LAPORAN BACAAN BUKU TEKS
A. Pendahuluan
Pada
bagian ini penulis laporan bacaan akan melaporkan identitas buku secara rinci,
di antaranya : judul buku, penyusun, penerbit, tahun terbit, cetakan, kota
terbit, tebal buku, jumlah halaman, lebar buku, panjang buku, dan garis besar
isi buku.
Judul buku : MENULIS: Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa
Penyusun : Prof. DR. Henry Guntur Tarigan
Penerbit : Angkasa Bandung
Tahun terbit : 1986
Cetakan :
Kesepuluh
Kota terbit : Bandung
Tebal buku : 1 cm
Jumlah halaman :
197 halaman
Lebar buku : 14 cm
Panjang buku :
20,5 cm
Garis besar isi buku :
Buku ini adalah sebuah pegangan bagi mahasiswa tentang
salah satu aspek keterampilan berbahasa yaitu menulis. Di dalam buku ini terdapat
tujuh bab yang membahas tentang keterampilan
berbahasa, tulisan bernada akrab, tulisan bernada penerangan, tulisan bernada
penjelasan, tulisan bernada mendebat, tulisan bernada mengkeritik, dan tulisan
bernada otoritatif. Dalam setiap bab membahas tentang makna dan manfaat, tujuan,
serta ciri-ciri dari setiap pembahasan dalam bab tersebut.
B. Laporan Bagian Buku
Pada
bagian ini penulis akan melaporkan intisari isi buku yang di dalamnya membahas tujuh
bab:
1. Pendahuluan: komponen keterampilan berbahasa
Di dalam pendahuluan atau bab satu membahas tentang
empat aspek keterampilan berbahasa yaitu: Keterampilan menyimak (listening
skills), keterampilan berbicara (speaking skills), keterampilan membaca
(reading skills) dan keterampilan menulis (writing skills).
Setiap komponen atau aspek keterampilan di atas
sangat berkaitan erat satu sama lain. Dalam memeroleh empat keterampilan
berbahasa tersebut, kita harus melalui suatu hubungan atau urutan yang teratur,
pada masa kecil kita pertama kali menguasai keterampilan menyimak bahasa yaitu
bahasa yang digunakan oleh kedua orang tua atau orang-orang di sekeliling kita,
kemudian keterampilan berbicara yang merupakan respon dari menyimak, sesudah
itu kita menguasai keterampilan membaca yang dikuasai secara fasih ketika sudah
duduk di bangku pendidikan formal yang kemudian dilanjutkan dengan keterampilan
menulis. Dari hubungan atau urutan di atas menerangkan bahwa keterampilan
berbahasa hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktek dan banyak
latihan, oleh sebab itu setelah melaksanakan praktek dan latihan perlu
dilakukan tes untuk mengetahui sampai di mana hasil yang telah dicapai.
1.1.Menulis sebagai suatu
keterampilan berbahasa
Dalam buku ini menyatakan bahwa menulis
merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Keterampilan menulis
tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui latihan dan praktek yang
banyak dan teratur. Kegiatan menulis juga digunakan oleh para orang terpelajar
untuk mencatat, merekam, meyakinkan, melaporkan, dan memengaruhi. Kiranya
tidaklah terlalu berlebihan bila keterampilan menulis merupakan ciri yang
dimiliki oleh orang yang terpelajar.
1)
Hubungan antara menulis dan membaca
Hubungan antara mennnulis dan
membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dengan pembaca. Pada
prinsipnya kita menulis agar tulisan itu dibaca oleh orang lain, paling sedikit
dapat kita baca sendiri di waktu yang berbeda. Tugas sang penulis adalah
mengatur suaatu proses yang mengakibatkan suatu perubahan tertentu dalam kesan
pembaca.
2)
Hubungan antara menulis dan berbicara
Berbicara dan menulis mempunyai
banyak kesamaan umum, maka sejumlah ahli memasukan kedua keterampilan berbahasa
ini ke dalam retorik sebagai seni penyusunan atau penggubahan kata-kata dan
kalimat yang tepat guna dan bertanggungjawab baik dalam tuturan maupun dalam
tulisan. Retorik merupakan penggunaan bahasa secara tepat guna untuk
mengkomunikasikan perasaan yang sejati dan gagasan-gagasan yang sehat serta
masuk akal. Bahasa tuturan adalah bahasa ujaran, perbedaan anatara bahasa
ujaran dengan bahasa tulisan yaitu perbedaan primer dan sekunder, perbedaan
primer ialah tidak adanya sesuatu yang justru ada pada pihak lain, misaslnya:
tanda grafik seperti pastrofe dalam tulisan atau bunyi distingtif seperti aksen
dalam ujaran, perbedaan sekunder ialah merupakan akibat dari keharusan untuk
membuat pilihan alternatif atau susunan alternatif dengan maksud menutupi
kekurangan primer.
1.2.Menulis sebagai cara
berkomunikasi
Secara luas dapat dikatakan bahwa komunikasi adalah
suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan-pesan yang terjadi sewaktu-waktu
bila manusia atau binatang-binatang ingin berkenalan dan berhubungan dengan
satu sama lain. Walaupun komunikasi seringkali merupakan suatu campuran dari
dua atau tiga media visual, oral, dan written, tetapi demi kemudahan dan
kesederhanaan tiga media tersebut dibicarakan secara terpisah. Dalam kehidupan
ini, terdapat situasi yang membutuhkan kedua keterampilan berbahasa yaitu lisan
dan tulisan yang sangat erat hubunganya karena sifat penggunaanya dalam
berbahasa.
1.3.Batasan, Fungsi, Tujuan
Menulis
Menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh orang lain, sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut. Menulis merupakan satu representasi bagian dari
kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa. Seperti
gambar atau lukisan mungkin dapat menyampaikan makna-makna, tetapi tidak
menggambarkan kesatuan-kesatuan bahasa.
Pada prinsipnya fungsi utama dari
tulisan adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Tulisan dapat
membantu kita berpikir secara kritis, menjelaskan pikiran-pikiran dan lain
sebagainya. Menulis adalah salah satu bentuk berfikir, tapi justru berpikir
bagi membaca tertentu dan dalam waktu tertentu.
Yang dimaksud dengan maksud atau
tujuan menulis yaitu memberitahukan atau mengajar, meyakinkan atau mendesak,
menghibur atau menyenangkan, dan mengekspresikan perasaan dan emosi.
Memberitahukan itu berarti dengan menulis dapat menyampaikan informasi serta
mengajar pembaca, dengan menulis dapat meyakinkann atau mendesak pembaca, dapat
menghibur atau menyenangkan pembaca, dan menulis juga dapat dijadikan sarana
atau tempat untuk mengekspresikan perasaan dan emosi.
1.4.Ragam tulisan
Ragam tulisan adalah beberapa
jenis tulisan yang telah diklasifikasikan. Ragam tulisan ini seperti eksposisi,
deskripsi, narasi, dan argumentasi.
2. Tulisan Bernada Akrab
Dalam buku ini tulisan bernada akrab lebih mengarah
pada tulisan pribadi, tulisan pribadi adalah bentuk tulisan yang memberi
sesuatu hal yang paling menyenagkan dalam penjelajahan diri pribadi sang
penulis. Tulisan membuat kita sadar akan kehidupan, sebab manakala kita menaruh
pikiran-pikiran kita mengenai kehidupan ke dalam kata-kata, maka kita menjadi
lebih sadar akan kehidupan. Tulisan pribadi dapat juga merupakan terapeutik
atau ilmu pemeriksaan dan pengobatan, suatu alat untuk menganalisis diri yang mengizinkan kita memahami diri kita
lebih baik, tulisan pribadi juga mempersiapkan kita bagi penulisan tugas-tugas
yang jauh lebih pelik, dengan jalan memudahkan kita menggarap suatu pokok
pembicraan yang telah kita pahami benar-benar dan dapat dengan mudah menyusun
serta menatanya dalam suatu urutan waktu yang sederhana.
Tulisan pribadi jelas bersifat subyektif keakuan.
Tulisan pribadi adalah suatu pernyataan dari gagasan-gagasan serta
perasaan-perasaan mengenai pengalaman diri sendiri yang ditulis baik kesenangan
kita sendiri atau pun bagi kepentingan dan kenikmatan sanak keluarga atau
sahabat karib. Tulisan pribadi dapat berbentuk suatu buku harian, catatan harian
atau jurnal, cerita tidak resmi, surat dan puisi.
Selain berdasarkan bentuk tulisan pribadi di atas,
tulisan pribadi ditandai dengan penggunaan bahasa yang alamiah, biasa, wajar,
sederhana, ujaran yang normal dengan kebiasaan sintaksis sehari-hari. Tulisan
pribadi hendaknya hidup, bersemangat, lincah, cemerlang, menarik, memikat,
memukau dan menyegarkan. Tulisan pribadi juga harus bersifat ramah tamah, tidak
formal, berapi-api penuh semangat, riang-gembira, penuh dengan kegiatan dan
keriaan percakapan tetapi tanpa banyak pergaulan, penyimpangan serta tanpa
“wah, aduh, dan anda tahu,”.
Apa pun yang menjadi pokok pembicaraan tulisan
pribadi yang telah pasti ialah selalu fokus pada pikiran-pikiran dan
perasan-perasan sang penulis bukan orang lain. Harus kita sadari bahwa tulisan
yang wajar tidak selalu muncul sekali jadi dalam naskah pertama. Kita harus
berani membacanya berulang-ulang, memperbaikinya, dan menulis-ulang walau pun
mungkin terasa pekerjaan itu sungguh berat.
Sebenarnya yang membuat tulisan mudah dan wajar
adalah nada spontanitas yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, kewajaran tidak
datang secara wajar atau tidak datang dengan sendirinya. Untuk mendatangkan
kewajaran itu harus ada keinginan pada diri kita untuk menulis secara efektif,
secara tepat guna dan untuk mencapai hal itu justru dalam tulisan yang mengenai
diri kita sendiri.
Menulis menuntut kita bersifat terus terang dan
jujur, menuntut kerelaan untuk menelanjangi segala lapisan dalih dan healt
serta sifat kepura-puraan untuk menjumpai diri kita yang outentik, diri kita
yang sebenarnya. Keterusterangan menuntut kita agar membuang jauh-jauh segala
rasa cemas mengenai hal-hal yang disetujui oleh para pembaca yang akan
mengejutkan mereka, rasa kasihan dan penyesalan mereka pada kita atau pun
kemungkinan menertawakan serta mencibir pada kita. Keterusterangan dan
kejujuran menuntut bahkan juga memberi serta mendorong kita agar
sungguh-sungguh, berani, berkarya, percaya dan ingin mengemukakan yang
sebenarnya mengenai diri kita sendiri.
Bentuk tulisan pribadi yaitu catatan harian atau
jurnal, cerita otobiografis dan esei pribadi. Catatan harian atau jurnal adalah
catatan yang paling wajar dan jujur. Tujuan menulis catatan harian atau jurnal
yaitu dapat menciptakan suatu pemerian yang jelas seperti keadaan yang
sebenarnya, menangkap serta merekam esensi, hakekat dan intisari sesuatau,
mempunyai kemampuan untuk memberi tanda mata atau oleh-oleh yang dapat
menggerakan serta menghidupkan kenangan masa silam.
Tulisan jurnal memiliki ciri-ciri bernada akrab,
bersifat pribadi, diperuntukan dibaca orang lain, sanggup menangkap kesan
fotografis dalam kata-kata, sanggup mengira-ngira lukisan seseorang, sanggup
menangkap kesan dari suatu tempat, mampu menghidupkan atau menciptakan kembali
suasana masa lalu, bersifat gamblang, bersemangat, hidup, dan tajam, mempunyai
kualitas pengulangan permainan pada saat itu juga, bahasa yang digunakan
bersifat wajar, jelas dan lincah. Ada pun beberapa petunjuk menulis jurnal
yaitu tulislah suatu kejadian setiap hari, batasilah catatan jurnal dengan satu
pokok penting dan luar biasa saja, hendaklah melibatkan diri lebih pada
penangkapan setiap seluk-beluk pengalaman, katakan dan ceritakan dengan
kata-kata sendiri, sekali-kali bacalah catatan itu sehari atau dua hari
kemudian. Petunjuk penulisan jurnal tersebut dapat membantu kita dalam menulis
catatan jurnal atau catatan harian dengan baik.
Cerita Otobiografis adalah suatu tulisan yang
menceritakan diri kita sendiri dan pengalaman-pengalaman kita. Cerita biografis
dapat disamakan dengan tulisan jurnal. Perbedaan anatara tulisan otobiografis
dan catatan jurnal ialah jurnal tidak mementingkan bentuk, sedangkan cerita
otobiografis mementingkan bentuk.
Teknik-teknik penulisan cerita otobiografis yaitu
dapat menggunakan pendekatan terhadap pokok-pokok pembicaraan dengan dua cara
yaitu pendekatan dramatik dan pendekatan deskriptif. Ada pun beberapa petunjuk
menulis cerita otobiografis yaitu membatasi tulisan pada satu tindakan saja,
menetapkan cara yang paling efektif untuk menata waktu dan secara tetap
mengikutinya, harus konsisten dalam menetapkan tokoh, tindakan dan latar dalam
cerita, pilihlah perincian-perincian dan peristiwa-peristiwa dengan cermat, dan
berusahalah menarik minat dan menambah perasaan tegang dengan cara memasukan
beberapa jenis konflik, perselisihan, pertengkaran ke dalam cerita. Dalam
cerita otobiografi kita bisa memasukan lelucon yang berhubungan dengan riwayat
hidup kita dengan maksud mengalihkan perhatian pembaca pada pokok pembicaraan
tersebut.
Esei pribadi hanyalah merupakan salah satu dari
jenis esei dalam pengertian yang lebih luas biasanya mempunyai dua bagian atau
cabang utama yaitu formal dan informal atau resmi dan tidak resmi secara serius
menggarap pokok masalah yang penting dan diberi ciri oleh pembatasan-pembatasan
struktural yang ketat biasanya ditulis untuk memberitahukan atau mengatakan
sesuatu kepada pembaca. Esei pribadi dapat bergerak menelusuri segala aneka
ragam pengalaman manusia, tetapi terutama sekali pada situasi seharai-sehari
yang biasa, lazim bagi kita semua dan yang memakan begitu banyak waktu dan
pikiran kita. Prmasalahan esei pribadi hampir tidak terbatas namun yang modern
pun memperlihatkan ciri-ciri bentuk dan gaya yang bersamaan.
Dalam esei pribadi, biasanya menggunakan nada yang
santai, riang, ramah, agak menggelikan dan bersifat menggelikan. Ciri-ciri lain
dari sejumlah esei pribadi ialah agak satiris, nada menyindir, membangkitkan
kegembiraan yang lemah lembut pada pokok persoalan yang terkandung di dalamnya.
Meskipun kehilangan bentuknya, namun esei pribadi menuntut struktur yang lebih
banyak daripada cerita otobiografis.
Memulai suatu esei pribadi dalam suatu arah tertentu
dan menunjukan suasananya atau pun sikap sang penulis terhadap permasalahan
simpatik, tajam, sikap bermusuhan, atau menawan hati. Dalam menulis esei
pribadi haruslah penuh dengan kegembiraan, tidak perlu cemas mengenai cara
menjelaskan konsep-konsep yang sulit atau hubungan-hubungan yang rumit. Ada
beberapa siasat yang dapat digunakan untuk merevisi penggalan tulisan tertentu
dalam esei yaitu dengan merumuskan pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan
dengan kebutuhan-kebutuhan dan tujuan-tujuan khusus perencanaan tulisan
tersebut.
3. Tulisan bernada penerangan
Biasanya nada tulisan yang seperti ini bersifat informatif,
bernada memberi penerangan kepada orang lain. Nada informasi ini biasanya
menghasilkan tulisan yang bersifat deskriptif, melukiskan, atau memerikan, bila
dibandingkan di atas kertas. Memerikan sesuatu berarti melukiskanya tanpa
menambah atau mengurangi keadaan yang sebenarnya. Apa adanya itulah yang
dilukiskan atau diperikan.
Secara lebih tegas dan tepat, tujuan tulisan
deskriptif adalah mengajak para pembaca bersama-sama menikmati, merasakan,
memahami dengan sebaik-baiknya beberapa obyek atau suasana hati.untuk menarik
perhatian para pembaca maka sudah tentu tulisan deskriptif menuntut bebearapa
kualitas. Kualitas yang dituntut oleh tulisan deskriptif adalah daya tanggap
yang tajam dan kepandaian mempergunakan kosa kata yang memadai. Adapun yang dipilih
sebagai pokok pembicaraan, semua indra kita harus siap-siaga sehingga kita
dapat merasakan apa yang diperikan dalam tulisan deskriptif.
Ragam tulisan pemerian ditinjau dari segi bentuknya
dibedakan menjadi dua yaitu pemerian faktual dan pemerian pribadi. Pemerian
faktual beranggapan bahwa orang, tempat, binatang, bangunan, barang, dan
pemandangan dapat dilukiskan atau diperikan secara tepat dan obyektif seperti
keadaan yang sebenarnya, tanpa menghiraukan presepsi-presepsi,
asosiasi-asosiasi, serta kesan-kesan pribadi. Yang penting dalam pemerian
faktual adalah kesetiaan atau kejituan terhadap subyek.
Untuk menjaga agar pendekatan tetap obyektif, maka
bahasa dalam pemerian faktual mempunyai gaya khusus dan sederhana.
Kalimat-kalimatnya relatif sederhana dan singkat. Nada yang digunakan harus
sesuai dengan penyajian bahan obyektif dan langsung.
Kalau pemerian faktual secara tegas dan singkat
memproklamasikan, pemerian pribadi beranggapan bahwa substansi-substansi
material tidak mempunyai realitas sebenarnya karena masing-masing diubah
bentuknya oleh pikiran dan perasaan orang. Sebagai tambahan terhadap pernyataan
kesan yang berpengaruh dalam pemerian pribadi kita harus mempertimbangkan serta
menetapkan apakah kita ingin menjadi seorang pengamat statis atau pengamat yang
lincah. Kalau statis kita haruslah memiliki serta mengikuti secara tetap
beberapa aturan yang logis seperti halnya dalam pemerian faktual, sedangkan
kalau sebagai pengamat lincah kita harus secara jelas memberi tanda kepada para
pembaca dengan pertolongan frase-frase
atau kalimat-kalimat yang menandai pergeseran dari satu tempat ke tempat
yang lain.
Gaya dalam pemerian pribadi harus menarik,
kalimat-kalimat pembuka yang tegas, dramatik, menggugah rasa ingin tahu, yang
memancing perdebatan, kontroversial, menghasut, provokatif, dan tentunya dapat
menarik minat pembaca, baik pada awal suatu tulisan pemerian pribadi, maupun
dalam memperkenalkan pargraf-paragraf pemerian pribadi. Dengan kata lain, tugas
utama adalah menarik perhatian pembaca secara menyenangkan, tugas kedua dalah
mempertahankan hal itu. Dalam hal inilah kepekaan kita dalam mengamati sesuatu
terasa berat, seperti halnya keterampilan kita dalam memanfaatkan indra-indra
kita yang lainya.
Perbedaan antara pemerian faktual dan pemerian pribadi
yaitu: pemerian faktual bertujuan menyajikan informasi sedangkan pemerian
pribadi menyampaikan kesan, pendekatan yang digunakan dalam pemerian faktual
adalah obyektif dan tidak memihak sedangkan dalam pemerian pribadi adalah
subyektif interpretatif, dalam pemerian faktual daya tarik terletak pada
pengertian sedangkan pada pemerian pribadi pada perasaan, nada dalam pemerian faktual bersifat seadanya
dan tidak berbelit-belit sedangkan dalam pemerian pribadi bersifat emosional,
cakupan dalam pemerian faktual bersifat lengkap dan pasti sedangkan dalam
pemerian pribadi bersifat selektif, bahasa dalam pemerian faktual sederhana dan
jelas, sedangkan dalam pemerian pribadi kaya dan sugestif.
4. Tulisan bernada penjelasan
Tulisan yang bernada penjelasan biasanya disebut
tulisan penyingkapan. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa hampir semua yang kita
tulis dapat diklasifikasikan sebagai tulisan informatif, tulisan yang bernada
memberi penerangan, tetapi ada perbedaan di antara keduanya. Tulisan
penyingkapan berbeda dari tulisan penerangan karena tujuanya tidaklah hanya
sekedar menceritakan, melakukan, menggambarkan, ataupun meyakinkan. Tujuan
utamanya adalah menjelaskan sesuatu pada pembaca.
Tulisan penyingkapan menggunakan berbagai cara untuk
mencapai tujuan, misalnya dengan pengklasifikasian, pembatasan, penganalisisan,
penjelajahan, penafsiran dan penilaian. Dalam proses penulisan penyingkapan, sang
penulis dapat memusatkan perhatian pada salah satu kutub yang ekstrim yang
paling obyektif atau subyektif. Perlu dipahami bahwa tulisan penyimgkapan
berbeda dari bentuk-bentuk retorik lainya dalam upaya memancing atau menarik
responsi yang distingtif.
Tulisan penyingkapan melakukan tugas penyingkapanya
dengan jalan memberikan jawaban-jawaban atas sejumlah pertanyaan yang vital.
Tulisan penyingkapan merupakan tulisan yang paling unggul untuk memahami dan
paling bermanfaat untuk menguasai sesuatu hal. Dengan perkataan lain, harus ada
keserasian antara masalah dan penikmat, antara bahan dan pembaca.
Tindakan pertama yang harus dilakukan oleh seorang
penulis adalah menyesuaikan tulisan dengan pembaca. Kata-kata yang dipakai,
informasi yang dikemukakan, pendekatan
yang dipergunakan, begitu pula butir-butir yang mendapat penekanan akan sangat
berbeda. Hal tersebut dikarenakan cara kita menjelaskan pada anaka jelas
berbeda dengan cara kita menjelaskan pada teman karib kita.
Dalam tulisan penyingkapan kita harus menganalisis
penikmat untuk menyadari apa yang perlu mereka ketahui, apa yang ingin mereka
ketahui, dan apa yang perlu mereka ketahui. Pokok pembicaraan penyingkapan
tidak ditetapkan dan tidak diatur, oleh sebab itu perlu mempertimbangkan para
pembaca dalam memilih judul. Dalam memilih pokok pembicaraan penulis harus
mengingat tiga hal yaitu daya penarik, luas dan kerumitan.
Berdasarkan bentuknya daya penyingkapan dapat dibagi
atas:
1)
Klasifikasi, pada dasarnya klasifikasi
merupakan suatu prosedur penyaringan yang memudahkan para penulis berusaha
mengatasi suatu pokok pembicaraan yang haus dengan jalan membagi-baginya menjadi
beberapa bagian. Sebagi suatu proses dan keterampilan, maka klasifikasi sangat berguna
bagi berbagai hal lain, klasifikasi mungkin berguna sekali dalam merancanakan
suatu tulisan. dalam menggarap suatu pokok yang luas yang dapat dipecah-pecah
menjadi beberapa kategori atau kelas, maka keterampilan dalam klasifikasi sudah
jelas dapat membantu mempersempit cakupan judul.
2)
Definisi, definisi adalah sejenis
penyingkapan yang merupakan dasar bagi semua tulisan yang bertujuan untuk
menjelaskan. Pada hakekatnya definisi merupakan suatu tindakan pembahasan yang
hendak memberi penrgertian suatu istilah sejelas mungkin. Jenis definisi
dibedakan menjadi tiga yaitu: definisi kamus, logis atu formal dan definisi
secara luas.
3)
Analisis, merupakan suatu proses membagi bahan
bagi maksud-maksud penyingkapan. Akan tetapi klasifkasi hanya memusatkan
perhatian pada pengenalan dan pemerian suatu pokok pembicaraan. Tujuan analisis
tidak sekedar membagi-bagi butir pokok menjadi bagian-bagian komponenya, tetapi
menelaah serta menilai hubungan antara bagian-bagian tersebut.
4)
Opini, merupakan sebuah pendapat seseorang
dalam menanggapi suatu topik pembicaraan. Tulisan opini menuntut perhatian pada
hubungan-hubungan logis, maka jelas bahwa susunan tulisan seperti ini sedikit
lebih rumit daripada bentuk-bentuk lain yang telah diperbincang-bincangkan
seperti tulisan pemerian dan lain sebagainya.
Dalam susunan tulisan penyingkapan ada dua hal yaitu
pentingnya susunan logis dalam penyingkapan dan langkah-langkah pengembangan
susunan logis. Pentingnya susunan logis menyarankan metode penyusunan cerita
pribadi dengan susunan yang kronologis dan pemerian-pemerian dengan susunan
teratur berdasarkan ruang dari atas ke bawah, atau dari kiri ke kanan. Dalam
penyingkapan atau eksposisi menata gagasan-gagasan berdasarkan urutan waktu dan
pengaturan ruang tidak akan mencukupi, kita masih membutuhkan susunan logis,
dan organisasi yang logis, sedangkan langkah-langkah pengembangan logis terdiri
dari empat langkah yang harus dilalui yaitu: mencari judul, membatasi judul,
merumuskan pernyataan tesis dan mengembangkan suatu bagan atau skema
organisasi.
Bentuk paragraf penyingkapan, dalam paragraf
penyingkapan terdapat komponen-komponen paragraf, pengembangan paragaraf, jenis
paragraf dan gerakan paragraf. Komponen paragraf berupa judul atau subyek,
pembatasan dan uraian, dalam paragraf yang baik memang selalu terdapat tiga
komponen tersebut. Pengembangan paragraf
maksudnya dalah pengembangan dari komponen-komponen paragraf, sedangkan
jenis-jenis paragraf yaitu paragraf peralihan dan paragraf penekanan.
Paragraf peralihan mengandung celah uraian yang
kosong. Biasanya paragraf peralihan menerangkan dua fungsi yaitu merangkum,
menilai bahan atau uraian terdahulu, dan membayangkan bahan atau uraian
berikutnya. Paragraf penekanan, paragraf penekanan terdiri dari beberapa
kalimat berita singkat yang pada umumnya dimaksudkan untuk mengejutkan para
pembaca, menimbulkan reaksi dari mereka, atau memastikan bahwa mereka
memperoleh pesan yang jelas dan polos.
Gerakan peralihan ditinjau dari segi urutan , maka
paragraf-paragraf dapat dibedakan atas: urutan setara, bertingkat dan campuran.
Urutan setara umumnya hanya mengandung dua tingkatan umum. Urutan bertingkat
mengandung kalimat-kalimat pada tahap-tahap pengurangan keumuman, masing-masing bergantung atau
terkait pada kalimat yang terdahulu dalam makna dan urutan campuran adalah
penggabungan antara urutan setara dengan urutan bertingkat dalam sebuah
paragraf.
5. Tulisan bernada mendebat
Bila seseorang menggunakan nada mendebat maka
hasilnya adalah tulisan yang bersifat meyakinkan seperti persuasif dan
persuasif logis. Paragraf persuasif adalah tulisan yang dapat menarik perhatian
pembaca, yang dapat menarik minat dan dapat meyakinkan mereka bahwa pengalaman
membaca merupakan suatu hal yang amat penting. Persuasif logis sering disebut
argumentasi, digunakan pada situasi-situasi resmi seperti perdebatan-perdebatan dan pada
pengadilan-pengadilan tinggi tetapi terjadi juga pada diskusi-diskusi serius
mengenai masalah penting yang sedang hangat diperbincangkan dalam buku, majalah, dan dalam artikel serta
tajuk-tajuk rencana surat kabar.
Persuasi logis berdasarkan penalaran logis mencakup
dua proses dasar berpikir dan organisasi yaitu induksi dan deduksi. Induksi
adalah suatu proses pencapaian kesimpulan yang didasarkan pada fakta,
pengamatan, observasi, dan kesaksian. Deduksi didasarkan pada asumsi, tidak ada
fakta yang dapat dilihat yang mendasari asumsi.
Susunan tulisan yang bersifat meyakinkan hendaklah
mempertunjukan jenis hubungan logis yang sama antara proposisi atau masalah dan
argumen-argumen penunjangnya yang ada di antara konklusi suatu silogisme dan
premis-premis yang secara logis menuju ke sana. Suatu tulisan yang ditulis dari
suatu kerangka akan bersamaan dalam keseluruhan rencana yang juga dipakai bagi
tulisan penyingkapan. Pokok permasalahan dan pembatasan yang digarap dalam
pendahuluan.
6. Tulisan yang bernada mengkritik
Tulisan yang bernada mengkritik menghasilkan tulisan
mengenai sastra. Agar dapat menghasilkan tulisan yang bernada mengeritik dengan
baik, maka seseorang harus terlebih dahulu membaca karya kemudian dianalisis
secara kritis. Ini merupakan syarat mutlak.
Tanpa membaca karya-karya sastra, kita tidak mungkin
membuat analisis kritis yang memuaskan. Itulah sebabnya kegiatan diskusi serta
kritis secara analitis dapat meningkatkan keterampilan kita dalam membaca dan
menulis. Sebagai konsekuensinya, sastra dan pemahaman terhadapnya bukan saja
memberikan kesempatan kepada kita untuk menikmatinya dalam beberapa jam,
menghindarkan dari kerumitan hidup, tetapi juga memberikan kepada kita
pengalaman hidup dalam pengertian hidup yang sebenar-benarnya.
Dalam usaha untuk menulis karya yang bernada
mengkritik, maka mau tak mau kita harus membaca karya-karya sastra serta harus
memahami benar-benar peranan para sastrawan tau para penulis. Para penulis
sastra menciptakan suatu dunia baru yang dibatasi oleh ruang dan waktu sesuai
dengan maksud khusus. Dalam merancanakan dunia fiksi para penulis memegang
peranan yang beraneka ragam yaitu penulis sebagai pemimpin, penulis cerita dan
direktur atau pemimpin.
Sebagai sutradara penulis memusatkan perhatian pada
aspek-aspek teknis karya mereka. Penulis sebagai penulis cerita, penulis
naskah, maka sang sastrawan berhadapan dengan aspek-aspek retorik sesuatu karya
sastra, yang terpenting di antara aspek-aspek tersebut yaitu sudut pandang,
bahasa, dan penokohan. Penulis sebagai direktur adalah membentangkan
tahap-tahap makna yang telah menjadi sifat karya, dengan menggunakan bahasa kiasan,
memanfaatkan kedwiartian bahasa dan situasi dan menarik keuntungan dari
asosiasi-asosiasi psikologis para pembaca.
Penokohan adalah proses yang digunakan oleh
pengarang untuk menciptakan tokoh-tokoh fiksinya. Tokoh dibedakan atas tokoh
utama/tokoh pusat, tokoh penunjang dan tokoh latar belakang. Ciri-ciri tokoh
yaitu tolol, dihormati, lekas marah, sabar, lembut, baik hati, dan idealistis.
Tokoh utama tidak belajar dari pengalaman-pengalaman
mereka. Ada atau tidaknya perubahan yang dialami oleh para tokoh dalam suatu fiksi harus dinyatakan oleh
penulis dengan alasan-alasan yang dapat diterima oleh akal sehat para pembaca
karyanya. Walaupun dalam sastra yang baik para tokoh merupakan pribadi-pribadi
yang rumit, tetapi kebanyakan para tokoh penunjang dan tokoh latar belakang
biasanya tidak dapat ditelusuri secermat dan sedalam tokoh utama.
7. Tulisan bernada otoritatif
Tulisan bernada otoritatif menghasilkan karya
ilmiah. Tahap-tahap yang biasa dilalui dalam membuat tulisan ilmiah yaitu:
1)
Memilih pokok atau topik
Memilih topik merupakan hal yang
mudah bagi seseorang. Kalau demikian pemilihan topik tidak menjadi masalah.
Namun, sebenarnya memilih judul atau topik tidak semudah yang kita bayangkan,
sebab ada baiknya jika kita menyediakan waktu dua atau tiga hari untuk
merenung, memikirkan, membaca, menyimak, menanyakan serta menuliskan setiap
kemungkinan yang menarik hati.
2)
Membaca pendahuluan
Dengan membaca pendahuluan
bermaksud untuk memperoleh gambaran umum mengenai pokok permasalahan sehingga
kita dapat mengarahkan sarana yang tepat untuk menghasilkan tulisan ilmiah.
Konsekuensinya kita harus membenamkan diri dalam ruang referensi, tempat
menyimpan karya-karya buku utama, seperti kamus, ensiklopedi, kamus biografis,
almanak, buku tahunan dan indeks-indeks. Selain bahan-bahan tersebut, di
perpustakaan juga dapat kita manfaatkan katalog-katalog, abstrak-abstrak,
pamplet-pamplet serta publikasi-publikasi pemerintah yang hendak kita garap
dalam bentuk tulisan.
3)
Bibliografi pendahuluan
Bibliografi adalah daftar sumber
mengenai suatu pokok permasalahan. Bibliografi pendahuluan akan menolong kita
untuk menunjukan dengan tepat sumber-sumber yang bermanfaat. Dalam tahap ini
kegiatanya adalah menyaring sumber-sumber yang dapat menunjang maksud penulisan karya ilmiah. Sebab sebuah sumber
referensi akan membimbing kita pada hal yang ada kaitanya dengan apa yang kita
cari.
4)
Kerangka pendahuluan
Kerangka pendahuluan merupakan
suatu rencana sementara bagi sebuah tulisan, merupakan suatu petunjuk umum yang
mengarahkan langkah kita dan bagaimana caranya kita sampai pada tujuan.
Kerangka pendahuluan bukan sebuah hal yang mutlak, tetapi dapat diubah-ubah
sesuai dengan perkembangan penulisan.
5)
Membuat catatan
Pembuatan catatan yang tepat guna
mencakup pengadaan sistem pemerolehan informasi yang memungkinkan serta
memudahkan kita menjumpai suatu catatan khusus secara mudah. Untuk membuat
catatan biasanya menggunakan kartu-kartu berukuran 4 x 6 cm. Proses membuat
catatan menuntut agar dalam satu kartu termuat informasi hanya dari satu sumber
dan hanya mengenai satu aspek dari
masalah, maka banyak dari catatan-catatan yang terdiri dari
satu atau dua kalimat saja, pembuatan catatan merupakan proses yang mungkin
saja terlihat sebagai upaya yang memboroskan waktu tetapi dalam praktek dan kenyataanya
justru menghemat waktu.
6)
Menulis naskah pertama
Menulis karya pertama suatu karya
ilmiah pada dasarnya sama dengan menulis naskah pertama karya lainya, kecuali
dalam satu hal yaitu biasanya lebih sukar. Dalam penulisan karya ilmiah kita
sering membuat kutipan, di samping kutipan langsung sesuai dengan aslinya, kita
pun dapat membuat kutipan dengan teknik
asimilasi atau reduksi dalam penulisan naskah pertama. Satu hal yang perlu
diperhatikan mengenai kutipan-kutipan ialah: kita sebagai penulis harus trampil
memadunya dengan sesuatu yang utuh dan tepat guna dalam karya tulis kita.
7)
Dokumentasi
Karya tulis ilmiah membutuhkan
dokumentasi guna memudahkan penulis menyatakan serta mengakui jasa para penulis
lainya. Dokumentasi bagi psikologi, sosiologi dan sejarah mungkin berbeda,
tergantung pada para pengajarnya. Dokumentasi ini biasanya bentuk catatan kaki,
mengacu pada sumber yang bersangkutan.
8)
Mengadakan revisi
Sesudah menyelesaikan naskah
pertama, maka tugas selanjutnya adalah merevisi naskah tersebut dengan teliti.
Meneliti secara cermat kelemahan-kelemahan yang masih mungkin terdapat dalam
naskah tersebut, baik kaitanya dengan organisasi, stilistik dan mekanisme.
9)
Menulis naskah akhir
Dalam penulisan naskah akhir, ada
empat hal yang perlu diperhatikan yaitu judul, halaman judul, kerangka akhir,
dan bibliografi.
10) Mengoreksi
cetakan percobaan
Mengoreksi cetakan percobaan ini
sebenarnya sangat penting meskipun sepertinya sangat sepele. Dengan membaca
cetakan percobaan secara cermat dan teliti, maka kita dapat menghindari kesalahan-kesalahan
yang tidak perlu terjadi, yang akan mengurangi nilai karya tersebut.
C. Komentar
Pada bagian ini penulis laporan akan memberikan komentar
tentang isi buku dengan menggunakan buku lain sebagai pembanding. Dalam hal ini
penulis akan memberikan penjelasan lebih lanjut serta melihat kelebihan dan
kekurangan buku yang dilaporkan. Penulis laporan akan membandingkan buku yang
dilaporkan dengan karya P. Suparman Natawidjaja berjudul Petunjuk Menyusun
Kalimat Efektif dan Tulisan Ilmiah.
Komentar Penulis
|
||
No
|
Buku yang Dilaporkan
|
Buku Pembanding
|
1
|
Materi yang disajikan
mendalam namun juga disertai dengan contoh-contoh
|
Meteri yang disajikan tidak
terlalu mendalam dan disertai dengan contoh-contoh.
|
2
|
Lebih mudah untuk dipahami
karena dijelaskan secara rinci dan disertai contoh
|
Lebih sulit untuk dipahami
karena dibahas secara tidak mendalam walau pun disertai contoh
|
|
Hanya sedikit menggunakan
istilah-istilah asing dan istilah tersebut dijelaskan, sehingga mudah untuk
dipahami
|
Banyak menggunakan
istilah-istilah asing terutama pada contoh yang membuat pembaca menjadi
kesulitan untuk memahaminya karena tidak dijelaskan.
|
|
Hanya beberapa bab saja yang
disertai dengan rangkuman, guna untuk mempercepat pembaca mengetahui
informasi yang disampaikan
|
Menyajikan kesimpulan pada
tiap-tiap akhir pokok pembahasan bab, sehingga pemabaca dapat mengetahui
secara cepat pokok masalah yang dibahas
|
|
Keunggulannya buku ini adalah
dilengkapi dengan kegiatan yang dijelaskan secara bertahab mulai dari awal
dan akhir kegiatan untuk pembaca, agar mencapai tujuan yang diinginkan
|
Tidak dilengkapi dengan
kegiatan yang jelas. Sehingga pembaca tidak banyaknya mendapatkan pengetahuan
dari buku.
|
|
Dilengkapi dengan gambar-gambar
untuk menjelaskan hubungan komponen-komponen dalam pembahasan setiap bab dan
mendukung penyajian pembahasan dalam setiap bab
|
Tidak dilengkapi dengan
gambar-gambar yang mendukung penyajian pembahasan
|
D. PENUTUP
Pandangan penulis terhadap buku yang dilaporkan yaitu
buku ini sangat sesuai digunakan bagi guru atau calon guru dibidang apa saja.
Hal ini sesuai dengan pembahasan yang di tuliskan dalam buku tersebut yang
mengupas secara mendalam tentang bagaimana cara menulis berbagai jenis
karangan. Selain itu buku ini juga bisa digunakan untuk panduan dosen serta
mahasiswa perguruan tinggi pada jurusan pendidikan bahasa dan sastra Indonesia.
Saran dari saya selaku pelapor bacaan buku ini yaitu buku
ini akan lebih baik jika dibahas secara
mendalam serta mendetail tentang hal-hal yang berhubungan dengan menulis saja tan pa memasukan hal di luar tentang
menulis, karena bisa memudahkan pembaca memahami dari dasar hingga akhir
tentang menulis, baik dari segi pengertian, teknik, tujuan, langkah-langkah serta
guna dari kegiatan menulis. Dalam buku ini tidak begitu banyak menjelaskan
suatu teori. Yang diterapkan adalah kreatifitas untuk pembaca dalam mencari dan
pemahaman sendiri dari pengalamannya.
Daftar pustaka
Tarigan, Henru Guntur. 1968. Menulis:Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Natawidjaja, P. Suparman. 1986. Petunjuk Menyusun Kalimat Efektif dan
Tulisan Ilmiah. Jakarta: PT. Intermasa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar