Tinkerbell INFORMASI DARIKU: PENERAPAN TEORI STRUKTURALISME SEBAGAI LANDASAN BERPIKIR DALAM PENULISAN PUISI
SEMOGA BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA AAMIIN

Selasa, 21 Mei 2013

PENERAPAN TEORI STRUKTURALISME SEBAGAI LANDASAN BERPIKIR DALAM PENULISAN PUISI


BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
 Puisi merupakan karya seni yang menggunakan bahasa sebagai medianya, Situmorang (1998:9) dalam Ensesn (2001) menyatakan bahwa puisi adalah ekspresi yang konkret dan yang bersifat artistik dari pikiran manusia dalam bahaa emosional  dan berirama. Puisi merupakan ragam sastra yang bahasanya  terikat oleh irama dan unsur-unsur pembentuknya seperti tema, kata, pengimajinasian dan lain sebagainya. Dalam penulisan puisi agar menghasilkan puisi yang baik penulisanya harus menggunakan beberapa pedoman pedoman itu dapat disebut sebagai teori.
  Banyak teori yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam penulisan puisi seperti teori formalisme, teori strukturalisme, teori interteks kualitas dan sebagainya. pada kesempatan kali ini kita akan membahas penerapan teori strukturalisme yang mengkaji tentang unsur-unsur pembentuk puisi karena hal yang sangat utama dalam penulisan puisi kita harus memahami unsur-unsur pembentuk puisi, dimana teori yang membahas tentang unsur-unsur pembentukan puisi adalah teori strukturalisme, jadi dalam makalah ini hanya akan membahas penerapan teori strukturalisme sebagai landasan berpikir dalam penulisan puisi.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apakah Puisi itu?
2. Apakah Teori  Strukturalisme Itu?
3. Bagaimanakah Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Daalam Penulisan Puisi?
1.3. Tujuan Penulisan Makalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Puisi.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Teori Strukturalisme.
3. Untuk Mengetahui Tori Strukturalisme Sebagai Landasan Dalam Penulisan Puisi.


BAB 2 PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Puisi
             Puisi dalam kamus istilah sastra merupakan ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, rima serta penyusunan larik dan bait. Dalam KBBI (2008:1112) puisi adalah bahasa yang bentuknya dipilih  dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran seseorang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama dan makna khusus.

2.2. Pengertian Teori Strukturalisme
Strukturalisme berasal dari linguistik Ferdinan yang merupakan suatau cara berfikir tentang dunia yang secara khusus memperhatikan presepsi dan deskripsi tentang struktur, untuk melihat tanda ( Napiah, 2008:14). Yang menjadi objek kajian teori strukturalisme adalah sastra, yaitu seperangkat konvensi yang abstrak dan umum yang mengatur berbagai hubungan unsur dalam teks sastra sehingga unsur- unsur tersebut berkaitan satu sama lain dalam keseluruhan yang utuh. Meskipun konvensi yang membentuk sistem sastra itu bersifat sosial dan ada dalam kesadaran masyarakat tertentu. Analisis yang seksama dan menyeluruh terhadap relasi-relasi berbagai unsur yang membangun teks sastra dianggap akan menghasilkan suatu pengetahuan tentang sistem sastra.

2.3. Teori Strukturalisme Sebagai Landasan Berfikir Dalam Penulisan Puisi
Pendekatan struktural berangkat dari pandangan kaum strukturalisme yang menganggap karya sastra sebagai struktur yang unsurnya terjalin secara erat dan berhubungan antara satu dan lainnya. Karya sastra merupakan sebuah kesatuan yang utuh. Sebagai kesatuan yang utuh, maka karya sastra dapat dipahami maknanya jika dipahami bagian-bagiannya atau unsur-unsur pembentuknya, relasi timbal balik antara bagian dan keseluruhannya. Dalam penulisan puisi dengan menggunakan teori strukturalisme maka kita harus memperhatikan unsur-unsur puisi, karena kajian teori strukturalisme adalah unsur-unsur pembentuk karya satra, dan pada kesempatan ini karya sastra yang di kaji adalah puisi.
Penulisan puisi dengan berlandasan teori strukturalisme berarti dalam penulisan puisi memperhatikan unsur-unsur pembentuk puisi baik unsur instrinsik maupun unsur ekstrinsik puisi. Unsur instrinsik puisi yaitu tema, perasaan, nada dan suasana, serta amanat, sedangkan unsur ekstrinsik puisi yaitu diksi, kata konkret, bahasa figuratif, rima/ritme, dan tata wajah atau tipografi ( Kosasih, 2008:32-39). Cara menuliskan puisi dengan berlandasan teori struktural yang pertama yaitu memahami unsur ekstrinsik puisi sebagai berikut:
1.    Diksi (pemilihan kata)
          Teori strukturalisme menganalisis diksi sebaga unsur ekstrinsik puisi, diksi adalah pemilihan kata, jadi kata-kata yang digunakan dalam puisi merupakan hasil pemilihan yang cermat, merupakan hasil pertimbangan, baik makna, susunan bunyinya maupun hubungan kata-kata lain dalam baris dan baitnya. Misalnya seperti pemilihan kata yang meyatakan diri pengarang, pengarang mengumpulkan kata-kata yang memiliki makna dirinya sendiri diantaranya kata aku (bahasa Indonesia), beta(bahasa Batak), den(bahasa Melayu/minang), gue (bagasa anak betawi), aana (bahasa Arab), I (bahasa Inggris), kulo (bahasa Jawa), dan sebagainya. pemilihan kata aku untuk menyebut diri pengarang sendiri merupakan proses pemilihan kata atau diksi. Pengarang memilih kata aku untuk menyebut dirinya sendiri karena kata aku adalah menggunakan bahasa indonesia dan pasti maknanya telah diketahui oleh rakyat indonesia, karena bahasa indonesia adalah bahasa kesatuan.

2.        Pengimajinasian
                        Pengimajinasian dapat didefinisikan sebagai kata atau susunan kata yang dapat menimbulkan hayalan atau imajinasi. Dengan daya imajinasi tersebut pembaca seolah-olah merasa, mendengar atau melihat sesuatu yang diungkapkan pengarang. Perhatikan contoh puisi berikut
             
              Kehilangan Mestiku
              Sepoi berhembus angin menyejuk diri
              Kelana termenung
              Merenung air
              Lincah bermain ditimpa sinar

              Hanya sebuah bintang
              Kelap kemilau
              Tercampak dari langit
              Tidak berteman

              Hatiku, hatiku
              Belum jua sejuk dibuai bayu
              Girang beriak mencontoh air
              Atau laksana bintang biarpun sunyi
              Tetap bersinar berbinar-binar
              Petunjuk nelayan di samudra lauta

                                              Karya : Aoh Kartahadimadja dalam Kosasih 2008:33
             
              Untuk mengetahui ungkapan imajinasi pengarang perhatikan kata-kata berikut
a.       Kata-kata lincah bermain, ditimpa sinar, kelap kemilau, girang bintang, bersinar    berbinar-binar membangkitkan imajinasi melalui indra pengelihatan.
b.      Kata berhembus membangkitkan imajinasi melalui indra pendengaran.
c.       Kata sejuk dan dibuai membangkitkan imajinai melalui indra peraba.
              Secara keseluruhan, pengarang dalam puisi itu menggambarkan gerak alam, seperti hembusan angin, permainan air, dan bintang bersinar. Dengan penggambaran yang cukup jelas itu, pembaca seakan-akan ikut menyaksikan girang dan kemilaunya suasana alam itu dan keadaan hati kelana yang tengah bersedih.


3.         Kata konkret
            Kata konkret digunakan untuk membangkitkan imajinasi pembaca, atau kata-kata harus di konkretkan atau diperjelas. Karena dengan keahlian memperkonkret kata, pembaca seolah-olah melihat, mendengar, atau merasakan apa yang dilukiskan oleh pengarang. Perhatikan penggalan puisi di bawah dalam Kosasih, 2008:34
Setiap kita bertemu, gadis kecil berkaleng kecil
Senyumu terlalu kekal untuk kenal duka
Tengadah padaku, pada bulan merah jambu
Tapi kotaku jadi hilang, tanpa jiwa
                            
              Dalam puisi tersebut pengarang benar-benar ingin melukiskan bahwa gadis yang terdapat dalam puisinya adalah benar-benar seorang pengemis gembel, pengarang menggunakan farasa gadis kecil berkaleng kecil.

4.         Bahasa figuratif
           Bahasa figuratif disebut juga majas, majas adalah bahasa yang digunakan oleh pengarang untuk mengatakan sesuatu dengan cara membandingkanya dengan benda atau kata lain. Majas mngiaskan atau menyamakan sesuatu dengan hal lain. Perhatikan penggalan puisi berikut dalam Kosasih 2008:35
Risik risau ombak memecah
Di pantai landai
Buih berderai
              Dalam penggalan puisi tersebut. Pengarang menggambarkan bahwa ombak digambarkan seolah-olah manusia yang bisa berisik dan memiliki rasa risau, atau lebih jelasnya dalam puisi tersebut pengarang menggunakan majas personifikasi.


5.    Rima/ritme
            Rima adalah pengulangan bunyi dalam puisi. Dengan adanya rima, suatu puisi menjadi indah. Makna yang ditimbulkanya pun lebih kuat, seperti petikan sajak berikut ini dan angin mendesah/ mengeluh mendesah. Sedangkan istilah ritma diartikan sebagai pengulangan kata, frase atau kalimat dalam bait puisi.

6.    Tata wajah (tipografi)
            Teori struktural menganalisis tipografi sebagai unsur ekstrinsik puisi. tipografi merupakan pembeda yang penting antara puisi dengan prosa dan drama. Larik-larik puisi tidak berbentuk paragraf melainkan bait.
Cara menulis puisi dengan berlandasan teori strukturalisme yang kedua yaitu memahami unsur instrinsik/batin puisi, unsur instrinsik puisi adalah sebagai berikut:
1.      Tema
            Tema puisi merupakan gagasan utama pengarang dalam puisinya. Gagasan pengarang cenderung tidak selalu sama dan besar kemungkinan untuk berbeda-beda. Oleh sebab itu, tema puisi yang digunakanya pun berlainan, Waluyo (1987) dalam Kosasih, 2008:37 menyatakan bahwa ”tema puisi diklasifikasikan menjadi lima kelompok mengikuti isi pancasila, yaitu tema ketuhanan, kemanusiaan, patriotisme/kebangsaan, kedaulatan rakyat dan keadilan sosial”.
a.       Tema ketuhanan,tema ketuhanan adalah menggambarkan pengalaman batin, keyakinan, sikap pengarang terhadap tuhan.
b.      Tema kemanusiaan, puisi dengan tema kemanusiaan mengungkapkan tingginya martabat manusia dan bermaksud meyakinkan pembaca bahwa setiap manusia memiliki harkat dan martabat yang sama.
c.       Tema patriotisme, puisi dengan tema patriotisme/kebangsaan adalah melukiskan perjuangan merebut kemerdekaan atau mengisahkan riwayat pahlawan yang berjuang melawan penjajah.
d.      Tema kedaulatan rakyat, puisi dengan tema kedaulatan rakyat biasanya mengungkapkan penindasan dan kesewenag-wenangan terhadap rakyat.
e.       Tema keadilan sosial, puisi bertema keadilan sosial lebih menyuarakan penderitaan, kemiskinan, atau  kesenjangan sosial.
2.      Perasaan
            Perasaan merupakan unsur batin puisi yang paling mewakili perassan pengarang, ekspresi dapat berupa kerinduan, kegelisahan, atau pengagungan kekasih, alam, atau sang Khalik. Contoh dua bait puisi berikut
Hanyut aku Tuhanku
Dalam lautan kasih-Mu
            Tuhan, bawalah aku
            Meninggi kelangit ruhani
            Larik-larik puisi diatas diambil dari puisi yang berjudul “Tuhan“ karya Bahrum Rangkuti dalam Kosasih, 2008:39. Puisi tersebut merupakan pengungkapan rasa kerinduan dan kegelisahan pengarang untuk bertemu dengan sang Khalik. Kerinduan dan kegelisahanya diungkapkan melalui kata hanyut, kasih, meninggi, dan langit ruhani.
3.      Nada dan suasana
            Dalam menulis puisi, pengarang mempunyai sikap tertentu terhadap pembaca, antara lain menggurui, menasehati, mengejek, menyindir, atau bersikap lugas hanya menceritakan sesuatu kepada pembaca. Sikap pengarang terhadap pembaca di sebut nada puisi sedangkan suasana adalah akibat yang ditimbulkan oleh puisi terhadap jiwa pembaca.
4.      Amanat
            Amanat adalah pesan yang disampaikan pengarang melalui penulisan puisi. amanat yang hendak disampaikan oleh pengarang dapat ditelaah setelah kita memahami tema, rasa, dan nada puisi. tujuan/amanat merupakan hal yang mendorong pengarang untuk menciptakan puisi. Amanat tersirat di balik kata-kata yang disusun dan tema yang diungkapkan.

BAB 3 PENUTUP
3.1. Kesimpulan
              Teori strukturalisme adalah teori yang menganalisis unsur-unsur sebuah karya sastra, jika teori strukturalisme digunakan sebagai landasan dalam menulis sebuah puisi maka hal yang harus di pahami oleh penulis puisi yang sangat utama adalahmemahami unsur-unsur pembentuk puisi, baik unsur ekstrinsik/fisik maupun unsur instrinsik/batin puisi. unsur ekstrinsik puisi dibedakan menjadi enam bagian yaitu diksi/pemilihan kata, pengimajinasian, kata konkret, bahasa figuratif,rima/ritma dan tata wajah atau tipografi. Sedangkan unsur instrinsik/batin puisi adalah tema, perasaan, nada dan suasana, dan amanat.
3.2. Saran
              Kami selaku penyusun makalah ini menyarankan kepada pembaca agar memahami apa itu teori strukturalisme, karena teori strukturalisme merupakan teori pertama yang harus dipahami atau teori yang utama untuk dijadikan landasan dalam membuat sebuah karya. Kami jiga menyarankan agar pembaca membaca buku teori strukturalisme dari pengarang yang berbeda karena kami hanya sanggup menyajikan materi makalah ini dari buku yang dikarang oleh Kosasih.


Daftar Pustaka
Kosasih. 2008. Apresiasi Sastra Indonesia. Jakarta : Nobel Edumedia.
Napiah, Abdul Rahman. 2005. Teori Sastra Kontemporari. Selangor:Pustaka Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar