Tinkerbell INFORMASI DARIKU: WUJUD PRAGMATIK IMPERATIF DALAM BAHASA INDONESIA
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Selasa, 06 Mei 2014

WUJUD PRAGMATIK IMPERATIF DALAM BAHASA INDONESIA














Dosen Pembimbing : Fatmawati, S.Pd., M.Pd.

WUJUD PRAGMATIK IMPERATIF
PRAGMATIK


Disusun Oleh Kelompok  1
1        Deni Afrial                
2        Nuraini Astria Yasmi
3        Ranti Tri Utari
4        Roza Nofitra Sari
5        Siti Suratmi


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN  BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014

KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat Allah Swt, yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan “Makalah Wujud Pragmatik Imperatif”. Makalah ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas dari mata kuliah Pragmatik. Dalam melakukan penyusunan makalah ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan dengan tulus penghargaan dan terima kasih kepada :
1.      Fatmawati, S.Pd., M.Pd., Selaku dosen pemangku mata kuliah Pragmatik yang penuh ketulusan dan kesabaran serta kesediaan meluangkan waktu di tengah-tengah kesibukan untuk memberikan arahan sehingga makalah ini dapat selesai dengan baik.
2.      Rekan-rekan mahasiswa, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Semoga Allah Swt., membalas segala bentuk bantuan di atas dengan pahala yang berlipat ganda. Kami telah berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik mungkin sesuai dengan prosedur yang berlaku. Namun, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini. Semoga tulisan ini dapat bermamfaat bagi kita semua terutama bagi para pemerhati bahasa.
          
                                                                         
Pekanbaru, 1 Mei 2014

Penulis



BAB 1 PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Bahasa pada prinsipnya merupakan alat untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai bahasa. Salah satu ilmu yang mengkaji bahasa dalam bentuk tuturan adalah ilmu pragmatik. Pragmatik merupakan cabang linguistik dengan objeknya adalah bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Dalam penggunaan bahasa banyak digunakan berbagai jenis tuturan terutama dalam penggunaan bahasa Indonesia. Salah satu yang termasuk dalam jenis tuturan bahasa indonesia adalah tuturan imperatif.
Istilah imperatif lazim digunkan untuk menunjuk salah satu tipe kalimat bahasa Indonesia, yakni kalimat imperatif atau perintah. Keraf dalam Rahardi (2005:2) mendefinisikan bahwa kalimat perintah sebagai kalimat yang digunakan untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Kalimat imperatif secara fungsional tidak hanya memiliki makna pragmatik memerintah saja, melainkan dapat memiliki makna-makna pragmatik lainya.  Berdasarkan fenomena yang telah penulis paparkan, benulis beranggapan bahwa penelitian mengenai wujud pragmatik imperatif sangat menarik dan perlu untuk dipahami.

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan fenomena yang telah dipaparkan terdahulu, maka dapat dirumuskan rumusan masalah sebagai berikut.
1.2.1        Apakah Definisi Pragmatik?
1.2.2        Apakah Definisi Imperatif?
1.2.3        Apasajakah Wujud Pragmatik Imperatif dalam Bahasa Indonesia?

1.3  Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah penulis rumuskan, maka dapat ditentukan tujuan dari penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.3.1        Untuk Mengetahui Definisi Pragmatik.
1.3.2        Untuk Mengetahui Definisi Imperatif.
1.3.3        Untuk Mengetahui Wujud PragmatikImperatif.

BAB 11 PEMBAHASAN
2.1  Devinisi Pragmatik
Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Devinisi pragmatik menurut para ahli dalam F.X. Nadar, 2009:5 yaitu:
  1. Pragmatik merupakan suatu istilah yang mengesankan bahwa suatu yang sangat khusus dan teknis sedang menjadi objek pembicaraan, padahal istilah tersebut tidak mempunyai arti yang jelas (Levinson, 1983).
  2. Pragmatik adalah kajian antara lainmengisi deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur dan aspek-aspek struktur wacana.

2.2  Devinisi Imperatif
Istilah imperatif lazim digunkan untuk menunjuk salah satu tipe kalimat bahasa Indonesia, yakni kalimat imperatif atau perintah.  Kalimat imperatif atau kalimat perintah dalam bahasa Indonesia digunakan untuk memberi perintah. Sosok imperatif dapat pula digunakan untuk menyebut bentuk kata kerja yang digunakan dalam kalimat itu.
Keraf dalam Rahardi (2005:2) mendefinisikan bahwa kalimat perintah sebagai kalimat yang digunakan untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Kalimat imperatif secara fungsional tidak hanya memiliki makna pragmatik memerintah saja, melainkan dapat memiliki makna-makna pragmatik lainya. Makna pragmatik imperatif tidak hanya dapat dinyatakan dengan kontruksi imperatif saja, melainkan dapat pula dinyatakan dengan kontruksi-kontruksi lain.
Contoh
(1)   “Ola...! Matikan lampu itu!”
Informasi penting:
Dituturkan oleh seorang ibu yang sedang merasa jengkel dengan anaknya bernama Ola, yang saat itu sedang terus-terusan bermain-main lampu.
(2)   “Ve... dapatkah Anda mematikan lampu itu?”
Informasi penting:
Dituturkan oleh seorang dosen kepada mahasiswanya yang bernama Ve di ruang kelas pada suatu siang. Pada saat itu, cuaca sangat cerah dan ruang kelas tempat kuliah itu tidak gelap sama sekali, sehingga tidak diperlukan penerangn lampu.
(3)   “Aduh.... lampunya kok terang sekali. Tidak bisa tidur nanti aku.”
Informasi penting:
Dituturkan oleh seorang nenek tua yang sedang menderita sakit dan dia terus berbaring di atas tempat tidurnya di rumah sakit. Tuturan tersebut dituturkan kepada salah seorang anggota keluarga yang sedang menjaganya.
Di dalam tuturan (1) tampak jelas bahwa tuturan yang berkonstruksi imperatif itu digunakan untuk menyatakan maksud menyuruh. Maksud imperatif yang dimaksud adalah, agar sang mitra tutur memberikan tanggapan yang berupa tindakan mematikan lampu. Tuturan (2) juga dapat memiliki makna imperatif seperti yang terdapat pada tuturan (1) , sekalipun sebenarnya tuturan itu berkonstruksi interogatif. Hal serupa dengan itu dapat ditemukan pula pada tuturan (3). Tuturan (3) juga memiliki makna pragmatik imperatif seperti yang dinyatakan dalam tuturan (1) dan (2), sekalipun berkonstruksi deklaratif.


2.3  Wujud Prakmatif Imperatif
Wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia tidak selalu berupa konstruksi imperatif. Dengan  perkataan lain wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berupa tuturan yang bermacam-macam. Wujud pragmatik imperatif dapat berupa konstruksi imperatif dan dapat pula berupa konstruksi nonimperatif.
Adapun yang dimaksud wujud imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Makna pragmatik imperatif yang demikian sangat ditentukan oleh konteksnya. Konteks yang dimaksud dapat bersifat ekstralinguistik dan dapat pula bersifat intralinguistik.
Berdasarkan penelitian, ditemukan sedikitnya tujuh belas macam makna pragmatik imperatif di dalam bahasa Indonesia (Rahardi, 2005:93). Berikut ketujuh belas makna pragmatik dalam bahasa Indonesia.

1.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
Imperatif langsung yang mengandung makna perintah dapat dilihat pada contoh tuturan berikut.
(1)   “Diam! Hansip tahu apa. Orang mati kok hidup lagi. Ini bukan lenong.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang polisi dengan seorang Hansip dalam sebuah cerita yang pada saat itu keduanya sedang terlibat dalam pertengkaran karena suatu hal.
(2)   “Bunuh saja. Ya, itu tentu. Tapi, bagaimana caranya? Tembak! Tembak! Tidak, itu terlalu lekas dan ringan. Kita gantung, kita gantung.”
Informasi indeksal:
Tuturan oang-orang yang terlibat dalam sebuah kerusuhan masa pada saat mereka berhasil menangkap seorang pemicu kerusuhan di suatu kota.
(3)   “Monik, lihat!”
Informasi indeksal:
Tuturan yang disampaikan oleh pacar Monik ketika ia melihat ada sebuah mobil yang menyelonong ke arahnya pada saat mereka berdua berjalan di sebuah lorong kota.
Untuk membuktikan apakah masing-masing tuturan mengandung makna perintah, tuturan itu dapat dikenakan teknik parafrasa atau teknik ubah ujud seperti yang lazim digunakan dalam analisis linguistik struktural. Perhatikan contoh berikut untuk mempertimbangkan atau menjelaskan hal tersebut.
(1a) polisi memerintahkan kepada Hansip supaya dia diam.
(2a) Seorang pengawal stasiun memerintahkan kepada pengawal yang lain untuk membunuh saja.
(4)   Steve memerintahkan Monik dengan berteriak agar ia melihat sesuatu yang ditunjukan Steve.
Di dalam pemakaian bahasa Indonesaia keseharian, terdapat beberapa makna pragmatik imperatif perintah yang tidak saja diwujudkandengan tuturan imperatif seperti contoh di atas, melainkan dapat diwujudkan dengan tuturan nonimperatif. Imperatif yang demikian dapat disebut dengan imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna pragmatiknya melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya.
Contoh:
(1)   “Jika Nawaksara akan diseminarkan, silakan.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang kepala negara kepada masyarakat umum di dalam acara televisi pada saat isu akan diseminarkanya pidato Nawaksara semakin merebak.
Tuturan yang dituturkan oleh seorang kepala negara itu akan ditafsirkan menjadi bermacam-macam kemungkinan makna oleh warga masyarakat. Secara linguistik, karena di bagian akhir tuturan itu terdapat kata silakan, tutran itu kemungkinan besar akan ditafsirkan sebagai sebuah imperatif yang bermakna persilaan. Tuturan itu dapat ditafsirkan sebagai berikut
1)      Oleh sementara orang yang lain, tuturan itu akan dapat ditafsirkan sebagai sebuah perintah karena di dalamnya terkandung maksud agar orang tidak perlu lagi mengadakan seminar mengenai pidato “Nawaksara” tersebut.
2)      Oleh sekelompok orang yang lain lagi, tuturan itu akan diartikan sebagai sebuah larangan sekalipun terdapat kata silakan di dalamnya.
(2)   “Kerusuhan pekalongan itu ada yang menggerakkan.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang Kepala Staf Angkatan Darat kepada masyarakat umum pada saat kerusuhan di berbagai kota mulai terjadi menjelang peristiwa pemilihan umum.
Tuturan yang dituturkan oleh seorang Kepala Staf Angkatan Darat kepada masyarakat, sekalipun secara linguistik berwujud nonimperatif, namun di dalamnya terkandung maksud makna pragmatik imperatif. Tuturan itu dapat ditafsirkan sebagai berikut.
1)      oleh masyarakat umum mereka tidak boleh dengan mudah melakukan kasak-kusuk dan prasangka yang tidak semestinya tentang penyebab kerusuhan pekalongan yang telah terjadi itu karena jelas kerusuhan tersebut ada penggeraknya.
2)      Oleh seorang prajurit angkatan darat dapat ditafsirkan sebagai sebuah perintah atau bahkan instruksi untuk segera menangkap penggerak kerusuhan itu.

2.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
Secrara struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh pemakaian penanda kesantunan coba seperti pada contoh berikut.
(1)   “coba hidupkan mesin mobil itu!”
(2)   “Saya menyuruhmu supaya menghidupkan mesin mobil itu.”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas dituturkan oleh seorang montir kepada pemilik mobil yang kebetulan sedang rusak di peinggir jalan.
(3)   “Coba luruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan.”
(4)   “saya menyuruhmu supaya meluruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan.”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas dituturkan oleh seorang ahli pijatuarat kepada seorang pasien, pasien itu terkilir kakinya sehingga sangat sulit untuk diluruskan seperti dalam keadaan normal.
Pada kegiatan bertutur yang sesungguhnya, makna pragmatik imperatif suruhan tidak selalu diungkapkan dengan konstruksi imperatif seperti yang disampaikan di atas. Makna pragmatik imperatif suruhan dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan tuturan interogatif. Perhatikan contoh berikut.
(1)                                                                            Direktur                : “Ah, panas betul ruangan sekretaris direktur yang di atas itu.”
Pembantu Pirektur: “Baik Pak, nanti saya sampaikan kepada petugas yang   bisa memasang kipas angin.”
Informasi indeksal:
Dituturkan oleh seorang direktur kepada pembantu direktur pada saat keduanya meninjau ruang-ruang kerja yang baru saja selesai dibangun.
(2)                               Dosen            : “Pagi ini saya akan banyak menyampaikan materi kuliah dengan banyak menjelaskan. Mike dan wirelesnya sudah siap ataukah belum?”
Mahasiswa: “sebentar Pak, saya datang kebagian perlengkapan dudu.”
Informasi indeksal:
Dituturkan oleh seorang dosen kepada mahasiswanya di dalam ruang kuliah pada saat ia akan mengawali perkuliahan.

3.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan
Pada tuturan imperatif yang mengandung makna permintaan lazimnya terdapat ungkapan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta. Makna imperatif permintaan yang lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan mohon.
Contoh:
Tini      : “Pak, tolong pamitkan ya!”
Nensi   : “Iya, Tin. Selamat jalan ya!”
Informasi indeksal:
Tuturan disampaikan oleh seseorang kepada sahabatnya pada saat ia akan meninggalkan rumahnya ke kota karena ada keperluan yang tidak dapat ditinggalkan. Pada saat yang sama, sebenarnya aia harus menghadiri rapat karang taruna di desanya. Tuturan yang disampaikan oleh Tini bisa diparasfrasakan menjadi “Saya minta tolongsupasa dipamitkan Mbak!”
Makna pragmatik imperatif permintaan banyak pula diungkapkan dengan konstruksi nonimperatif. Misalnya menggunakan konstruksi deklaratif. Contoh:
Dosen A: “Buku yang kau pinjam kemarin sebenarnya saya belum baca  tuntas loh.”
Dosen B: “O, ya pak. Nanti siang saya mau kerumah bapak.”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas disampaikan oleh seorang dosen senior kepada  rekanya yang masih junior pda saat mereka  berada di ruang perpustakaan. Tuturan tersebut bisa ditafsirkanagar rekanya segera mengembalikan buku yang ia pinjam.

4.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permohonan
Imperatif yang mengandung makna pragmatik permohonan biasanya ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan mohon. Selain ditandai hadirnya penanda kesantunan itu, partikel –lah juga lazim digunakan untuk memperhalus kadar tuturan imperatif permohonan.
Contoh
(1)   “Mohon tanggapi surat ini secepatnya.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang pipminan kepada pimpinan lain dalam sebuah kampus saat mereka membicarakan surat lamaran kerja dari seorang calon pegawai.
(2)   “Mohon ampunilah segala dosa kami.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang ibu yang sedang berdoa memohon pengampunan kepada tuhan karena ia masih merasa telah membuat banyak kesalahan dalam hidupnya.

5.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
Imperatif dengan makna desakan lazim menggunakan kata ayo atau mari sebagai pemarkah makna. Selain itu,kadang-kadang juga digunakan kata harap atau harus untuk memberi penekanan maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan untuk imperatif jenis ini cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi pda tuturan imperatif lainya.
Contoh:
Krisna kepada Arjuna : “Ayo, Arjuna segera lepaskan pusakamusekarang juga! Nanti keduluan kakakmu, Bima.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini diungkapkan oleh Krisna kepada Arjuna pada saat mereka berada di medan perang melawan Bima dan Yudistira dalam sebuah cerita pewayangan.
Maksud atau makna pragmatik imperatif desakan dalam kegiatan bertutur yang sebenarnya dapat juga ditunjukan dengan tuturan yang berkonstruksi nonimperatif. Contohnya dalam konstruksi deklaratif.
Panglima Abri: Kerusuhan yang terjadi di berbagai tempat menjelang pemilu ini sudah di atas batas kewajaran.
Informasi indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang panglima pada saat keadaan politik  menghangat menjelang pemilu. Pernyataan ini dimaksudkan untuk mendesak semua pihak agar menjadi lebih waspada dalam menghadapi perkembangan politik.
                                            
6.      Tuturan yang Mengandung Pragmatik Imperatif Bujukan
Imperatif yang bermakna bujukan di dalam bahasa Indonesia, biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo mari. Selain itu juga bisa menggunakan tanda kesantunan tolong.
Contoh
Ibu: “Ayo, habiskan susunya dulu! Nantik pergi ke Plaza Ciputra Pekanbaru.”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas dismpaikan oleh seorang ibu kepada anaknya yang masih kecil dan agak sulit disuruh minum susu. Tuturan itu dimaksudkan untuk membujuk si anak agar ia mau minum susu.
Imperatif bujukan dapat pula disampaikan dalam bentuk konstruksi deklaratif ataupun interogatif. Contoh imperatif bujukan konstruksi deklaratif sebagai berikut.
Bapak: “kalau kamu masuk FKIP Bahasa Indonesia UIR pasti nanti lebih cepat lancar berbicara di depan umum.”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas disampaikan oleh seorang ayah kepada anaknya saat ia kebingungan memilih dan menentukan perguruan tinggi setelah menyelesaikan SMU.

7.      Tuturan yang mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan
Imperatif yang mengandung Makna Imbauan, lazimnya menggunakan partikel –lah. Selain itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda kesantunan harap dan mohon. Contohnya sebagai berikut.
(1)   “Jagalah kebersihan lingkungan!”
Informasi ideksal:
            Bunyi tuturan peringatan di sebuah taman wisata di Pekanbaru.
(2)   “Mohon, jangan membuang sampah di sembarang tempat.”
Informasi indeksal:
Bunyi tutura peringatan yang terdapat di salah satu sudut kampus UIR Pekanbaru.

8.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan
Imperatif persilaan dalam bahasa Indonesia, lazimnya menggunakan penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud pragmatik imperatif persilan itu. bentuk yang kedua cenderung lebih sering digunakan pada acara-acara foemal yang sifatnya protokoler.
Contoh”
Ketua Senat Mahasiswa: “Silakan saudara Rini!”
Monik                         : “Taerimakasih ketua.”
Informasi indeksial:
Tuturan ini merupakan cuplikan percakapan yang terjadi di sebuahkampus pada saat berlangsung rapat senat mahasiswa.
Secara pragmatik tuturan imperatif persilaan pada komunikasi keseharian dapat ditemukan juga dalam bentuk tuturan nonimperatif.

9.      Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
Imperatif dengan makna ajakan, biasanya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan ayo atau mari. Kedua penanda kesantunan itu masing-masing memiliki makna ajakan. Contohnya sebagai berikut.
(1)   Monik: “Mari makan, Tante!”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas terjadi di dalam ruang makan pada sebuah keluarga, orang yang satu mengajak orang yang lain untuk makan bersama.
(2)   Ibu: “Ayo, pada makan dulu yo!”
Informasi indeksal:turan di atas terjadi dalam ruang makan, pada saat sang Ibu mengajak para tamu yang sudah sering berkunjung ke rumahnya.
Secara pragmatik, maksud imperatif tidak selalu diwujudkan dengan tuturan-tuturan yang berbentuk imperatif.

10.  Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permintaan Izin
Imperatif dengan makna permintaan izin, biasanya ditandai dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh.
Contoh:
(1)   Adik: “ Mbak, mari saya bawakan tasnya.”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas disampaikan oleh seorang adik kepada kakak perempuanya yang bertemperamen keras, segala sesuatu akan selalu dilakukan sendiri tanpa campur tangan dan keterlibatan orang lain.
(2)   Sekretaris: “Pak, boleh saya bersihkan dulu meja kerjanya?”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya, ia meminta izin untuk membersihkan dulu meja kerja direkturnya yang saat itu penuh dengan kertas dan berkas-berkas.
Secara pragmatik, imperatif dengan maksud atau makna pragmatik permintaan izin dapat diwujudkan dalam bentuk tuturan nonimperatif.

11.  Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Mengizinkan
Imperatif yang bermakna mengizinkan, lazimnya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan. Perhatikan contoh berikut>
(1)   “Silakan merokok di tempat ini!”
Informasi indeksal:
Tuturan ini ditemukan di tempat tertentu yang khusus disediakan untuk para perokok. Di tempat itu orang tidak diperkenankan mr=erokok selain di tempat itu.
(2)   “Silahkan membuang sampah di lokasi ini.”
Informasi indeksal:
Tuturan tersebut ditemukan di lokasi yang disediakan khusus untuk tempat pembuangan sampah.
Secara pragmatik, imperatif dengan maksud atau makna pragmatik imperatifmengizinkan dapat ditemukan dalam komunikasi sehari-hari dan lazimnya diwujudkan dalam tuturan nonimperatif.

12.  Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Larangan
Imperatif dengan makna larangan dalam bahasa Indonesia, biasanya ditandai oleh pemakaian kata jangan. Seperti contoh berikut.
Ishak: “Jangan berkata seperti itu Satilaeati, hatiku bertambah sakiut!”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas terjadi dalam perbincangan yang bersifat pribadi antara seserorang dengan orang lainya saat mereka bertemu.
Imperatif yang bermakna larangan dapat diwujudkan secara pragmatik dalam bahasa Indonesia keseharian. Wujud prakmatik jenis ini dapat pula berupa tuturan yang tidak selalu berbentuk tuturan imperatif.

13.  Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Harapan
Imperatif yang menyatakan makna harapan, pbiasanya ditunjukkan dengan penanda kesantunan harap dan semoga. Kedua penanda kesantunan tersebut mengandung makna harapan. Seperti dalam contoh berikut,
(1)   “Harap tenang ada ujian nasional!”
Informasi indeksal:
Bunyi tuturan peringatan pada salah satu tempat di dalam lingkungan Sekolah Menengah Atas.
(2)   “Semoga cepat sembuh!”
Informasi indeksal:
Bunyi tuturan pada kantong plastik obat dari apotek.secara pragmatik,
Imperatif yang mengandung maksud harapan banyak ditemukan dalam komunikasi keseharian. Maksud harapan ternyata banyak yang diwujudkan dalam tuturan nonimperatif.
14.  Tutran yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Umpatan
Imperatif jenis ini bnyak ditemukan dalam bahasa Indonesia, pada komunikasi keseharian. Seperti contoh berikut ini.
(1)   Si Gendut: “ Kurang ajar kau! Jangan lancang ya, jangan bikin tuan besar menjadi marah! Ayo belok!”
Informasi indeksal:
Tuturanini terjadi pada saat seorang sopir oplet yang sedangberusaha menipu penumpangnya kemudian bertengkar dengan penumpangnya yang kebetulan sangat pemberani dan tidak mau dikelabui.
(2)   Anggota Geng Motor: “Mampus kau sekarang!”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas di ucapkan oleh salah satu anggota geng motor yang pada saat itu mendengar kabar bahwa musuhnya tertangkap polisi dan diangkut ke kantor polisi.
Secara pragmatik, imperatif yang mengandung makna pragmatik umpatan dapat juga ditemukan dalam komunikasi sehari-hari. Bentuk tuturan yang demikian lazimnya bukan berwujud imperatif , melainkan nonimperatif.

15.  Tutura yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ucapan Selamat
Imperatif jenis ini cukup banyak ditemukan di dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Selain itu ucapan selamat merupakan salah satu budaya dalam kehidupan dalam bermasyarakat. Seperti contoh berikut.
(1)   Neti: “Mami! Selamat jalan, oleh-olehnya ya nanti!”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas disampaikan oleh Neti saat ibunya hendak berangkat ke luar kota, sedangkan Neti harus tetap tinggal di rumah.
(2)   Ayah: “Selamat menempuh hidup baru Hersi!”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas di sampaikan oleh sang ayah kepada anaknya bernama Hersi setelah melaksanakan ijab kobul pernikahan Hersi.
Di dalam komunikasi keseharian, imperatif yang bermakna pragmatik pengucapan selamat banyak di ungkapkan dalam tuturan non-imperatif.

16.  Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Anjuran
Imperatif yang mengandung makna anjuran, biasanya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya dan sebaiknya. Contoh seperti berikut.
(1)   Adik: “Kak, sebaiknya kita jangan ikut Mama!”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas disampaikan oleh seorang adik kepda kakaknya ketika merka hendak ditinggal pergi ke luar kota oleh ibunya.
(2)   Dosen: “Sebaiknya kalian jenguk teman kalian yang sakit!”
Informasi indeksal:
Tuturan di atas di sampaikan oleh seorang dosen ketika sedang melaksanakan perkuliahan sedangkan di antara mahasiswanya ada yang tidak hadir karena sakit hampir dua pekan.
Iperatif yang bermakna anjuran mudah ditemukan di dalam komuniksi sehari-hari. Maksud atau makna pragmatik imperatif dapat pula diwujudkan dengan tuturan nonimperatif.
17.  Tuturan yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif “Ngelulu”
Di dalam bahasa Indonesia tuturan yang memiliki makna pragmatik “ngelulu”. Kata “ngelulu” berasal dari bahasa jawa, yang bermakna seperti menyuru h mitra tutur untuk melakukan sesuatu tetapi sebenarnya yang dimaksud adalah melarang. Contohnya sebagai berikut.
Ibu: “makan saja semuanya biar ayahmu senang kalau nanti pulang kerja!”
Anak: “Ah... Ibu. Nanti benjut kepalaku!”
Informasi indeksal:
Pertuturan antara seorang ibu dengan anaknya yang senang makan banyak. Kalau makan, ia sering lupa dengan anggota keluarganya yang lain. demikan pula dengan ayahnya yang biasanya pulang dari bekerja pada sore hari.


BAB 111 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.1.1 Pragmatik merupakan cabang linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.
3.1.2  Kalimat imperatif atau kalimat perintah dalam bahasa Indonesia digunakan untuk memberi perintah
3.1.3 Wujud pragmatik realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya.
3.1.4 Wujud pragmatik imperatif dalam bahasa Indonesia dibedakan menjadi tujuh belas yakni:
1.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah.
2.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan.
3.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan.
4.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan.
5.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan.
6.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan.
7.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan.
8.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan.
9.      Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan.
10.  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan izin.
11.  Tuturan yang mengandung pakna pragmatik imperatif mengizinkan.
12.  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan.
13.  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan.
14.  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan.
15.  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat.
16.  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran.
17.  Tuturan yang mengandung makna pragmatik imperatif “ngelulu”.

3.2 Saran
Wujud pragmatik imperatif adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Ada pun penerapan wujud pragmatik tindak tutur imperatif dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu dalam bentuk konstruksi pragmatik imperatif. Oleh sebab itu kita sebagai salah satu anggota masyarakat khususnya mahasiswa, hendaknya kita bisa mengetahui wujud pragmatik imperatif dalam kehidupan sehari-hari.





DAFTAR PUSTAKA
Chaniago, Sham Mukhtar. Dkk. 2001. Pragmatik . Jakarta: Universitas Terbuka.
Nadar, F.X.  2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar