk panduan dosen serta mahasiswa perguruan tinggi pada jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
            Saran dari saya selaku pelapor bacaan buku ini yaitu buku ini  akan lebih baik jika dibahas secara mendalam serta mendetail tentang hal-hal yang berhubungan dengan menulis  saja tan pa memasukan hal di luar tentang menulis, karena bisa memudahkan pembaca memahami dari dasar hingga akhir tentang menulis, baik dari segi pengertian, teknik, tujuan, langkah-langkah serta guna dari kegiatan menulis. Dalam buku ini tidak begitu banyak menjelaskan suatu teori. Yang diterapkan adalah kreatifitas untuk pembaca dalam mencari dan pemahaman sendiri dari pengalamannya.


Daftar pustaka

Tarigan, Henru Guntur. 1968. Menulis:Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Natawidjaja, P. Suparman. 1986. Petunjuk Menyusun Kalimat Efektif dan Tulisan Ilmiah. Jakarta: PT. Intermasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar