Dosen
Pembimbing : Fatmawati, S.Pd., M.Pd.
WUJUD
PRAGMATIK IMPERATIF
PRAGMATIK
Disusun
Oleh Kelompok 1
1
Deni
Afrial
2
Nuraini
Astria Yasmi
3
Ranti
Tri Utari
4
Roza
Nofitra Sari
5
Siti
Suratmi
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
JURUSAN
PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
ISLAM RIAU
PEKANBARU
2014
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulilah penulis ucapkan kehadirat Allah
Swt, yang selalu melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan “Makalah Wujud Pragmatik
Imperatif”. Makalah
ini disusun untuk memenuhi sebagian tugas dari mata kuliah Pragmatik. Dalam melakukan
penyusunan makalah
ini penulis banyak mendapat bantuan dan bimbingan dari semua pihak. Pada
kesempatan ini penulis menyampaikan dengan tulus penghargaan dan terima kasih
kepada :
1. Fatmawati, S.Pd., M.Pd.,
Selaku dosen pemangku
mata kuliah Pragmatik yang
penuh ketulusan dan kesabaran serta kesediaan meluangkan waktu di tengah-tengah
kesibukan untuk memberikan arahan sehingga makalah
ini dapat selesai dengan baik.
2. Rekan-rekan
mahasiswa, Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia yang telah banyak
membantu dalam penyelesaian makalah
ini.
Semoga Allah Swt., membalas segala bentuk
bantuan di atas dengan pahala yang berlipat ganda. Kami telah berusaha menyusun
makalah ini dengan sebaik
mungkin sesuai dengan prosedur yang berlaku.
Namun, dengan segala
kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi
menyempurnakan makalah
ini. Semoga tulisan ini dapat bermamfaat bagi kita semua terutama bagi para
pemerhati bahasa.
Pekanbaru, 1 Mei 2014
Penulis
BAB
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Bahasa pada prinsipnya merupakan alat
untuk berkomunikasi dan alat untuk menunjukkan identitas masyarakat pemakai
bahasa. Salah satu ilmu yang mengkaji bahasa dalam bentuk tuturan adalah ilmu
pragmatik. Pragmatik merupakan cabang linguistik dengan objeknya adalah bahasa
yang digunakan untuk berkomunikasi. Dalam penggunaan bahasa banyak digunakan
berbagai jenis tuturan terutama dalam penggunaan bahasa Indonesia. Salah satu
yang termasuk dalam jenis tuturan bahasa indonesia adalah tuturan imperatif.
Istilah imperatif lazim digunkan untuk
menunjuk salah satu tipe kalimat bahasa Indonesia, yakni kalimat imperatif atau
perintah. Keraf dalam Rahardi (2005:2) mendefinisikan bahwa kalimat perintah
sebagai kalimat yang digunakan untuk menyuruh orang lain melakukan sesuatu.
Kalimat imperatif secara fungsional tidak hanya memiliki makna pragmatik
memerintah saja, melainkan dapat memiliki makna-makna pragmatik lainya. Berdasarkan fenomena yang telah penulis
paparkan, benulis beranggapan bahwa penelitian mengenai wujud pragmatik
imperatif sangat menarik dan perlu untuk dipahami.
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
fenomena yang telah dipaparkan terdahulu, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.
1.2.1
Apakah Definisi Pragmatik?
1.2.2
Apakah Definisi Imperatif?
1.2.3
Apasajakah Wujud Pragmatik Imperatif
dalam Bahasa Indonesia?
1.3 Tujuan
Berdasarkan
masalah yang telah penulis rumuskan, maka dapat ditentukan tujuan dari
penulisan makalah ini sebagai berikut.
1.3.1
Untuk Mengetahui Definisi Pragmatik.
1.3.2
Untuk Mengetahui Definisi Imperatif.
1.3.3
Untuk Mengetahui Wujud
PragmatikImperatif.
BAB
11 PEMBAHASAN
2.1 Devinisi Pragmatik
Pragmatik merupakan cabang linguistik
yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi. Devinisi pragmatik
menurut para ahli dalam F.X. Nadar, 2009:5 yaitu:
- Pragmatik merupakan suatu istilah yang mengesankan bahwa suatu yang sangat khusus dan teknis sedang menjadi objek pembicaraan, padahal istilah tersebut tidak mempunyai arti yang jelas (Levinson, 1983).
- Pragmatik adalah kajian antara lainmengisi deiksis, implikatur, presuposisi, tindak tutur dan aspek-aspek struktur wacana.
2.2 Devinisi Imperatif
Istilah imperatif lazim digunkan untuk
menunjuk salah satu tipe kalimat bahasa Indonesia, yakni kalimat imperatif atau
perintah. Kalimat imperatif atau kalimat
perintah dalam bahasa Indonesia digunakan untuk memberi perintah. Sosok
imperatif dapat pula digunakan untuk menyebut bentuk kata kerja yang digunakan
dalam kalimat itu.
Keraf dalam Rahardi (2005:2)
mendefinisikan bahwa kalimat perintah sebagai kalimat yang digunakan untuk
menyuruh orang lain melakukan sesuatu. Kalimat imperatif secara fungsional
tidak hanya memiliki makna pragmatik memerintah saja, melainkan dapat memiliki
makna-makna pragmatik lainya. Makna pragmatik imperatif tidak hanya dapat
dinyatakan dengan kontruksi imperatif saja, melainkan dapat pula dinyatakan
dengan kontruksi-kontruksi lain.
Contoh
(1) “Ola...!
Matikan lampu itu!”
Informasi
penting:
Dituturkan
oleh seorang ibu yang sedang merasa jengkel dengan anaknya bernama Ola, yang
saat itu sedang terus-terusan bermain-main lampu.
(2) “Ve...
dapatkah Anda mematikan lampu itu?”
Informasi penting:
Dituturkan oleh seorang dosen kepada
mahasiswanya yang bernama Ve di ruang kelas pada suatu siang. Pada saat itu,
cuaca sangat cerah dan ruang kelas tempat kuliah itu tidak gelap sama sekali,
sehingga tidak diperlukan penerangn lampu.
(3) “Aduh....
lampunya kok terang sekali. Tidak bisa tidur nanti aku.”
Informasi
penting:
Dituturkan oleh seorang nenek tua yang
sedang menderita sakit dan dia terus berbaring di atas tempat tidurnya di rumah
sakit. Tuturan tersebut dituturkan kepada salah seorang anggota keluarga yang
sedang menjaganya.
Di dalam tuturan (1) tampak jelas bahwa
tuturan yang berkonstruksi imperatif itu digunakan untuk menyatakan maksud
menyuruh. Maksud imperatif yang dimaksud adalah, agar sang mitra tutur
memberikan tanggapan yang berupa tindakan mematikan lampu. Tuturan (2) juga
dapat memiliki makna imperatif seperti yang terdapat pada tuturan (1) ,
sekalipun sebenarnya tuturan itu berkonstruksi interogatif. Hal serupa dengan
itu dapat ditemukan pula pada tuturan (3). Tuturan (3) juga memiliki makna
pragmatik imperatif seperti yang dinyatakan dalam tuturan (1) dan (2),
sekalipun berkonstruksi deklaratif.
2.3 Wujud Prakmatif Imperatif
Wujud pragmatik imperatif dalam bahasa
Indonesia tidak selalu berupa konstruksi imperatif. Dengan perkataan lain wujud pragmatik imperatif
dalam bahasa Indonesia dapat berupa tuturan yang bermacam-macam. Wujud pragmatik
imperatif dapat berupa konstruksi imperatif dan dapat pula berupa konstruksi
nonimperatif.
Adapun yang dimaksud wujud imperatif
adalah realisasi maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan
dengan konteks situasi tutur yang melatarbelakanginya. Makna pragmatik
imperatif yang demikian sangat ditentukan oleh konteksnya. Konteks yang
dimaksud dapat bersifat ekstralinguistik dan dapat pula bersifat
intralinguistik.
Berdasarkan penelitian, ditemukan
sedikitnya tujuh belas macam makna pragmatik imperatif di dalam bahasa Indonesia
(Rahardi, 2005:93). Berikut ketujuh belas makna pragmatik dalam bahasa
Indonesia.
1.
Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Perintah
Imperatif langsung yang mengandung makna
perintah dapat dilihat pada contoh tuturan berikut.
(1) “Diam!
Hansip tahu apa. Orang mati kok hidup lagi. Ini bukan lenong.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
seorang polisi dengan seorang Hansip dalam sebuah cerita yang pada saat itu
keduanya sedang terlibat dalam pertengkaran karena suatu hal.
(2) “Bunuh
saja. Ya, itu tentu. Tapi, bagaimana caranya? Tembak! Tembak! Tidak, itu
terlalu lekas dan ringan. Kita gantung, kita gantung.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
oang-orang yang terlibat dalam sebuah kerusuhan masa pada saat mereka berhasil
menangkap seorang pemicu kerusuhan di suatu kota.
(3) “Monik,
lihat!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
yang disampaikan oleh pacar Monik ketika ia melihat ada sebuah mobil yang
menyelonong ke arahnya pada saat mereka berdua berjalan di sebuah lorong kota.
Untuk membuktikan apakah masing-masing
tuturan mengandung makna perintah, tuturan itu dapat dikenakan teknik parafrasa
atau teknik ubah ujud seperti yang lazim digunakan dalam analisis linguistik
struktural. Perhatikan contoh berikut untuk mempertimbangkan atau menjelaskan
hal tersebut.
(1a)
polisi memerintahkan kepada Hansip supaya dia diam.
(2a)
Seorang pengawal stasiun memerintahkan kepada pengawal yang lain untuk membunuh
saja.
(4) Steve
memerintahkan Monik dengan berteriak agar ia melihat sesuatu yang ditunjukan
Steve.
Di dalam pemakaian bahasa Indonesaia
keseharian, terdapat beberapa makna pragmatik imperatif perintah yang tidak
saja diwujudkandengan tuturan imperatif seperti contoh di atas, melainkan dapat
diwujudkan dengan tuturan nonimperatif. Imperatif yang demikian dapat disebut
dengan imperatif tidak langsung yang hanya dapat diketahui makna pragmatiknya
melalui konteks situasi tutur yang melatarbelakangi dan mewadahinya.
Contoh:
(1) “Jika
Nawaksara akan diseminarkan, silakan.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
seorang kepala negara kepada masyarakat umum di dalam acara televisi pada saat
isu akan diseminarkanya pidato Nawaksara semakin merebak.
Tuturan yang dituturkan oleh seorang
kepala negara itu akan ditafsirkan menjadi bermacam-macam kemungkinan makna
oleh warga masyarakat. Secara linguistik, karena di bagian akhir tuturan itu
terdapat kata silakan, tutran itu
kemungkinan besar akan ditafsirkan sebagai sebuah imperatif yang bermakna
persilaan. Tuturan itu dapat ditafsirkan sebagai berikut
1) Oleh
sementara orang yang lain, tuturan itu akan dapat ditafsirkan sebagai sebuah
perintah karena di dalamnya terkandung maksud agar orang tidak perlu lagi
mengadakan seminar mengenai pidato “Nawaksara” tersebut.
2) Oleh
sekelompok orang yang lain lagi, tuturan itu akan diartikan sebagai sebuah
larangan sekalipun terdapat kata silakan di
dalamnya.
(2) “Kerusuhan
pekalongan itu ada yang menggerakkan.”
Informasi
indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang Kepala
Staf Angkatan Darat kepada masyarakat umum pada saat kerusuhan di berbagai kota
mulai terjadi menjelang peristiwa pemilihan umum.
Tuturan yang dituturkan oleh seorang
Kepala Staf Angkatan Darat kepada masyarakat, sekalipun secara linguistik
berwujud nonimperatif, namun di dalamnya terkandung maksud makna pragmatik
imperatif. Tuturan itu dapat ditafsirkan sebagai berikut.
1) oleh
masyarakat umum mereka tidak boleh dengan mudah melakukan kasak-kusuk dan
prasangka yang tidak semestinya tentang penyebab kerusuhan pekalongan yang
telah terjadi itu karena jelas kerusuhan tersebut ada penggeraknya.
2) Oleh
seorang prajurit angkatan darat dapat ditafsirkan sebagai sebuah perintah atau
bahkan instruksi untuk segera menangkap penggerak kerusuhan itu.
2.
Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Suruhan
Secrara
struktural, imperatif yang bermakna suruhan dapat ditandai oleh pemakaian
penanda kesantunan coba seperti pada
contoh berikut.
(1) “coba
hidupkan mesin mobil itu!”
(2) “Saya
menyuruhmu supaya menghidupkan mesin mobil itu.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas dituturkan oleh seorang montir kepada pemilik mobil yang kebetulan
sedang rusak di peinggir jalan.
(3) “Coba
luruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan.”
(4) “saya
menyuruhmu supaya meluruskan kakimu kemudian ditekuk lagi perlahan-lahan.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas dituturkan oleh seorang ahli pijatuarat kepada seorang pasien, pasien itu
terkilir kakinya sehingga sangat sulit untuk diluruskan seperti dalam keadaan
normal.
Pada kegiatan bertutur yang
sesungguhnya, makna pragmatik imperatif suruhan tidak selalu diungkapkan dengan
konstruksi imperatif seperti yang disampaikan di atas. Makna pragmatik
imperatif suruhan dapat diungkapkan dengan bentuk tuturan deklaratif dan
tuturan interogatif. Perhatikan contoh berikut.
(1)
Direktur :
“Ah, panas betul ruangan sekretaris direktur yang di atas itu.”
Pembantu Pirektur: “Baik Pak, nanti saya
sampaikan kepada petugas yang bisa
memasang kipas angin.”
Informasi indeksal:
Dituturkan
oleh seorang direktur kepada pembantu direktur pada saat keduanya meninjau
ruang-ruang kerja yang baru saja selesai dibangun.
(2)
Dosen :
“Pagi ini saya akan banyak menyampaikan materi kuliah dengan banyak
menjelaskan. Mike dan wirelesnya sudah siap ataukah belum?”
Mahasiswa:
“sebentar Pak, saya datang kebagian perlengkapan dudu.”
Informasi
indeksal:
Dituturkan
oleh seorang dosen kepada mahasiswanya di dalam ruang kuliah pada saat ia akan
mengawali perkuliahan.
3. Tuturan yang Mengandung Makna
Pragmatik Imperatif Permintaan
Pada tuturan imperatif yang mengandung
makna permintaan lazimnya terdapat ungkapan penanda kesantunan tolong atau frasa lain yang bermakna minta. Makna imperatif permintaan yang
lebih halus diwujudkan dengan penanda kesantunan mohon.
Contoh:
Tini :
“Pak, tolong pamitkan ya!”
Nensi : “Iya, Tin. Selamat jalan ya!”
Informasi
indeksal:
Tuturan disampaikan oleh seseorang
kepada sahabatnya pada saat ia akan meninggalkan rumahnya ke kota karena ada
keperluan yang tidak dapat ditinggalkan. Pada saat yang sama, sebenarnya aia
harus menghadiri rapat karang taruna di desanya. Tuturan yang disampaikan oleh
Tini bisa diparasfrasakan menjadi “Saya
minta tolongsupasa dipamitkan Mbak!”
Makna pragmatik imperatif permintaan
banyak pula diungkapkan dengan konstruksi nonimperatif. Misalnya menggunakan
konstruksi deklaratif. Contoh:
Dosen A: “Buku yang kau pinjam kemarin
sebenarnya saya belum baca tuntas loh.”
Dosen
B: “O, ya pak. Nanti siang saya mau kerumah bapak.”
Informasi
indeksal:
Tuturan di atas disampaikan oleh seorang
dosen senior kepada rekanya yang masih
junior pda saat mereka berada di ruang
perpustakaan. Tuturan tersebut bisa ditafsirkanagar rekanya segera
mengembalikan buku yang ia pinjam.
4.
Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Permohonan
Imperatif yang mengandung makna
pragmatik permohonan biasanya ditandai dengan ungkapan penanda kesantunan mohon. Selain ditandai hadirnya penanda
kesantunan itu, partikel –lah juga
lazim digunakan untuk memperhalus kadar tuturan imperatif permohonan.
Contoh
(1) “Mohon
tanggapi surat ini secepatnya.”
Informasi indeksal:
Tuturan seorang pipminan kepada pimpinan
lain dalam sebuah kampus saat mereka membicarakan surat lamaran kerja dari
seorang calon pegawai.
(2) “Mohon
ampunilah segala dosa kami.”
Informasi indeksal:
Tuturan
seorang ibu yang sedang berdoa memohon pengampunan kepada tuhan karena ia masih
merasa telah membuat banyak kesalahan dalam hidupnya.
5.
Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Desakan
Imperatif dengan makna desakan lazim
menggunakan kata ayo atau mari sebagai pemarkah makna. Selain
itu,kadang-kadang juga digunakan kata harap
atau harus untuk memberi penekanan
maksud desakan tersebut. Intonasi yang digunakan untuk imperatif jenis ini
cenderung lebih keras dibandingkan dengan intonasi pda tuturan imperatif
lainya.
Contoh:
Krisna kepada Arjuna :
“Ayo, Arjuna segera lepaskan pusakamusekarang juga! Nanti keduluan kakakmu,
Bima.”
Informasi indeksal:
Tuturan ini diungkapkan oleh Krisna
kepada Arjuna pada saat mereka berada di medan perang melawan Bima dan
Yudistira dalam sebuah cerita pewayangan.
Maksud atau makna pragmatik imperatif
desakan dalam kegiatan bertutur yang sebenarnya dapat juga ditunjukan dengan
tuturan yang berkonstruksi nonimperatif. Contohnya dalam konstruksi deklaratif.
Panglima Abri: Kerusuhan yang terjadi di
berbagai tempat menjelang pemilu ini sudah di atas batas kewajaran.
Informasi
indeksal:
Tuturan ini disampaikan oleh seorang panglima
pada saat keadaan politik menghangat
menjelang pemilu. Pernyataan ini dimaksudkan untuk mendesak semua pihak agar
menjadi lebih waspada dalam menghadapi perkembangan politik.
6.
Tuturan
yang Mengandung Pragmatik Imperatif Bujukan
Imperatif yang bermakna bujukan di dalam
bahasa Indonesia, biasanya diungkapkan dengan penanda kesantunan ayo mari. Selain itu juga bisa
menggunakan tanda kesantunan tolong.
Contoh
Ibu: “Ayo, habiskan susunya dulu! Nantik
pergi ke Plaza Ciputra Pekanbaru.”
Informasi indeksal:
Tuturan
di atas dismpaikan oleh seorang ibu kepada anaknya yang masih kecil dan agak
sulit disuruh minum susu. Tuturan itu dimaksudkan untuk membujuk si anak agar
ia mau minum susu.
Imperatif bujukan dapat pula disampaikan
dalam bentuk konstruksi deklaratif ataupun interogatif. Contoh imperatif
bujukan konstruksi deklaratif sebagai berikut.
Bapak: “kalau kamu masuk FKIP Bahasa
Indonesia UIR pasti nanti lebih cepat lancar berbicara di depan umum.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas disampaikan oleh seorang ayah kepada anaknya saat ia kebingungan
memilih dan menentukan perguruan tinggi setelah menyelesaikan SMU.
7.
Tuturan
yang mengandung Makna Pragmatik Imperatif Imbauan
Imperatif yang mengandung Makna Imbauan,
lazimnya menggunakan partikel –lah. Selain
itu, imperatif jenis ini sering digunakan bersama dengan ungkapan penanda
kesantunan harap dan mohon. Contohnya sebagai berikut.
(1) “Jagalah
kebersihan lingkungan!”
Informasi
ideksal:
Bunyi tuturan peringatan di sebuah
taman wisata di Pekanbaru.
(2) “Mohon,
jangan membuang sampah di sembarang tempat.”
Informasi
indeksal:
Bunyi tutura peringatan yang terdapat di
salah satu sudut kampus UIR Pekanbaru.
8.
Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Persilaan
Imperatif persilaan dalam bahasa
Indonesia, lazimnya menggunakan penanda kesantunan silakan. Seringkali digunakan pula bentuk pasif dipersilakan untuk menyatakan maksud
pragmatik imperatif persilan itu. bentuk yang kedua cenderung lebih sering
digunakan pada acara-acara foemal yang sifatnya protokoler.
Contoh”
Ketua
Senat Mahasiswa: “Silakan saudara Rini!”
Monik : “Taerimakasih ketua.”
Informasi
indeksial:
Tuturan
ini merupakan cuplikan percakapan yang terjadi di sebuahkampus pada saat
berlangsung rapat senat mahasiswa.
Secara
pragmatik tuturan imperatif persilaan pada komunikasi keseharian dapat
ditemukan juga dalam bentuk tuturan nonimperatif.
9.
Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif Ajakan
Imperatif dengan makna ajakan, biasanya
ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan ayo atau mari. Kedua penanda
kesantunan itu masing-masing memiliki makna ajakan. Contohnya sebagai berikut.
(1) Monik:
“Mari makan, Tante!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas terjadi di dalam ruang makan pada sebuah keluarga, orang yang satu
mengajak orang yang lain untuk makan bersama.
(2) Ibu:
“Ayo, pada makan dulu yo!”
Informasi
indeksal:turan di atas terjadi dalam ruang makan, pada saat sang Ibu mengajak
para tamu yang sudah sering berkunjung ke rumahnya.
Secara
pragmatik, maksud imperatif tidak selalu diwujudkan dengan tuturan-tuturan yang
berbentuk imperatif.
10. Tuturan yang Mengandung Makna
Pragmatik Imperatif Permintaan Izin
Imperatif dengan makna permintaan izin,
biasanya ditandai dengan penggunaan ungkapan penanda kesantunan mari dan boleh.
Contoh:
(1) Adik:
“ Mbak, mari saya bawakan tasnya.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas disampaikan oleh seorang adik kepada kakak perempuanya yang
bertemperamen keras, segala sesuatu akan selalu dilakukan sendiri tanpa campur
tangan dan keterlibatan orang lain.
(2) Sekretaris:
“Pak, boleh saya bersihkan dulu meja kerjanya?”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas disampaikan oleh seorang sekretaris kepada direkturnya, ia meminta izin
untuk membersihkan dulu meja kerja direkturnya yang saat itu penuh dengan
kertas dan berkas-berkas.
Secara
pragmatik, imperatif dengan maksud atau makna pragmatik permintaan izin dapat
diwujudkan dalam bentuk tuturan nonimperatif.
11. Tuturan yang Mengandung Makna
Pragmatik Imperatif Mengizinkan
Imperatif yang bermakna mengizinkan,
lazimnya ditandai dengan pemakaian penanda kesantunan silakan. Perhatikan contoh berikut>
(1) “Silakan
merokok di tempat ini!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
ini ditemukan di tempat tertentu yang khusus disediakan untuk para perokok. Di
tempat itu orang tidak diperkenankan mr=erokok selain di tempat itu.
(2) “Silahkan
membuang sampah di lokasi ini.”
Informasi
indeksal:
Tuturan
tersebut ditemukan di lokasi yang disediakan khusus untuk tempat pembuangan
sampah.
Secara
pragmatik, imperatif dengan maksud atau makna pragmatik imperatifmengizinkan
dapat ditemukan dalam komunikasi sehari-hari dan lazimnya diwujudkan dalam
tuturan nonimperatif.
12. Tuturan yang Mengandung Makna
Pragmatik Imperatif Larangan
Imperatif dengan makna larangan dalam
bahasa Indonesia, biasanya ditandai oleh pemakaian kata jangan. Seperti contoh berikut.
Ishak:
“Jangan berkata seperti itu Satilaeati, hatiku bertambah sakiut!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas terjadi dalam perbincangan yang bersifat pribadi antara seserorang
dengan orang lainya saat mereka bertemu.
Imperatif yang bermakna larangan dapat
diwujudkan secara pragmatik dalam bahasa Indonesia keseharian. Wujud prakmatik
jenis ini dapat pula berupa tuturan yang tidak selalu berbentuk tuturan
imperatif.
13. Tuturan yang Mengandung Makna
Pragmatik Imperatif Harapan
Imperatif yang menyatakan makna harapan,
pbiasanya ditunjukkan dengan penanda kesantunan harap dan semoga. Kedua
penanda kesantunan tersebut mengandung makna harapan. Seperti dalam contoh
berikut,
(1) “Harap
tenang ada ujian nasional!”
Informasi
indeksal:
Bunyi
tuturan peringatan pada salah satu tempat di dalam lingkungan Sekolah Menengah
Atas.
(2) “Semoga
cepat sembuh!”
Informasi
indeksal:
Bunyi
tuturan pada kantong plastik obat dari apotek.secara pragmatik,
Imperatif yang mengandung maksud harapan
banyak ditemukan dalam komunikasi keseharian. Maksud harapan ternyata banyak
yang diwujudkan dalam tuturan nonimperatif.
14. Tutran yang Mengandung Makna
Pragmatik Imperatif Umpatan
Imperatif jenis ini bnyak ditemukan
dalam bahasa Indonesia, pada komunikasi keseharian. Seperti contoh berikut ini.
(1) Si
Gendut: “ Kurang ajar kau! Jangan lancang ya, jangan bikin tuan besar menjadi
marah! Ayo belok!”
Informasi
indeksal:
Tuturanini
terjadi pada saat seorang sopir oplet yang sedangberusaha menipu penumpangnya
kemudian bertengkar dengan penumpangnya yang kebetulan sangat pemberani dan
tidak mau dikelabui.
(2) Anggota
Geng Motor: “Mampus kau sekarang!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas di ucapkan oleh salah satu anggota geng motor yang pada saat itu
mendengar kabar bahwa musuhnya tertangkap polisi dan diangkut ke kantor polisi.
Secara pragmatik, imperatif yang
mengandung makna pragmatik umpatan dapat juga ditemukan dalam komunikasi
sehari-hari. Bentuk tuturan yang demikian lazimnya bukan berwujud imperatif ,
melainkan nonimperatif.
15. Tutura yang Mengandung Makna
Pragmatik Imperatif Ucapan Selamat
Imperatif jenis ini cukup banyak
ditemukan di dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari. Selain itu ucapan
selamat merupakan salah satu budaya dalam kehidupan dalam bermasyarakat.
Seperti contoh berikut.
(1) Neti:
“Mami! Selamat jalan, oleh-olehnya ya nanti!”
Informasi indeksal:
Tuturan
di atas disampaikan oleh Neti saat ibunya hendak berangkat ke luar kota,
sedangkan Neti harus tetap tinggal di rumah.
(2) Ayah:
“Selamat menempuh hidup baru Hersi!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas di sampaikan oleh sang ayah kepada anaknya bernama Hersi setelah
melaksanakan ijab kobul pernikahan Hersi.
Di dalam komunikasi keseharian,
imperatif yang bermakna pragmatik pengucapan selamat banyak di ungkapkan dalam
tuturan non-imperatif.
16. Tuturan yang Mengandung Makna
Pragmatik Imperatif Anjuran
Imperatif yang mengandung makna anjuran,
biasanya ditandai dengan penggunaan kata hendaknya
dan sebaiknya. Contoh seperti
berikut.
(1) Adik:
“Kak, sebaiknya kita jangan ikut Mama!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas disampaikan oleh seorang adik kepda kakaknya ketika merka hendak
ditinggal pergi ke luar kota oleh ibunya.
(2) Dosen:
“Sebaiknya kalian jenguk teman kalian yang sakit!”
Informasi
indeksal:
Tuturan
di atas di sampaikan oleh seorang dosen ketika sedang melaksanakan perkuliahan
sedangkan di antara mahasiswanya ada yang tidak hadir karena sakit hampir dua
pekan.
Iperatif yang bermakna anjuran mudah
ditemukan di dalam komuniksi sehari-hari. Maksud atau makna pragmatik imperatif
dapat pula diwujudkan dengan tuturan nonimperatif.
17. Tuturan
yang Mengandung Makna Pragmatik Imperatif “Ngelulu”
Di
dalam bahasa Indonesia tuturan yang memiliki makna pragmatik “ngelulu”. Kata
“ngelulu” berasal dari bahasa jawa, yang bermakna seperti menyuru h mitra tutur
untuk melakukan sesuatu tetapi sebenarnya yang dimaksud adalah melarang.
Contohnya sebagai berikut.
Ibu:
“makan saja semuanya biar ayahmu senang kalau nanti pulang kerja!”
Anak:
“Ah... Ibu. Nanti benjut kepalaku!”
Informasi
indeksal:
Pertuturan
antara seorang ibu dengan anaknya yang senang makan banyak. Kalau makan, ia
sering lupa dengan anggota keluarganya yang lain. demikan pula dengan ayahnya
yang biasanya pulang dari bekerja pada sore hari.
BAB
111 PENUTUP
3.1
Kesimpulan
3.1.1 Pragmatik merupakan cabang
linguistik yang mempelajari bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi.
3.1.2
Kalimat imperatif atau kalimat perintah dalam bahasa Indonesia digunakan
untuk memberi perintah
3.1.3 Wujud pragmatik realisasi maksud
imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks situasi tutur
yang melatarbelakanginya.
3.1.4 Wujud pragmatik imperatif dalam
bahasa Indonesia dibedakan menjadi tujuh belas yakni:
1. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif perintah.
2. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif suruhan.
3. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan.
4. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif permohonan.
5. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif desakan.
6. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif bujukan.
7. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif imbauan.
8. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif persilaan.
9. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif ajakan.
10. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif permintaan izin.
11. Tuturan
yang mengandung pakna pragmatik imperatif mengizinkan.
12. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif larangan.
13. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif harapan.
14. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif umpatan.
15. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif pemberian ucapan selamat.
16. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif anjuran.
17. Tuturan
yang mengandung makna pragmatik imperatif “ngelulu”.
3.2
Saran
Wujud pragmatik imperatif adalah realisasi
maksud imperatif dalam bahasa Indonesia apabila dikaitkan dengan konteks
situasi tutur yang melatarbelakanginya. Ada pun penerapan wujud pragmatik
tindak tutur imperatif dalam kehidupan sehari-hari tidak selalu dalam bentuk
konstruksi pragmatik imperatif. Oleh sebab itu kita sebagai salah satu anggota
masyarakat khususnya mahasiswa, hendaknya kita bisa mengetahui wujud pragmatik
imperatif dalam kehidupan sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Chaniago, Sham Mukhtar. Dkk. 2001. Pragmatik . Jakarta: Universitas Terbuka.
Nadar, F.X. 2009. Pragmatik dan Penelitian Pragmatik. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik
Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar