Tinkerbell INFORMASI DARIKU: Makna Penggunaan Kata “Kami” dan “Aku” dalam Al-quran dri Segi Semantik
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Senin, 12 Mei 2014

Makna Penggunaan Kata “Kami” dan “Aku” dalam Al-quran dri Segi Semantik


Makna Penggunaan Kata “Kami” dan “Aku” dalam Al-quran

Kata “kami” dan “aku” dalam bahasa Indonesia merupakan kata ganti atau pronomina. Kata “kami” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:612) adalah yang berbicara bersama dengan orang lain (tidak termasuk yang diajak berbicara) yang menulis atas nama kelompok, tidak termasuk pembaca. Sedangkan kata “aku” dalam KBBI (2008:32) adalah kata ganti orang pertama yang berbicara atau yang menulis.
Berbeda dengan maksud dan makna penggunaan kata “kami” dan “aku” dari segi pengertian dan segi makna atau semantik. Makna kata “kami” dan “aku” berdasarkan penggunaanya oleh Tuhan tentu berbeda dengan penggunaanya oleh manusia, baik dari segi pengertian dan segi semantik.  Dari beberapa sumber yang saya baca, penggunaan kata “kami” dan “aku” berdasarkan pemahaman kita sebagai manusia pengguna bahasa Indonesia digunakan sebagai kata ganti, sedangkan dari segi semantiknya kata “kami” yang sering kita gunakan bermakna sebuah rasa bahasa dengan nilai kesopanan.
Penggunaan kata “kami” dan “aku” oleh Tuhan dalam Al-Quran secara logika bisa kita maknai sebagai sebuah keagungan dan keadilan yang Tuhan tunjukan kepada manusia. Kata “Kami” yang Allah gunkan bermakna bahwa dalam melakukan sesuatu dan melakukan tindakan yang hendak Ia tunjukan kepada manusia Allah tidak langsung bertindak dan melakukanya sendiri melainkan melibatkan makhluk-makhluk-Nya yang lain (menunjukkan bahwa Allah tidak sombong dengan kekuasaan yang Ia miliki). Makhluk-makhluk yang dimaksud itu tentu seluruh makhluk yang telah Ia ciptakan di dunia ini. Contoh penggunan kata “kami” dalam QS. Al-Kautsar ayat 1.
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.
Penggunaan kata “kami” yang Allah gunakan pada QS. Al Kautsar ayat 1 secara logika dapat kita pahami bahwa Allah memberikan nikmat kepada manusia tidak secara langsung menggunakan tangan-Nya, melainkan melalui perantara makhluk-Nya yang lain terutama malaikat Mikail yang bertugas memberi rizki kepada manusia atas izin Allah SWT. Apabila rizki atau nikmat itu berupa buah Mangga, tentu Allah juga melibatkan tumbuhan. Agar pohon Mangga tumbuh dan berbunga tentu pohon tersebut membutuhkan tanah yang subur, tanah yang subur tidak mungkin terlepas dari peran cacing yang merupakan binatang menjaga kesuburan tanah humus. Selain itu, sebelum menjadi buah tentu buah mangga itu berasal dari bunga yang merupakan bakal cikal buah mangga, agar bunga tersebut berkembang menjadi bakal buah mangga, maka bunga tersebut membutuhkan bantuan kumbang atau angin untuk berlangsungnya pertemuan serbuk sari dan kepala putik.
Untuk mempertegas pernyataan di atas maka saya mengutip sebuah pernyataan dari artikel yang berkenaan dengan masalah ini  yaitu dari http://pramudyaputrautama.wordpress.com/2013/12/30/penggunaan-kata-kami-dia-aku-dan-allah-dalam-al-quran/ Yang menyatakan “Bohong dan tidak adil dong kalo seorang pemimpin mengatakan “Akulah yang melakukan itu” sedangkan yang melakukannya bukan dia seorang. Begitu juga dengan Allah, Allah Maha Adil dan semua perkataan-Nya adalah benar, maka dari itu Dia (Allah) menggunakan kata “KAMI” di Wahyu-Nya. Hal ini juga menjadi penghargaan dan penghormatan penting bagi para malaikat karena ketaatan dan pengabdiannya kepada Allah tidak diabaikan begitu saja, dengan adanya kata “KAMI” tersebut para malaikat menganggap dirinya diakui oleh Allah SWT.” Selain itu, penggunaan kata “kami” juga dapat Allah gunakan untuk menyatakan Nabi dan Rasulnya.
Kata “aku” dalam Al Quran yang digunakan oleh Allah untuk menyatakan betapa besarnya keagungan Allah sebagai pencipta yang memiliki seluruh alam, memiliki seluruh sifat yang tidak mungkin dimiliki oleh makhluk-Nya (disampaikan melalui Asmaulhusna). Keagungan untuk disembah serta di-Esakan. Selain untuk menunjukan dan menyatakan kebesaran-Nya, Allah menggunakan kata “aku” untuk menyampaikan perintah secara langsung kepada makhluknya tanpa menggunakan perantara atau tidak melibatkan makhluk-nya yang lain.  Contohnya dalam QS. Adz Dzaariyaat : Ayat 56
لِيَعْبُدُونِ إِلا وَالإنْسَ الْجِنَّ خَلَقْتُ وَمَا
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzaariyaat : Ayat 56)
Jelaslah dapat kita pahami makna kata “aku” dalam QS. Adz Dzaariyaat : Ayat 56 di atas menyatakan bahwa Allah memerintahkan makhluknya jin dan manusia untuk menyembah-Nya. Hal ini jelas bahwa Allah menunjukkan kekeuasaan dan keagungan yang dimiliki-Nya.
Kesimpulan yang dapat saya sampaikan yaitu: penggunaan kata “kami” dan “aku” dalam Al Quran secara logika untuk menunjukkan keaggungan dan kekuasaan Allah kepada makhluknya. Dengan kata “kami” Allah menunjukkan bahwa Ia bisa melakukan sesuatu tanpa harus melakukan sendiri. Berbeda dengan manusia ketika ingin melakukan sesuatu yang sesuai keinginanya, manusia harus turun langsung melakukan apa yang ia inginkan. Dengan kata “aku” Allah menyatakan keagungan-Nya melalui perintah langsung kepada makhluknya tanpa melalui perantara atau melibatkan makhluknya, seperti perintak memohon ampun atau bertobat kepada-Nya, mengungkapkan bahwa Dialah Tuhan satu-satunya, agar menyembah kepada-Nya semata.
Demikian yang dapat saya kemukakan, jika terdapat kesalahan mohon dibenarkan.
 
Ayat Al Quran penulis kutip dari Al-Jumanatul ‘Ali Al-Qur’an dan terjemahnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar