BAB 1 PENDAHULUAN
1.1.
Latar
Belakang
Drama adalah bentuk karya sastra yang
menggambarkan kehidupan dengan menyampaikan perselisihan atau permasalahan dan
emosi atau perasaan melalui perbuatan dan dialog. Drama merupakan bentuk sastra
yang digemari oleh masyarakat luas. Hampir setiap kelompok masyarakat di
berbagai kelompok dunia telah akrab dengan bentuk sastra ini sebagaimana tampak
pada istilah-istilah kedramaan yang melekat erat dengan ciri budaya setempat.
Drama dianggap sebagai sebuah karya
sastra yang sangat berperan penting di dalam kehidupan manusia, karena drama
mampu menggambarkan kehidupan manusia atau peniruan gerak yang memanfaatkan
unsur-unsur aktivitas nyata. Dalam drama bahasa menjadi unsur utama, namun ada
unsur lain yang turut berperan di dalamnya. Dari pembahasan di atas kami
menyimpulkan bahwa drama perlu disampaikan pada khalayak luas untuk dipelajari
terutama bagi kita mahasiswa jurusan Bahasa dan Seni.
1.2.
Rumusan
Masalah
1. Apa
Pengertian Drama?
2. Apa
Jenis-jenis Drama?
3. Apa
Manfaat Mempelajari Drama?
1.3.
Tujuan
1.
Untuk Mengetahui Pengertian Drama.
2.
Untuk Mengetahui Jenis-jenis Drama.
3.
Untuk Mengetahui Manfaat Mempelajari
Drama.
BAB 2 PEMBAHASAN
Pengertian Drama
Kata drama berasal dari bahasa
Yunani dramoi yang berarti suatu aksi
atau perbuatan. Menurut istilah Toteles dalam Kosasih (2008:80), drama adalah
peniruan gerak yang memanfaatkan unsur-unsur aktivitas nyata. Menurut Erwan
Juhara drama merupakan jenis karya sastra yang dibangun oleh unsur instrinsik
yang membentuk kesatuan pembentuk drama. Drama juga disebut sandiwara dimana sandi adalah rahasia dan wara adalah pelajaran, jadi pengertian
drama secara umum adalah bentuk karya sastra yang bertujuan menggambarkan
kehidupan dengan menyampaikan pertikaian dan emosi melalui perbuatan dan
dialog.
Perbuatan dan dialog dalam drama
tidak jauh berbeda dengan perbuatan dan dialog yang terjadi dalam kehidupan
sehari-hari, karena drama merupakan peniruan gerak yang memanfaatkan
unsur-unsur aktivitas nyata (Toteles dalam Kosasih 2008:80). Bahasa adalah
unsur utama dalam drama, namun masih ada unsur lain yang juga penting dalam
drama. Dalam darama bahaa harus dioptimalkan dengan sebaik-baiknya, tidak hanya
berkenaan dengan kata-kata saja melainkan juga intonasi dan tempo kalimat,
pelafalan, volume suara, tekanan, serta aspek-aspek kebahasaan lain agar pesan
dapat tersampaikan secara sempurna.
Jenis-jenis Drama
2.2.1.
Drama Menurut Masa
Menurut masanya drama dibagi atas
dua jenis yaitu:
1. Drama
lama (drama klasik) yaitu drama khayalan yang pada umumnya menceritakan tentang
kehidupan istana atau kerajaan, kesaktian, kehidupan dewa-dewi, kejadian luar
biasa dan lain sebagainya.
2. Drama
baru (drama modern) yaitu drama yang memiliki tujuan untuk memberikan
pendidikan kepada masyarakat yang pada umumnya bertema kehidupan manusia
sehari-hari.
2.2.2.
Drama Menurut Segi Penceritaan
Menurut segi penceritaan drama dibagi menjadi
beberapa jenis yang terdiri atas:
1.
Drama Tragedi
Pada umumnya drama tragdi adalah drama
yang menampilkan kisah sedih, seperti berakhir dengan duka lara atau kematian.
Ciri-ciri drama tragedi yaitu:
1) Menampilkan
kisah sedih
2) Cerita
bersifat serius
3) Memunculkan
rasa kasihan dan ketakutan
4) Menampilkan
tokoh yang bersifat kepahlawanan
2.
Drama Komedi
Pada umumnya drama komedi adalah drama
yang menampilkan cerita lucu, berdasarkan cerita pembentuk kelucuan drama
komedi dibedakan menjadi empat yaitu:
a. Komedi
situasi, drama komedi yang menampilkan cerita lucu bukan berasal dari para
pemain, melainkan karena situasinya.
b. Komedi
slaptic, yaitu drama komedi yang
cerita lucunya diciptakan dengan menyakiti para memain.
c. Komedi
satire, yaitu darama komedi yang cerita lucunya penuh sindiran tajam.
d. Komedi
frace, drama komedi yang cerita
lucunya sengaja dibuat dengan dialog dan gerak laku lucu.
Ciri-ciri
drama komedi yaitu:
1) Pada
umumnya menampilkan cerita-cerita yang ringan, mungkin pula memunculkan kisah
serius, tetapi dengan perlakuan nada yang ringan.
2) Ceritanya
mengenai peristiwa-peristiwa yang mungkin terjadi.
3) Kelucuan
bisa muncul dari perbuatan tokoh dan situasi.
3. Melodrama
Pada
umumnya melodrama memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Mengetengahkan
atau menampilkan kisah yang serius
2) Banyak
memunculkan kejadian yang bersifat kebetulan
3) Memunculkan
kasihan yang sifatnya sentimental.
2.3. Unsur Pembangun Drama
Unsur
pembangun drama dibedakan menjadi dua, yaitu unsur instrinsik dan unsur
ekstrinsik
2.3.1. Unsur Intrinsik Drama
Unsur instrinsik adalah unsur-unsur yang
membangun drama dari dalam drama itu sendiri atau unsur yang hadir dari dalam. Unsur
instrinsik sebuah drama adalah unsur-unsur yang secara langsung turut serta
membangun cerita dalam drama. Kepaduan antar unsur instrinsik drama inilah yang
membuat drama terwujud. Adapun unsur instrinsik drama terdiri atas:
1. Judul
Judul merupakan kunci untuk melihat keseluruhan
makna drama. Judul drama selalu berkaitan erat dengan isi drama. Judul drama
berfungsi menunjukan unsur-unsur tertentu dalam drama misalnya:
1) Dapat
menentukan tokoh utama dalam drama.
2) Dapat
menunjukan alur atau waktu.
3) Dapat
menunjukan suatu objek dalam drama.
4) Dapat
mengidentifikasi keadaan atau suasana dalam drama.
5) Dapat
mengandung beberpa pengertian.
2. Tema
Tema adalah ide yang mendjadi dasar
cerita dalam drama, sehingga berperan sebagai pangkal tolak untuk memaparkan
cerita dalam drama. Tema dikembangkan dan dibuat dengan bahasa yang mudah
dipahami. Tema juga bisa menjadi sumber konflik-konflik dalam drama.
3. Plot
atau Alur
Plot atau alur adalah jalan cerita, plot
atau alur dalam drama tidak berbeda dengan plot atau alur dalam prosa fiksi. Dalam
drama juga mengenal tahapan plot yang dimulai dari tahap permulaan, tahap pertikaian,
tahap kerumitan, tahapan puncak, tahap peleraian dan tahap akhir. Hanya saja
dalam drama plot atau alur dibagi menjadi babak-babak dan adegan-adegan, babak
adalah bagian dari plot atau alur dalam sebuah drama yang ditandai dengan
perubahan setting atau latar, sedangkan adegan merupakan babak yang ditandai
oleh perubahan jumlah tokoh ataupun pembicaraan.
4. Tokoh
Cerita atau Perwatakan
Tokoh cerita adalah individu yang mengalami
peristiwa dalam berbagai peristiwa cerita dalam sebuah drama. Tokoh cerita dapat
berupa manusia, binatang, mahluk gaib seperti malaikat, dewi-dewi, bidadari,
setan atau iblis, kuman, roh dan benda-benda lain yang diinsankan. Tokoh dalam
drama memiliki watak berbeda-beda yang menyebabkan timbulnya peristiwa atau
konflik yang membuat cerita semakin menarik.
Berdasarkan segi peran atau tingkat
pentingnya, tokoh dalam drama dibedakan menjadi dua bagian yaitu central charakter (tokoh utama) dan
peripheral carakter (tokoh tambahan). Tokoh utama adalah tokoh yang
diutamakan dalam drama. Ada tiga kriteria untuk menentukan tokoh utama yaitu:
1) Mencari
tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh-tokoh lain.
2) Mencari
tokoh yang paling banyak membutuhkan waktu penceritaan.
3) Melihat
intensitas keterlibatan tokoh dalam peristiwa yang membangun cerita (tema).
Sedangkan
tokoh tambahan adalah tokoh yang mendukung tokoh utama dalam drama. Berdasarkan
fungsinya, tokoh dalam drama ada tiga macam yaitu tokoh protagonis (tokoh
utama), antagonis (tokoh pendamping yang menentang tokoh utama), dan tritagonis
(penengah).
5. Dialog
Dialog adalah percakapan yang dilkukan
oleh tokoh dalam drama. Dalam struktur naskah drama, dialog dapat ditinjau dari
segi estetis dan teknis. Dari segi estetis, dialog merupakan faktor yang
memengaruhi struktur keindahan naskah drama. Dari segi teknis, biasanya dialog
diberi catatan pengucapan yang ditulis dalam tanda kurung.
Ada dua macam teknik dialog
(pembicaran), yaitu monolog ( pembicaraan oleh satu orang) dan konversi (pembicaraan/percakapan
oleh dua orang atau lebih). Ada juga teknik dialog dalam bentuk prolog
(pembukaan atau peristiwa pendahuluan yang diucapkan pemeran utama dalam drama)
dan epilog (bagian penutup pada drama untuk menyampaikan atau menafsirkan
maksud drama tersebut.
6. Konflik
Konflik adalah pertentangan, perselisihan, ketegangan,
atau permasalahan yang dialami tokoh dalam drama, baik konflik dengan diri
sendiri, dengan pihak lain maupun dengan lingkungan. Konflik dapat membentuk
rangkaian peristiwa yang memiliki hubuungan yang menimbulkan terjadinya peristiwa.
Konflik dalam drama juga bisa menambah nilai estetik, dan menghilangkan rasa
bosan tokoh yang berperan dan penonton yang melihatnya.
Konflik yang terjadi atau dialami oleh tokoh drama
dibagi menjadi tiga bagian yaitu konflik eksternal (konflik fisik), konflik
yang berasal dari luar dirinya misalnya dengan alam yang ganas, cuaca buruk,
lingkungan yang kumuh, pergaulan yang salah dan lain sebagaimya. Konflik
internal (konflik batin), yaitu konflik atau pertentangan seseorang dengan
batin atau hatinya, misalnya terpaksa berbohong dan lain sebagainya. konflik
sosial adalah konflik yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat, budaya dan
lain sebagainya.
7. Latar
Latar merupakan unsur yang sangat
penting. Latar di dalam lakon atau naskah drama harus mendukung tindakan para
tokoh. Penyajian latar yang tepat dapat menghidupkan cerita dalam drama. Latar
adalah lingkungan tempat berlangsungnya peristiwa yang dapat dilihat termasuk
di dalamnya aspek waktu dan suasana.
Aspek latar berdasarkan fungsinya
mencakup:
1) Tempat
terjadinya peristiwa
2) Lingkungan
hidup
3) Sistem
kehidupan
4) Alat-alat
atau benda-benda
5) Waktu
terjadinya peristiwa.
8. Amanat
Harimurti Kridalaksana dalam Yusniatin (2012),
menyatakan bahwa amanat merupakan keseluruhan makna isi konsep, makna wacana
dan perasaan atau pesan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima
oleh orang lain. Amanat di dalam drama ada yang langsung tersurat, tetapi pada
umumnya amanat sengaja disampaikan secara tersirat oleh penulis naskah drama.
Amanat yang disampaikan secara tersirat belum tentu dapat dipahami oleh semua
orang.
9. Bahasa
Bahasa yang digunakan dalam naskah drama
pada umumnya adalah bahasa yang mudah dimengerti (bersifat komunikatif), yakni
bahasa yang dipakai dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa yang digunakan dipilih
secara teliti dan seefektif mungkin dengan tujuan untuk menghidupkan cerita
dalam drama, serta menggunakan dialog-dialog yang mudah dipahami (Saliman dalam
Yusniatin 2012).
2.3.4.
Unsur Ekstrinsik Drama
Unsur
ekstrinsik drama adalah hal-hal yang berada di luar drama, namun sangat
memengaruhi terbentuknya karya sastra (Tjahyono dalam Yusniatin 2012),.
Misalnya latar belakang kehidupan pengarang(sosiologi pengarang dan psikologi
pengarang), misalnya keadaan atau kondisi masyarakat baik dari segi ekonomi,
budaya, politik, kejiwaan dan lain sebagainya pada saat pengarang membuat karya
sastra.
2.4. Manfaat Mempelajari Drama
Manfaat
mempelajari drama yaitu:
1.
Fungsi seni drama pada khususnya adalah berguna serta
bermanfaat dan menyenangkan (dulce et utile). Jadi, di samping berfungsi
sebagai hiburan (menyenangkan), seni drama juga bermanfaat (berguna). Artinya,
dapat memberi sesuatu pada penikmatnya. Sesuatu itu dapat berupa pengetahuan, penerangan
dan lain-lain.
2.
Di dalam dunia pendidikan dan pengajaran, seni drama
dapat dipergunakan sebagai metode interaksi edukatif secara kelompok. Metode
pengajaran demikian dapat disebut ‘sosiodrama’ pemain peran.
3. Memupuk
kerja sama yang baik dalam pergaulan sosial, maksudnya dengan adanya belajar
drama, kita bisa memupuk baik pergaulan kita dengan orang lain, contoh kecil
yang dapat kita ambil yaitu ketika kita berada dalam sebuah kelompok untuk
bermain drama, kita harus mampu memahami setiap karakter masing-masing orang
yang ada dalam kelompok tersebut, selain itu kita juga harus menghargai
perbedaan karakter masing-masing anggota kelompok/masing-masing orang yang ada
dalam kelompok tersebut, dengan demikian pergaulan kita akan terpupuk dengan
baik.
4. Memberikan
kesempatan pada siswa untuk melahirkan daya kreasinya masing-masing, maksudnya
dengan adanya pelajaran tentang drama siswa memiliki kesempatan untuk
mengemukakan kemampuanya dalam bermain drama.
5. Menghilangkan
sifat malu, gugup, tegang, takut dan lain sebagainya, maksudnya drama merupakan
suatu sarana bagi setiap orang untuk belajar
menghilangkan rasa malu ketika kita berada di depan umum, membantu
menghilangkan rasa gugup dengan terus berlatih drama.
Dapat disimpulkan bahwa fungsi drama sebagai berikut:
a.
Sebagai
sarana hiburan
b.
Sebagai
sarana pendidikan
c.
Sebagai
sarana kommunikasi
d. Sebagai media interaksi edukatif
secara kelompok
Daftar Rujukan
Kosasih,
E. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta:
Nobel Edumedia.
Bastra,
Yusniatin Jhe. 2012. “Unsur-unsur
Instrinsik dan Ekstrinsik Drama”. http://bersaha.blogspot.com/2012/06/unsur-unsur-intrinsik-dan-ekstrinsik.html.
20.33 WIB. Rabu, 06 Juni 2012.
Hkim,
Rizka. 2013.“Naskah Drama Komedi”. http://animasku.com/contoh-naskah-drama-komedi/.
11 februari 2013, 4:12 pm.
Siti.2012.”
Joni.
2012.”Unsur Pembangun Drama”. http://joniemudahtersinggung.blogspot.com/2012/01/unsur-pembangun-drama.html.
Kamis, 26 Januari 2012.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar